VIII

1.4K 164 35
                                    

Sunghoon berdiri dengan wajah gusar di depan ruangan unit gawat darurat salah satu rumah sakit di tengah kota Seoul. Dibelakangnya terdapat ke-lima temannya yang duduk di kursi tunggu dengan kedua orang tua Sunoo juga manager mereka, Joshua Hong.

Saat di kamar mandi tadi Sunoo jatuh pingsan setelah mengeluh pusing. Ia dengan segera menyuruh Joshua untuk menyiapkan mobil, membawa Sunoo ke rumah sakit terdekat dari tempat Syuting mereka.

Sunghoon menoleh ke belakang saat merasakan tepukan di pundaknya.

"Duduklah, jangan terlalu cemas," ucap appa Kim, ayah Sunoo yang juga sekarang menjadi ayahnya.

Sunghoon tersenyum tipis dan mengangguk. Ia duduk di kursi tunggu berdampingan dengan Eomma Kim, ibu mertuanya. Ia menyandarkan tubuhnya pada tembok, menutup matanya sejenak untuk menenangkan dirinya.

Kenapa aku cemas terhadap Sunoo? aku bahkan tidak mencintainya, batin Sunghoon berperang dengan akal sehatnya.

Sunghoon menegakkan tubuhnya ketika pintu unit gawat darurat terbuka, menampilkan dokter Jung yang bertugas untuk memeriksa suaminya dengan satu perawat dibelakangnya.

"Dengan keluarga pasien?"

Appa Kim yang berdiri tidak jauh dari dokter Jung menghampiri, mengangguk menjawab pertanyaan orang yang memeriksa anaknya. "Iya dok, bagaimana kondisi Sunoo?" tanyanya.

Dokter Jung tersenyum lembut, "Kondisinya baik-baik saja. Hanya sedikit kelelahan hingga menyebabkan ia pingsan," jawabnya, "dan apakah Sunoo-ssi sudah menikah?"

Sunghoon yang mendengar pertanyaan dokter Jung segera berdiri dan menjawab, "saya dok suaminya. Apakah ada yang serius terhadap suami saya?" tanyanya tepat di hadapan dokter Jung.

Ia terkejut saat dokter Jung dengan tiba-tiba menjabat tangannya. Lebih terkejut lagi ketika mendengar perkataan yang keluar dari belah bibir sang dokter.

"Selamat ya, Sunoo-ssi sedang hamil, untuk lebih jelasnya silahkan periksa di dokter kandungan. Permisi"

"Terima kasih, dokter Jung," ucap Appa Kim.

Bagai disambar petir di siang bolong, tubuh Sunghoon seketika lemas saat mendengar perkataan itu. Pikirannya blank seketika. Sempat oleng tapi beruntung ditahan oleh ibu Sunoo yang langsung memegangi tangannya supaya dirinya tidak terjatuh.

Begitupun dengan Heeseung, Jay, Jake, Jungwon, Ni-ki dan Joshua yang mendengarkan. Mereka membelalakkan matanya terkejut.

Hening.

Tidak ada yang membuka suara setelah kepergian dokter Jung. Mereka masih berdiri di depan pintu unit gawat darurat. Sampai Sunghoon tersadar dan langsung masuk ke dalam pintu bercat coklat muda tersebut. Meskipun dengan tubuh yang sedikit lemas.

Ia duduk di kursi tunggu samping ranjang pasien yang digunakan Sunoo. Ia menatap wajah pucat sang suami dalam. Tak lama mata dengan softlens berwarna coklat itu bergulir ke bawah, melihat perut Sunoo yang masih datar, tetapi siapa sangka di dalamnya terdapat hasil buah cintanya dengan Sunoo.

"Cinta ya?" Sunghoon terkekeh atas pemikiran konyolnya.

Tanpa disangka satu tetes kristal bening keluar dari sudut matanya. Ia segera mengusapnya dengan kasar tetapi kristal bening itu tetap keluar terus menerus.

Ia menunduk dalam, menangis dalam diam.

Appa Kim masuk ke dalam ruangan, menutup pintu bercat coklat dengan pelan. Netra tajamnya dapat melihat sang anak yang terbaring lemah di atas ranjang pasien juga melihat menantu satu-satunya yang duduk dengan punggung bergetar pelan.

"Sunghoon-ah." Appa Kim menepuk pelan bahu sang menantu.

Sunghoon tersentak, ia segera mengusap air mata yang di pipinya cepat. "Nee Appa?"  ia menoleh, menatap sang ayah mertua yang juga menatapnya dengan pandangan sendu.

"Semuanya akan baik-baik saja," kata appa Kim menyemangati.

Sunghoon diam. Ia sibuk dengan pikirannya. Sampai sentuhan kecil di tangannya membuat ia menoleh, mendapati Sunoo yang mencoba membuka matanya.

"S-Sunghoon Hyung, Appa?"

"Appa disini, kamu butuh sesuatu cantik?" Appa Kim mendekat ke arah sang anak dan mengelus rambutnya pelan.

Sunoo menatap sang ayah dengan mata sayu nya. "a-aku ingin air, Appa," ucapnya dengan suara serak.

Sunghoon yang berada dekat dengan meja nakas langsung bergerak untuk mengambil gelas air dan mengisinya. Memberikan gelasnya pada Sunoo juga membantu Sunoo untuk meminumnya.

"S-sudah."

Sunghoon menaruh kembali gelas air ke tempatnya. Ia berdiri di samping sang ayah mertua.

Sunoo bergerak pelan, ia lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling, meneliti ruangan bercat putih yang ia tempati. "Kenapa a-aku berada di sini Appa?" tanyanya ketika sadar bahwa ia berada di rumah sakit.

Appa Kim menoleh sekilas ke Sunghoon sebelum menjawab. "Kamu pingsan."

"Aku tak apa?"

"Tidak ada yang serius, hanya kelelahan dan...."

"Dan?"

"Ah tidak, biarkan suamimu yang menjelaskan." Appa Kim mengelus kepala sang anak pelan, "Appa akan keluar sebentar, ada hal penting yang ingin dibicarakan Sunghoon padamu."

Sunoo memejamkan matanya saat sang ayah mencium dahinya sebelum berlalu keluar ruangan. Menyisakan dirinya dan Sunghoon yang masih berdiri di sisi ranjang yang ia tempati.

Sunghoon membantu Sunoo untuk duduk, memberikan satu bantal di belakang punggung Sunoo, selanjutnya ia duduk berhadapan di tepi ranjang yang ditempati sang suami.

"Hal penting apa Hyung?" tanya Sunoo membuka percakapan.

Sunghoon menghela nafasnya pelan. "Kau bisa marah kepadaku setelah aku menjelaskan hal penting ini." Ia menggenggam sebelah tangan Sunoo yang berada di atas ranjang dengan lembut.

"Kenapa aku harus marah?"

"Karena hal penting ini dapat memancing emosimu."

Sunoo lebih memilih mengangguk menuruti. Memasang telinganya dengan baik untuk mendengar perkataan yang akan keluar dari belah bibir sang suami.

"Kau hamil."

TBC

Surprise.

SECRET Where stories live. Discover now