Kehangatannya

139 22 1
                                    

Tembus 973 Kata

°•°•°

Judulnya mengarang, dan Jimin memang benar-benar mengarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Judulnya mengarang, dan Jimin memang benar-benar mengarang. Tentang acara musim panas.

Murid-murid lain menuangkan pengalamannya menghabiskan libur musim panas bersama keluarganya. Sementara Jimin mengarang bebas, ia buat sangat normal dan begitu sempurna.

Bukan pengalaman yang Jimin tuangkan, tapi harapan,
khayalan, keinginan, perandaian jika ia bisa merasakan kehangatan keluarga seperti kebanyakan anak beruntung di luar sana.

Sayangnya Jimin tidak bisa, tanpa Bundanya, tidak akan ada keluarga lengkap dalam hidupnya.

Bahkan ia tidak punya malu, dengan bangga mengumpulkan tugas mengarangnya, tidak peduli kalau guru yang bersangkutan akan membaca kebohongan yang tertuang dalam selembar kertas miliknya.

Biarlah, yang penting tugasnya selesai , dan perasaannya dibuat puas mengkhayal.

"Ugh." Tiba-tiba perutnya sakit, persis macam ditusuk puluhan jarum tumpul. Memaksa untuk menembus sampai dalam.

Tangan Jimin meremas bagian yang sakit, berharap dapat sedikit meredakan. Nyatanya malah semakin menggila saja. Untung jam pelajarannya sudah usai, guru yang mengajar pun sudah keluar, membawa tumpukan kertas hasil dari tulisan tangan murid-muridnya.

Dengan sedikit tertatih, Jimin memaksakan diri berjalan keluar kelas. Ia berniat mendatangi ruang kesehatan, meminta sebutir atau dua butir obat supaya rasa sakitnya dapat teratasi.

Namun belum juga sampai, Jimin sudah jatuh. Baru setengah jalan, ia meringkuk kesakitan. Mencengkram kuat bagian kiri perutnya. Sedih sekali, harus menahan sakit sendirian. Sementara tidak ada satu pun orang yang lewat. Kemana semua murid sekolahnya, atau memang koridor tempat Jimin kesakitan sekarang sangat jarang dilewati, Sebab terkhusus menuju ruang kesehatan saja.

"Tuhan, kasihanilah aku." Jimin menggigit bibirnya, tidak ingin rintihannya terdengar mengudara. Biarlah ia tahan sedikit lebih lama lagi, siapa tahu nanti sanggup berjalan kembali.

Tapi makin lama Jimin malah merasa tidak sanggup lagi. Matanya memberat, persendiannya terasa lemas. Ada rasa panas dingin di sekujur badannya. Sialnya, suara derap langkah yang kencang membuat telinga Jimin berdengung sebab terpantul secara langsung ke lantai dan masuk kedalam pendengarannya.

"Jimin-ah." Jimin bisa melihat Taehyung meski buram, "Kau bisa mendengarku? Lambungmu berulah lagi ya?"

Jimin ingin menghempaskan tangan Taehyung yang memegang tangannya, kalau saja tenaganya cukup untuk membuat orang itu menjauh.

Tanpa JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang