[16] Rasa Bersalah

3.3K 257 3
                                    

So sorry, sebelumnya terpost acak adut. Ini udah dibenerin :) selamat membacaaaa


Dingin menyelimuti udara hari ini. Menerpa kulit yang telah menggigil karena angin malam. Sebuah lampu remang menyinari tempat-tempat yang dilewatinya.

Hingga langkah kakinya terhenti pada sebuah apartemen yang ia tinggalkan dulu. Apartemen miliknya.

Ilmi berjalan gontai. Pikirannya melayang entah ke mana dan rasanya hatinya remuk begitu saja.

Tangan kanannya menarik koper besar berisi baju-baju miliknya. Sementara punggungnya mengenakan tas berukuran sedang berwarna cokelat muda. Hari ini, ia memutuskan untuk pindah.

Benar. Reno sudah membebaskannya. Sudah mengembalikan hidupnya ke kehidupan normal. Ia akan menjalani harinya seperti biasa. Duduk dengan bosan di depan layar komputer dan mendapat panggilan dari Pak Candra yang marah-marah kepadanya. Juga tinggal di sebuah apartemen berukuran sedang yang ditinggalinya bersama Dewi.

Dewi? Ilmi mendesah panjang mengingat nama teman baiknya itu.

Untuk tinggal bersama Dewi mungkin ia harus mengurungkan niatnya dulu. Perempuan itu masih terikat oleh Sun World. Karena dirinya. Ya, karena dirinya.

Kenyataan pahit yang harus ditelannya membuat dirinya harus melepaskan satu persatu apa yang telah dimilikinya. Kenyataan pahit bahwa orang di balik semua rencana jahat ini adalah orang yang sangat dekat dengannya. Orang yang begitu dipercayai dan dihormatinya. Oom Juno.

Kini, apa yang harus dilakukannya di hadapan Reno? Apa yang harus dilakukannya agar Oom Juno melepaskan Dewi? Apa yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan Vina? Bagaimana dengan kematian Baron?

Rasa sesak di dadanya kian menyiksa. Mengiris hatinya yang telah teluka karena Brian. Dan kini, luka itu semakin lebar. Semakin lebar karena rasa bersalahnya pada semua orang yang berada di dekatnya.

Ilmi menghentikan langkahnya tepat di depan pintu apartemennya. Melihat sosok bertubuh tegap tengah berdiri sambil menyenderkan punggungnya.

Tergelak, Ilmi menatap orang itu penuh tanda tanya. "Ada apa?"

Namun bukan jawaban yang ia dapatkan, melainkan sebuah rengkuhan hangat dari pemilik tubuh tegap itu. Laki-laki itu membenamkan wajahnya di pundak Ilmi.

"Maaf," ucapnya selirih angin berhembus.

***

Panik. Mengetahui bahwa Ilmi tidak ada di kantor juga di rumah, ia langsung menelpon Eva, dan juga Ridwan. Menanyai keberadaan perempuan itu. Tapi tak satu pun di antara mereka yang tahu.

Sebuah panggilan dari Rano yang menjelaskan bahwa Ilmi tadi sudah pergi dari rumah dengan membawa koper membuatnya langsung gelisah. Apa yang sedang di pikirkan perempuan itu sampai-sampai dia keluar dari rumah Reno?

Setelah melacak keberadaannya melalui nomor ponsel milik gadis itu, Reno segera melaju ke apartemen lama Ilmi. Berdoa dalam hati semoga tidak ada hal yang tidak ia inginkan terjadi pasa gadis manisnya itu.

Reno berdecak pelan saat menunggu lift yang sedang dipakai. Melihat jam di pergelangan tangannya dengan gelisah.

Kemudian, setelah ia berhasil naik ke lantai empat, ia segera berlari menuju pintu apartemen Ilmi. Namun, langkahnya terhenti saat di persimpangan.

Kedua matanya menyipit saat menemukan dua orang yang sedang berpelukan hangat di depan apartemen itu.

Hatinya terasa tertusuk seketika. Terasa sakit hingga ulu hati. Bagaimana pun, ia tak bisa memungkiri bahwa perempuan itu memang masih mencintai Brian. Masih sangat menyayanginya meskipun laki-laki itu berkhianat.

Beautiful HackerWhere stories live. Discover now