58. Jika keseharian berubah

374 78 16
                                    

Suara deru motor terdengar kencang sebelum senyap tatkala rodanya berhenti tepat di depan rumah yang sering dia kunjungi akhir-akhir ini.

Lelaki dengan seragam urakan dan jaket hitam kulit yang membalutnya jadi membuka helm sebelum mengeluarkan ponsel dan membuka roomchat.

Van : gue udah di depan rumah lo

Van : cepetan, gue gak suka nunggu

"Kok kakak galak sekarang sering ke sini?"

Lelaki berparas tampan itu sontak mendongkak sebelum raut wajahnya berubah seketika menjadi mengernyit dengan urat leher mengeras tatkala mendapati musuh kecilnya.

"Lo! Anak kurang ajar yang rusak body motor gue! Anak sialan!" Umpat Van langsung sambil menunjuk anak berseragam merah putih lengkap dengan topi dan dasi merah.

Putra jadi memeletkan lidah mengejek membuat Van mengumpat, mencoba tidak langsung melempar ponsel barunya ke wajah menyebalkan itu.

Kalau Van tidak ingat peringatan Alura waktu itu, mungkin bocah itu sudah habis sekarang.

"Kakak suka sama Kak Alura, ya?" Tanya Putra sambil menyipitkan netra curiga.

"Emang napa?" Tanya Van sewot, dia tidak menyangkalnya.

"Haduh, Kak Alura itu dewi yang turun ke bumi! Dia itu baik banget sama cantik! Kak Alura itu kakak yang paling cantik di sini!" Tutur Putra membuat Van mengiyakan dalam hati, setuju dengan statement bocah sialan itu.

"Masa orang kayak Kak Alura suka sama Kakak galak sih? Mending mundur Kak!" Tukas Putra sambil tertawa lebar membuat Van sontak mengumpat pelan.

Bocah anjing.

"Awas loh, Nenek Lani itu galak!" Peringat Putra sambil berjalan mundur dan mencekal kedua tali tasnya.

Van jadi mengerjap menatap Putra.

"Nenek Lani itu cerewet bukan main!" Ujar Putra merinding pelan, "nanti diomelin karena Kakak suka sama Kak Alura!"

Putra jadi tertawa lagi sebelum melambai tanpa dosa membuat Van menggertakan gigi kesal.

Bisa-bisanya anak itu masih tertawa setelah membuat darah Van naik.

"Nenek Lani itu tahu segalanya! Awas loh!" Teriak Putra sambil berlari menjauh membuat Van tertegun dengan kepala mengawang.

Van jadi termenung sebelum meneguk ludah.

Ternyata bukan hanya perasaannya saja waktu itu.

Van jadi tersentak pelan tatkala ponselnya berbunyi dan menemukan nama Alura di sana.

"Ck, lo dimana? Kapan keluarnya? Tahun depan?! Gue dari tadi nunggu depan rumah elo!" Sapa Van penuh kasih sayang seusai mengangkat telepon kekasihnya.

*

Alura sontak mengernyit sambil menjauhkan ponsel dari telinga tatkala mendengarkan omelan penuh emosi Van.

"Gue udah berangkat duluan." Jawab Alura setelah kembali mendekatkan ponsel ke telinga.

"Lah?"

"Gue emang biasa berangkat pagi biar angkotnya gak penuh, terus lumayan bisa belajar dulu di kelas beberapa menit. Gue gak tahu lo bakal jemput, lo juga gak ada chat gue." Ujar Alura sambil memeluk beberapa bukunya dengan sebelah tangan.

Berdiri di luar gerbang sekolah, tepatnya di sampingnya sambil sesekali melirik para siswa yang lewat.

"Mulai sekarang gue jemput tiap hari."

Jika Kamu Mati BesokWhere stories live. Discover now