IX

1.4K 151 11
                                    

"Kau hamil."

•••

Sunghoon dengan pasrah menerima jambakan Sunoo. Ia hanya bisa meringis kecil karena tarikan di rambutnya.

Hanya sebentar waktu yang dibutuhkan Sunoo untuk menarik rambut Sunghoon, menyalurkan segala kekesalan yang datang padanya.

"Sudah?" tanya Sunghoon saat Sunoo melepaskan tarikan pada rambutnya.

Sunoo mengangguk pelan, ia berganti mengelus kepala Sunghoon yang mungkin sekarang terasa sakit. Tiba-tiba rasa bersalah menghampirinya, ia menatap Sunghoon dengan iba.

"Hei, kau tak apa? Jika kau marah, marah saja. Aku tak masalah." Sunghoon berucap dengan khawatir.

Telapak Sunoo menangkup rahang lelaki dihadapannya. Ibu jarinya mengelus lembut pipi tirus yang terasa sedikit basah di kulitnya. "Hyung kenapa menangis?"

Sunghoon tersenyum tenang, menggenggam tapak tangan sang suami pada rahangnya. "Aku hanya terharu juga takut. Aku takut kau marah karena kau hamil."

Bibir Sunoo melengkung kebawah, terharu akan kata manis yang diucapkan Sunghoon. Sunghoon yang melihatnya segera menarik kepala Sunoo untuk bersembunyi di dadanya. Membiarkan Sunoo menangis dalam dekapannya.

Ia mengelus punggung bergetar Sunoo teratur. Dagunya menumpu di atas rambut Sunoo. Dari sini ia dapat merasakan wangi stoberi dari shampoo yang digunakan oleh sang suami.

"Lebih baik?" tanya Sunghoon saat Sunoo menjauhkan kepalanya dari dari dadanya.

Sunoo mengangguk pelan, ia usap air mata yang tersisa di kedua pipinya sebelum matanya bergulir ke bawah,  "hyung, aku benar hamil?" Sunoo mendongak, menatap Sunghoon dengan mata sembabnya.

Sunghoon balik menatap Sunoo, ia tatap dalam mata rubah itu. "Maaf," ujarnya pelan.

Sunoo mengernyit, seperkian detik air mukanya berubah menjadi kesal.

Alarm tanda bahaya tiba-tiba muncul di kepala Sunghoon. Oh Lord! 

"Aku menginginkan jawaban bukan maaf!" ucap Sunoo dengan kesal. Ia ingin jawaban bukan permintaan maaf wahai Park Sunghoon!

Sunghoon menghela nafasnya, ia salah kali ini. Benar yang dikatakan kebanyakan orang, jangan bermain-main dengan orang yang sedang hamil karena mereka cenderung sensitif. Tapi masalahnya ia tidak bermain-main sekarang.

"Maaf, aku salah."

"Aku ingin jawaban bukan permintaan maaf, Hyungg!!!"  Kesal, sungguh kesal Sunoo sekarang.

"Iya kau hamil."

Sunoo tersenyum, ia kemudian kembali menatap ke bawah. Tangannya mengarah ke perutnya sendiri dengan pelan, ia mengelusnya.

"Hyung-nim, ini benar kan? Di perutku sekarang terdapat bayi yang sedang tumbuh?" tanya Sunoo memastikan

"Kau tidak marah?"

"Untuk apa?"

"Ini." Mata tajam Sunghoon mengarah sekilas ke arah perut datar Sunoo. Si manis yang paham mulai menerbitkan senyumnya.

"Untuk apa marah Hyung?  Anak itu anugrah yang diberikan Tuhan untuk kita. Aku harus bersyukur untuk itu," ujar si manis, senyum terpatri di bibirnya. "Diluar sana banyak orang yang menginginkan anak tetapi terhalang oleh restu Tuhan. Dan aku diberi anugrah meskipun ini terjadi karena tidak sengaja."

Sunghoon mengangguk, ia tidak menyangka respon Sunoo sehangat ini. Ia mengira Sunoo akan marah dan menyalahkannya.

Jika seperti ini, mungkinkah ia membuka hati?

SECRET Where stories live. Discover now