The Ending

5.7K 376 19
                                    

Setelah kejadian lalu. Semua berjalan normal kembali. Dewi yang kembali duduk di sampingku dan kembali menyanyikan lagu-lagu dari Pop sampai Dangdut. Pak Candra yang kini mengundurkan diri dan lebih fokus mengurus Alfaroz Group, tidak ada untuk mengomeli kami lagi.

Posisi Beliau digantikan oleh seorang wanita karir berumur 40-an yang sampai sekarang masih melajang. Bisa aku ketahui dari raut wajah galaknya, mengapa ia masih melajang hingga sekarang.

Dhian yang masih fokus dengan bisnis flanelnya meskipun telah menyumbangkan begitu banyak uang bersama Hime untuk membantu Reno.

Ridwan dan Vina yang sebentar lagi melaksanakan hari pertunangan. Ah sumpah! Yang ini aku iri banget. Mereka adalah pasangan yang aku irikan. Dan sialnya, mereka mendahuluiku dan Dhian yang lebih tua dari kami dua tahun.

Eva? Hahaha... mengingat dia aku jadi tertawa geli. Setelah melakukan reuni universitas dan kembali bertemu dengan teman sekelas saat tingkat satu, Eva akhirnya bertemu dengan laki-laki sempat ditaksirnya. Apa kubilang, mereka pasti jadi dekat setelah reuni itu. Dan gotcha! Sekarang mereka malah pacaran di depan mukaku.

Dan, untuk kalian yang penasaran mengapa para polisi bisa menahan Oom-ku dengan bukti yang kurang cukup, itu karena Andra menyerahkan diri. Memberikan bukti yang ia punya saat melakukan pembunuhan terhadap Ayah Reno. Betapa malangnya dia, meskipun begitu, aku menghargai niat baiknya dengan berkunjung sesekali bersama Eva.

Brian?

"Mas! Saya pesennya cappucino ya, bukan jus mangga!"

Itu dia. Sedang membungkuk maaf karena salah memberikan pesanan. Brian tersenyum meminta maaf kemudian mengganti pesanan tersebut. Tebak di mana dia bekerja? Yap! Di kafe milik Eva.

Setelah susah payah kurayu, akhirnya Eva mau menerima Brian bekerja di sana. Brian juga memohon padaku untuk mencarikan pekerjaan kecil untuknya setelah keluar dari penjara beberap bulan yang lalu.

"Dia tuh ya... udah kesekian kalinya dia kayak gitu," ucap Eva sambil mengelus dada. "Kurang sabar apa coba gue."

Aku tertawa. Kemudian terhenti saat melihat pintu kafe dibuka oleh Dewi dengan seorang pria di sebelahnya. Aha! Cowok baru lagi?

Mereka menghampiri kami yang sedang asik mengobrol. Dewi memperkenalkannya sebagai "teman". Kuberi tanda kutip supaya kalian tahu bahwa pertemanan yang dibuat Dewi lebih dari kata teman yang sesungguhnya.

"Gue di meja lain ya. Byeee..."

Dasar Radio! Aku mendengus dalam hati. Kalau lagi pedekate begini nih, biasanya aku dan Eva dicuekin kayak bebek.

"Ngomong-ngomong... Reno-"

Aku langsung menatap Eva dengan tajam. Cewek itu langsung bungkam dan langsung menangkat kedua jarinya, menunjukkan kata "damai".

Baiklah. Bukan salah Eva juga karena mengungkit cowok nyebelin itu. Akunya saja yang baperan.

Gimana nggak baperan coba? Bayangkan. Aku sudah merasa... baiklah, jujur, aku sudah jatuh cinta sama dia dan ternyata dia minggat begitu saja!? Demi Radio Dewi yang Indah!!! Mau apa sih tu anak?

Kenyataan bahwa satu tahun penuh ini aku lewati tanpa kehadirannya kadang membuatku jengkel, dan kadang membuatku merasa sangat sedih. Bagaimana bisa dia meninggalkanku begitu saja tanpa kata-kata?

Hiks... rasanya aku mau nangis.

***

"Rin, lo dateng pas hari tunangan Vina dan Ridwan, kan!?"

"Hmmm... iya. Gue bawa pacar nih."

Aku langsung membelalakkan kedua mataku. Pacar? Sumpah demi apa Arini bawa pacar?

Beautiful HackerDove le storie prendono vita. Scoprilo ora