21

22.8K 1.9K 83
                                    

Mata Haechan mulai mengerjap pelan hingga akhirnya terbuka lebar saat merasa dirinya berada di pelukan seseorang dengan napas yang teratur dan detak jantung yang berbunyi, feromon kayu-kayuan serta hutan pinus yang menyapanya secara langsung membuat detak jantungnya jadi berpacu lebih kencang dari sebelumnya.

Dengan takut-takut dia mengangkat wajahnya dan benar saja dia menemukan wajah tampan alpha nya serta pengeran putra mahkota yang terlelap dengan nyaman, lalu Haechan berusaha untuk melepaskan dirinya secara perlahan agar tidak menganggu tidur pangeran yang dia hormati meskipun hal itu sulit untuk dilakukan karena tubuhnya yang sedang dalam keadaan tidak baik dan Mark yang tiba-tiba saja mempererat pelukannya.

Akhirnya Haechan pasrah, dia diam dan kembali menatap wajah tampan yang selama ini tidak berani untuk dia pandang, wajah tampan dengan rahang tegas, bibir tipis, hidung bangirnya dan alis tebal yang menambah pesona ketampanannya yang selalu diidamkan oleh banyak omega di luar sana, membuat Haechan jadi berpikir ulang untuk tidak pernah jatuh cinta pada satu manusia di depannya ini serta alpha yang telah ditakdirkan, dia tidak boleh terlalu lancang untuk menaruh rasa pada seorang pangeran yang harus dia hormati.

Betapa lancang dirinya jika dia berani untuk melangkah jauh dengan mengatakan jika dia adalah omeganya, Mark terlalu sempurna dia pintar, menawan, kuat dan dihormati oleh semuanya bagaimana mungkin dia harus menarik Mark dalam lingkaran kehidupannya yang begitu suram, dengan perbedaan kasta yang berbeda jauh, Mark pantas mendapatkan yang terbaik daripada dirinya seperti Jeno dengan Jaemin.

"Akh...." secara reflek Haechan memegang tangannya yang sakit dan sangat panas dari biasanya, semakin dia menolak dan dekat dengan alpha maka simbolnya akan berubah seperti pisau dengan lelehan besi panas yang menusuk-nusuk kulitnya. "Dewi bulan, ini sangat sakit."

Haechan menangis pelan karena tidak kuasa menahan rasa sakitnya yang menjadi-jadi dan berbeda dari biasanya, rasa bersalah dan ketakutan seketika itu juga menyerangnya.

"Maafkan aku Yang Mulia." ucap Haechan pelan dan saat akan mengusap lembut pipi Mark, Haechan merenggangkan tangannya di udara, dia tidak berani untuk menyentuh wajah pangeran yang dia hormati itu.

Saat akan menurunkan, tiba-tiba saja mata emerald itu terbuka dan menggenggam tangan Haechan serta menempelkannya di pipinya, lalu dia mengusap lembut air mata Haechan yang masih terlihat basah.

Haechan tentu terkejut bukan main, mendadak dia berubah jadi patung karena terlalu terkejut serta tidak tahu harus bereaksi seperti apa di hadapan pangerannya dengan posisi yang sangat dekat serta berhimpitan, Haechan yang menjadikan lengan Mark sebagai bantalnya. "Yang Mulia...."

"Aku tidak tahu apa yang membuatmu menangis, tapi aku mohon jangan menangis karena entah mengapa itu menyakiti perasaanku juga." Mark tetap mengusap lembut pipi Haechan lalu menyatuhkan kepalanya dengan kepala Haechan.

"Yang Mulia, kita harus bangun, posisi kita...." Haechan terlihat gugup dan panik sekarang, terlebih saat dia mendengar ucapan Mark yang sanggup membuat hatinya meleleh namun juga merasa bersalah.

"Biarkan seperti ini dulu, tidak lama." Mark memotong ucapan Haechan dan meredam perasaan sedihnya, dia memejamkan matanya dia bisa merasakan kesedihan Haechan, dia tahu apa yang omeganya pikirkan yang tidak akan jauh dari dirinya yang takut dan berusaha menolak takdirnya ataupun menganggap dirinya terlalu sempurna untuk menjadi pendampingnya.

Mark merasa sangat sakit saat melihat omeganya kesakitan karena dia menolak takdirnya dan tandanya memanas, terlebih dari dekat dia mendengar omeganya menangis, ucapan kata maaf itu sangat menyanyat hatinya. Sebenarnya Mark sudah bangun saat Haechan bangun dan mencoba untuk melepaskan dirinya, tapi karena tidak ingin melepaskan dirinya jadi dia memeluknya dengan erat.

My Alpha is My PrinceWhere stories live. Discover now