Luiva si licik

283 21 1
                                    

" Hai " sapa Dirga kepada Cia yang kebetulan bertemu di kantin.

Cia tidak membalas, dia hanya diam tidak peduli kepada seseorang yang sekarang sudah duduk di sebelahnya.

" Pindah, ini tempat duduk temen temen gue "

" Emang nggak boleh duduk bareng disini ? " Tanya Dirga yang masih setia menatap Cia.

" Bacot Lo, lebih baik Lo pergi sebelum gue usir secara paksa " ucap Cia yang masih menggunakan nada datarnya.

" Oke oke gue pergi, tapi sebelum gue pergi, gue boleh tau nama Lo siapa ? sekalian minta nomor Lo boleh ?  " Dirga yang hendak pergi, membalikan badannya kembali menghadap Cia.

Dengan sekali lirik pun Dirga tau, jika Cia menatapnya memicing, tapi dia abaikan tatapan itu, dia masih saja kekeh menunggu Cia memberitahu namanya dan memberikan nomernya.

" Cuma nomor aja minta, nggak mampu beli Lo ? " Bukannya tersinggung atas perkataan Cia, lelaki di sebelahnya ini justru terkekeh, lucu sekali, pikirnya.

" Kalo Lo nggak mau kasih tau nomor Lo,  tau namanya aja boleh kali " ternyata Dirga tidak pantang menyerah.

" Lo daritadi bacot banget, pergi nggak Lo " kesabaran Cia mulai menipis, bahaya jika kesabarannya sudah mentok, maka bisa terjadi adu tonjok di sini. 

" Kalo gue nggak mau ? " Tantang Dirga dengan wajah sombongnya.

Cia menatap tajam Dirga yang tersenyum ke arahnya, tidak lama Cia kembali mengacuhkan Dirga, tidak penting menanggapi manusia seperti Dirga, sangat membuang waktu.

" Oy oy itu Cia ngapain sama anak baru itu " ucap Pinka yang berhenti mendadak, ketika mereka semua sedang berjalan ke arah kantin, Pinka berhenti terlalu mendadak sampai tak tau jika ada Ziva di belakang tubuhnya.

" Lo kalo mau berhenti bisa nggak sih nggak usah mendadak, sakit kepala gue nabrak punggung beton Lo anjir " Eluh Ziva yang menabrak punggung Pinka, karena posisinya Ziva yang tepat di belakang tubuh Pinka.

Pinka sama sekali tidak memperdulikan keluhan Ziva, dia justru terus menatap Cia yang masih bersama Dirga.

" Mereka keliatan akrab nggak sih ? " Timpal Keina yang ternyata juga penasaran.

" Akrab darimana anjir, liat aja muka Cia yang udah kaya macan betina mau ngamuk " ujar Ziva menimpali perkataan Keina.

" Tapi mereka cocok juga, Dirga lumayan ganteng " ujar Luiva menatap kagum Dirga.

" Gantengan Leon " celetukan Ziva yang tiba tiba membuat keempat sahabatnya menatap Lamat Lamat Ziva yang baru saja memuji Leon.

Sadar akan apa yang baru saja dia katakan, dengan reflek Ziva menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya, kemudian menatap sekelilingnya yang ternyata memperlihatkan sahabatnya yang menatap Ia dengan mata yang memicing.

" Hayoo Lo mulai kepincut ya sama Leon ? " Ucap Luiva yang menatap Ziva curiga.

" Apaan sih nggak kok, salah ngomong tadi gue " ucap Ziva sedikit gugup.

Pinka mendekatkan wajahnya ke arah Ziva, matanya menatap Ziva Lamat, Pinka  semakin dekat bahkan hampir tidak berjarak, mungkin hidung mereka akan saling menyentuh jika ziva tidak mendorong kepala Pinka ke belakang.

" Napas Lo bau tai ayam " celetuk Ziva seadanya, setelah tangannya mendorong kepala Pinka dengan tidak elit.

Pinka merengut kesal ketika Ziva mengejeknya, bisa bisanya napas sewangi ini di bilang bau tai ayam.

" Napas Lo tuh bau bangke " kesal Pinka yang tidak di pedulikan oleh Ziva.

" Eh eh kok Cia kaya mau nonjok anak baru itu " ucap Yenara kaget sembari menunjuk tempat Cia yang tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang, di sana terlihat Cia yang mengangkat tangannya, bersiap untuk membogem Dirga.

Troublemaker girls Where stories live. Discover now