Tindakannya

116 21 3
                                    

Tembus 878 Kata

°•°•°

Hujan mengguyur Ibu Kota lagi pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan mengguyur Ibu Kota lagi pagi ini. Tidak lebih deras dari semalam. Intensitas yang berkurang, meskipun tidak bisa disebut gerimis juga. Jimin turun dari bus, menjadikan kemejanya sebagai payung dadakan. Hujan tidak akan menghentikannya, bahkan mungkin jika yang turunnya bola-bola api, Jimin tidak akan
berhenti.

Demi menemui Bundanya, Jimin rela berenang-renang di lautan seluas samudra sekalipun.

Sesekali berlari, supaya cepat sampai. Hingga langkah kakinya menapaki anak tangga dari gedung krematorium, dimana Bundanya bersemayam dalam peristirahatan terakhirnya. Jimin merapihkan sejenak rambutnya. Lumayan masih bisa diselamatkan, tidak terlalu lepek.  Tidak senasib dengan kemejanya yang basah.

Menggenggam lima tangkai bunga Lily yang diikat jadi satu. Bunga kesukaan bundanya. Dari luar, Jimin memang tampak biasa saja tapi hatinya kacau didalam. Ini bukan pertama kalinya, tapi Jimin tetap tidak mampu mengatasi perasaannya.  Baru sampai di depan pintu masuk tempat abu Bundanya disimpan, air mata Jimin sudah menumpuk dipelupuk matanya. Mati-matian ditahan, sebab tidak ingin menunjukan kelemahan.

"Bunda, Jimin datang." Memaksakan senyumnya. Bukan karena tidak tulus, tapi Jimin merasakan kesedihan yang luar biasa. Mata Bundanya yang perlahan tertutup untuk selamanya, jelas sekali Jimin lihat. Sesuatu yang tidak akan Jimin lupa seumur hidupnya. Bundanya meninggal tepat didepan matanya, dan ia tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkannya.

"Bagaimana rumah Tuhan, Bunda? Aku harap Tuhan mau memaafkan kesalahan Bunda dan memberikan tempat di surganya." Setiap tahunnya, doa Jimin selalu sama. Tidak ingin Bundanya disentuh kengerian neraka, "Jimin bawa bunga kesukaan, Bunda."

Jimin ingin menaruh bunganya ditempat yang sudah disediakan. Tapi ternyata, sudah ada seikat bunga lain ditempat yang diperuntukan untuk Bundanya. Masih Lily, sama seperti Bunga yang Jimin bawa. Tapi dari siapa?

Ayahnya tidak mungkin datang, meninggalkan pekerjaannya hanya untuk hari peringatan kematian mantan istrinya. Pekerjaan baginya jauh lebih penting daripada masa lalunya. Lantas siapa? Apa mungkin Dokter Mi-Seon. Tapi agaknya itu kejauhan meski tidak mustahil juga. Atau kemungkinan lain, Ibu tirinya dan Taehyung. Tapi pagi tadi, Jimin melihat mereka sibuk didapur. Ibu tirinya memasak dengan Taehyung yang membantunya.

Bahkan Jimin tidak pamit pagi tadi. Tidak penting buatnya.

Jimin celingukan kanan kiri. Lalu melangkah sampai pintu keluar, menoleh ke kanan kiri juga. Tidak ada siapapun yang ia dapati. Sepi-sepi saja.

"Bunda dapat bunga dari siapa? Secret admirer ya?" Tanya Jimin pada pigura Bundanya yang tersimpan dalam kotak kaca. Bagi Jimin itu tidak konyol meski terlihat aneh. Ia terbiasa bicara dengan Bundanya meski tidak ada sahutan, atau Jimin hanya membuat percakapan imajinasi dalam kepalanya sendiri.

Tanpa JedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang