23. Jika ingin kembali ke rotasi masing²

438 76 10
                                    

Alura memperbaiki tas ranselnya sebelum berbelok mengambil jalan yang sepi di samping bangunan estrakulikuler tanpa sadar. Pikirannya sibuk melayang pada kilasan kematian perempuan yang dia lihat di lapangan sebelumnya.

Untuk kali ini, dia tidak bisa menyelamatkannya.

Kejadiannya terjadi jauh setelah gadis tersebut sudah berumah tangga dan memilih untuk bunuh diri di dapur. Entah tanggal dan tahun berapa, itu tidak terlihat. Untuk kali ini, Alura harus menyerah meskipun kematiannya terus membayangi Alura.

Alura jadi mengerjap tatkala ada sepatu lain di hadapannya, dia mendongkak mendapati siswi yang dia tahu bernama Zana, juga dengan keempat temannya yang selalu bersama Zana meskipun Alura tidak tahu nama mereka semua.

"Bisa permisi sebentar? Gue mau lewat." Pinta Alura namun Zana tidak berniat menyingkir.

Gadis cantik berambut keriting gantung itu melempar senyum lembut.

"Lo yang namanya Alura? Belakangan ini lo rame banget jadi perbincangan. Lo lagi deket sama anak Cruz, ya? Tadi aja lo sampai digendong Van ke UKS. Kalau boleh tahu, hubungan lo apa sama anak Cruz?"

Tidak ada nada mengancam atau judes, Zana bertanya dengan nada lemah lembut minta ampun.

Namun suasananya ... pinggir gedung yang sepi, dihadang lima orang langsung, kenapa Alura tetap merasa seperti dilabrak?

Alura jadi menggeleng pelan sebelum berdehem, "Gak ada hubungan apa-apa, kok."

"Ouh gitu, ya? Tapi gue cemburu loh lihat kedekatan elo sama Van." Tukas Zana sembari tersenyum sebelum terkekeh pelan.

"Gue minta lo jangan deketin Van sama anggota Cruz yang lain, ya? Gue udah suka sama Van dari lama. Temen-temen gue juga punya crushnya masing-masing di anggota Cruz. Kita harap lo ngertiin perasaan kita yang udah berusaha banget buat masuk dan deket sama Cruz. Beda sama lo yang gampang buat masuk ke sana gitu aja." Tukas Zana lagi sebelum tersenyum kecil.

"Ah?" Gumam Alura dengan sebelah alis terangkat, "Gue cuman kenalan mereka aja, kok. Mereka semua anaknya asik deket sama siapapun, gue gak mendekati mereka atas dasar cinta kok."

Zana tersenyum manis, "Kalau begitu bagus. Mohon kerja samanya, ya!" Ujar Zana sebelum berbalik pergi dan menyeringai geli.

Polos sekali, dasar cewek idiot. Pikir Zana.

"Gue denger pacar gue ngasih nomor ke elo? Hei, cewek gatel! Buat apa lo terima nomor cowok gue?" Tanya Ceri sewot dengan napas memburu, sudah gemas ingin menyembur sedari tadi namun ditahan temannya karena Zana sedang bicara.

Kini hanya tinggal Ceri dan Alura.

Alura jadi tersentak, sepertinya cewek di depannya adalah pacar Ian yang pernah disebut oleh Grace. Alura jadi berdecak dalam hati, bagaimana menjelaskannya?

Kematian Van, menjaga dan sebagainya.

Semuanya begitu rumit, sepertinya dia terpaksa harus berbohong.

"Lo bisa periksa hp gue, gue sama Ian gak pernah chat ataupun telpon. Dulu gue terima soalnya Ian mau bagi nomor tukang urut yang waktu itu dipanggil buat ngobatin gue di markas. Gue mau minta nomernya buat jaga-jaga cuman ponsel Ian mati. Jadi Ian ngasih nomor dia sendiri ke gue, katanya hubungin aja nanti dia kasih nomornya. Iya ... gitu." Ujar Alura cepat sambil tersenyum bodoh melihat wajah garang Ceri.

Maaf Ian, gumam Alura dalam hati.

Ceri menatap Alura tajam, "Mana? Gue cek hp lo!"

Ceri mengembalikan ponsel Alura setelah memang tidak ada interaksi apapun yang terdeteksi.

Jika Kamu Mati BesokWhere stories live. Discover now