[14] Perjanjian Mematikan

3.4K 262 1
                                    

Sejak kemarin, sesuai dengan keputusan akhir, Ridwan, Eva dan Ilmi pindah ke rumah besar milik Reno.

Keputusan itu dibuat setelah Eva, dengan susah payah, menceritakan segalanya. Menceritakan tentang kecurigaan Reno terhadap Andra adalah benar. Andra memang anggota Sun World, dan terlebih lagi dia adalah Joker. Orang yang membunuh ayah Reno.

Ide ini dibuat oleh Reno karena ia takut penculikan terhadap salah satu temannya terjadi lagi. Seperti Vina.

Meskipun ikut tinggal di rumah Reno, Ridwan masih kesal pada sahabatnya itu. Ia tahu Reno tak sepenuhnya bersalah, dan kini laki-laki itu sedang berjuang untuk menyelamatkan perusahaan juga Vina, tapi hatinya masih tidak nyaman sebelum ia melihat Vina baik-baik saja.

***

Kejadian lalu membuat Ilmi semakin sulit untuk tidur. Pasalnya, itu salah satu rencana yang sudah disusun oleh Reno untuk menghancurkan Sun World yang ia beritahu kepada Brian.

Tidak hanya karena satu rencana bocor. Tapi karena Ilmi telah menceritakan semua rencananya pada laki-laki itu.

Rencana menyelamatkan Vina dengan bantuan polisi. Rencana untuk menghack database milik Sun World menggunakan mobil agar tidak terdeteksi tempatnya. Rencana untuk membawa Dewi keluar dari sana.

Jika rencana menghack database tidak berhasil, mereka akan meminta tolong Dewi. Mereka akan menjelaskan semuanya terlebih dahulu, kemudian meminta bantuan Dewi untuk menyalin database Sun World.

Sayang, rencana awal sudah gagal. Dan Ilmi merasa, itu karena dirinya. Namun, di satu sisi, ia masih tak percaya. Tak mungkin Brian melakukan hal itu padanya. Brian orang baik dan laki-laki itu juga ingin keluar dari Sun World. Jadi, mana mungkin laki-laki itu berbuat seperti itu.

"Hai, Mbak." Rano tiba-tiba saja duduk di sampingnya. "Ngelamun aja."

Ilmi mengernyit. "Kamu nggak sekolah?" tanyanya.

Rano menggeleng. "Enggak. Hari ini ada rapat antar guru. Jadi, diliburin deh," jelasnya. "Mbak ngelamunin apa di sini?"

Perempuan itu hanya tersenyum tipis. "Mbak nggak ngelamun kok."

"Bohong," tuduhnya. "Padahal dari tadi aku manggilin loh. Tapi Mbak nggak nengok." Katanya. "Kenapa? Ada masalah?"

Terkesiap. Apakah ia benar-benar melamun tadi? Sampai-sampai panggilan Rano tak didengarnya?

"Nggak ada." Katanya berbohong. "Dari pada nanyain hal yang nggak penting, kenapa kamu nggak cerita soal Reno."

"Kak Reno?" Kali ini Rano yang mengernyit. "Cerita soal apa?"

"Cinta pertamanya, mungkin?" tanyanya asal ceplos. Dan setelah pertanyaan itu keluar dari bibir manis Ilmi, perempuan itu menyesalinya.

Kedua mata Rano menyipit. Ia berdeham, menggoda. "Nggak ada kayaknya."

"Bohong!" tuduhnya. Ilmi sampai membelalakkan kedua matanya. Sangking terkejutnya.

Rano hanya menggeleng. "Dia nggak punya mantan pacar. Dia orangnya dingin sama cewek. Dia orangnya cuek... ya begitulah Kak Reno," jelasnya. "Dia emang nggak peduli sama yang namanya cinta antar jenis. Dia lebih mementingkan keluarga dan juga perusahaan."

"Teman?" Salah satu alis Ilmi terangkat.

"Dia cuma punya Kak Ridwan." Katanya. "Makanya aku sedikit kaget saat dia membawa teman-teman yang nggak pernah aku tau. Seperti Kak Eva, misalnya."

Ilmi mengangguk-angguk. Sedetik kemudian, ia langsung menoleh pada Rano. "Dia bukan gay kan?"

Rano langsung tertawa. Laki-laki itu menujukkan mimik lucu di wajahnya. "Mbak, mana mungkin Kak Reno gay, sementara dia suka sama Mbak."

Beautiful HackerWhere stories live. Discover now