35. Jika Alura ingin mendekat (1)

393 81 23
                                    

Van menguap lebar, mengambil langkah lebar untuk memasuki kelas lewat pintu belakang karena di kelasnya terdapat dua pintu dan yang satunya lagi berada di depan.

Van memasukan kedua tangan ke dalam saku celana dengan sebelah pundak yang menggendong tas. Berjalan terlebih dahulu dengan teman-temannya yang berjalan di belakangnya.

"Pulang sekolah mau ke markas, gak?" Tanya Jonash memiting leher Ditto yang tengah sibuk melihat ponsel.

"Gue harus kerja kelompok, bisa diamuk Agnes nanti." Jawab Ditto menunjukan riwayat pesannya membuat Jonash berdecak sebelum tersenyum dengan netra berbinar mendapati kumpulan cewek kelas sebelum berlari ke arah mereka.

"Sial-sialnya ku bertemuuu dengan cinta semuu~. Tertipu tutur dan caramu, seolah cintaiku! Puas kau curangi aku! Bagaimana dengan aku? Terlanjur mencintaimu?"

Suara senandung merdu itu datang dari Ian yang sudah memetik gitar dan bergabung bersama kumpulan anak-anak kelas lain yang juga hobi nyanyi seperti dirinya.

Sementara Ren langsung duduk di kursi dan menelungkup di sana dengan Yasa yang duduk di sampingnya dengan netra fokus pada ponsel sebelum membuka tas dan mengeluarkan buku pelajaran, Yasa terbiasa mengulas materi sebelum kelas dimulai. Dibanding dengan Van, Yasa terbilang jarang bolos.

Van duduk di kursinya sebelum melepaskan tas, netranya melirik ke luar jendela sekilas sebelum mengeluarkan ponsel. Van jadi mengerjap tatkala mendapati sticky note berwarna kuning berbentuk hati menempel di mejanya.

Sudah lama sekali sejak terakhir kali Van mendapatkan hal seperti ini.

Setelah berita bahwa Van orang yang senggol bacok tersebar, dia tidak pernah mendapatkan hal seperti ini lagi.

Van melepas sticky note itu sebelum membacanya.

Lo masih marah tentang seragam yang gue kotorin sama gue ngetawain? Iya ya? Gue minta maaf lagi ya? Gue bukannya mau ngehindar cuman kalau minta maaf saat itu juga lo gak akan denger kan?

Alis Van jadi mengernyit saat ada sticky note lain yang menempel di bawahnya sebelum membacanya lagi.

Di kolong meja lo ada sarapan sama seragam baru, buat ganti seragam kotor lo. Sebelum mulai belajar jangan lupa sarapan dulu, ya! Meskipun elo kayaknya tidur sih bukan belajar, hehe.

—Alura (yang sekarang lagi di dalem kelas)

Van meraba kolong mejanya dan menemukan tupperware dengan seragam baru yang terlipat rapi dalam bungkusan plastik. Van berdecih sebelum meremas sticky notenya dan beralih membuka tupperware sebelum menemukan nasi goreng di dalamnya.

Van jadi menyendok dan memakan sesuap sebelum sudut bibirnya berkedut ketika rasa nasi gorengnya familiar di lidahnya.

Ini masakan Alura!

Van jadi memakannya dengan lahap sambil menatap langit biru di balik jendela.

**

"Van, anak Osis ngechat gue." Tutur Ditto membuat atensi semua anak inti Cruz teralih padanya.

Mereka tengah duduk di sofa yang ada di markas setelah pulang sekolah.

"Kenapa?" Tanya Van sebelum menghembuskan asap rokok ke udara.

"Katanya buat acara pilkosis yang bentar lagi diadain, mereka mau kita kerjasama dan bikin perjanjian." Tutur Ditto sambil membaca chat sebelum mendongkak.

"Seharusnya dia datengin Paketu langsung, bukan lewat lo." Seloroh Ian.

"Belum fiks deh, kayaknya. Kalau kita udah setuju, baru perjanjian resmi." Asumsi Ditto.

Jika Kamu Mati BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang