A Little Present for You

5K 291 16
                                    

Hai, Rin di sini :) terimakasih banyak telah membaca Beautiful Hacker, memberi vote dan komentar. Thanks a lot.... without all of u, I'm nothing banget deh. Kalian penyemangat banget!!! So, untuk mengucapkan how I really thank to all of you, I have a little present for you... Semoga suka ya... Jangan lupa baca cerita yang lain juga yaaa!!! :D  <3 <3 <3

Kelas itu ramai dengan seruan dari penghuninya. Menyerukan hal yang bagi mereka sungguh luar biasa, namun tidak bagi Reno. Hari ini dosen yang mengadakan kuis tidak datang karena ada keperluan. Jadi, kuis yang harusnya dilaksanakan hari itu, diganti dengan tugas virtual yang dikerjakan di rumah.

Bagi Reno, ia telah membuang-buang waktunya dengan datang ke kampus hanya demi satu mata kuliah yang bahkan tidak jadi diadakan. Ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan dari pada datang ke kampus.

Masih pagi, dan Reno tidak mungkin pulang. Adiknya, Rano, pulang jam tiga sore. Jadi, ia tak punya alasan untuk pulang ke rumahnya yang besar namun dingin itu.

Setelah berpikir panjang, akhirnya Reno memutuskan untuk datang ke perpustakaan. Mungkin ia bisa mencari buku tentang manajemen, meskipun jurusannya bukan di sana. Ya, dia harus banyak belajar dari sekarang jika ia ingin segala sesuatunya sukses.

Namun, ketika ia melangkah menyusuri rak buku di sayap kanan perpustakaan, kedua matanya menemukan sosok menyebalkan yang sedang duduk bersama temannya di ruang diskusi.

Ilmi namanya. Perempuan itu membuatnya menjadi laki-laki paling bodoh di hadapan semua orang. Menjadi laki-laki paling kekanak-kanakan saat bertemu tatap dengannya.

Reno tahu bahwa ia cukup populer di kalangan teman-teman perempuannya. Apalagi ia punya sifat dingin, acuh dan punya otak super yang membuat orang-orang menghormatinya. Tapi... jika ia berhadapan dengan Ilmi, maka ia akan berubah seratus delapan puluh derajat dari sifat aslinya.

Ia akan mulai berceloteh, dan bertengkar dengan perempuan itu. Tujuannya? Untuk menutupi betapa gugupnya ia menghadapi perempuan itu. Karena perempuan itu adalah satu-satunya orang yang berani kepadanya. Berani memerintah, berani mengomel bahkan berani mencaci makinya di depan orang-orang.

Reno menggelengg-gelengkan kepalanya. Berusaha mengenyahkan seulas senyum manis yang pernah ditangkap oleh indera penglihatannya. Senyum yang tak pernah ia dapatkan hingga sekarang.

Ia mencoba memfokuskan dirinya pada tumpukan buku di hadapannya. Namun, sepasang mata tajam menatapnya dari kejauhan. Bibirnya bergerak pelan tanpa suara yang mengisyaratkan, "apa lo liat-liat?".

Tergelak. Reno tertangkap basah sedang memerhatikan perempuan itu bahkan sampai membayangkan senyumnya.

Bego. Reno mencaci maki dirinya sendiri di dalam hati. Tanpa menghiraukan pertanyaan Ilmi, laki-laki itu melengos begitu saja dan segera menuju pintu depan perpustakaan sebelum ia melakukan hal yang aneh lagi.

***

"Oh, jadi kamu waktu itu udah naksir aku?"

Reno menghindari tatapan perempuan yang akan nikahinya itu dan berjalan menuju dapur untuk membuat kopi. Namun, dengan rasa penasarannya, perempuan itu terus membuntutinya meminta jawaban.

"Ren, jawab dong!" rajuknya dengan manja.

"Menurut kamu?" tanyanya balik dengan nada dingin.

Ilmi langsung mengerucutkan bibirnya. Menatap jengkel ke arah Reno yang sedang sibuk dengan mesin kopinya.

"Dasar tembok es!" Ilmi melipat kedua tangannya di depan dada. Memiringkan kepalanya dan menatap Reno dengan kedua mata menyipit. "Kamu... nggak takut ya kalo aku pergi ninggalin kamu?"

Beautiful HackerWhere stories live. Discover now