Kepekaannya

142 25 5
                                    


Tembus 552 Kata

°•°•°

Gelegar guntur menyentak Jimin yang tengah tertidur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Gelegar guntur menyentak Jimin yang tengah tertidur. Kantuknya langsung sirnah, Jimin terkejut luar biasa. Terduduk dengan tubuh gemetar, memeluk erat selimutnya. Kali ini Jimin menyesali Taram kamarnya. Semua bayangan terlihat menyeramkan, lemari pajang dikamarnya tampak seperti monster besar. Tirai yang terhembus angin dari lubang diatasnya, terlihat mirip pakaian hantu yang melayang. Imajinasi terbentuk begitu liar. Jimin tidak berkutik didalam ketakutannya.

Saat guruh terdengar dari kejauhan, tapi petir seperti meledak diatas kepalanya, "Bu—Bunda." Jimin memejamkan matanya, ia hampir menangis. Air matanya mendesak keluar. Tidak hanya ketakutan, kini cemas dan kepanikan ikut datang.

Jimin lupa caranya bernapas. Terasa menyempit dan sangat sulit ditarik. Menepuk-nepuk dadanya juga percuma, tidak ada apapun yang Jimin dapatkan. Selain, wajah Bundanya. Diderasnya hujan dan guntur yang menyerang, Jimin kehilangan bundanya. Ditemaramnya lampu ruangan, hembusan napas terakhir Bunda, Jimin saksikan tanpa melewatkan satu detik pun.

'Aku suka hujan Tuhan, aku suka. Tapi tolong tidak dengan gunturnya.' Jimin tidak bisa merasakan napasnya, 'Sakit, Bunda.' Rasanya akan didatangi kematian di detik berikutnya.

Namun seseorang mengguncang bahu Jimin, "Bernapas Jimin." Wajah Taehyung penuh kepanikan, membuat otak Jimin berhenti bekerja untuk membuat penolakan, "Aku mohon bernapas, Jimin-ah. Tarik napasmu, lalu hembuskan."

Taehyung mengusap punggung Jimin, berusaha menciptakan ketenangan. Napas saudaranya tampak dangkal, dalam kesulitan, "Tarik lalu hembuskan. Pelan-pelan." Kepanikannya belum mereda, tapi agak sedikit lega saat Jimin mau mendengarkan ucapannya, "Iya, seperti itu. Pelan-pelan, aku disini Jimin tidak ada yang perlu kau takuti."

Atensi Jimin tetap pada Taehyung. Melepas selimut dalam rengkuhannya, berpindah meremat pakaian yang Taehyung kenakan, "Bunda, Tae." Air mata Jimin tidak lagi terbendung, saat ia kembali mampu bersuara, "Tolong Bunda."

Taehyung tidak pernah melihat air mata Jimin. Tidak segamblang ini. Kesedihan yang selalu Jimin sembunyikan dibalik sikap ketus, kasar dan dinginnya. Kini terlihat didepan matanya. Bukan respon lisan yang Taehyung lakukan, ia menarik Jimin dalam rengkuhannya. Membiarkan bertetes-tetes air mata jatuh. Luapan duka yang Taehyung dengarkan dalam diamnya. Memilih jadi pendengar yang membawa ketenangan lewat usapan konstan yang ia lakukan diatas punggung Jimin.

"Taehyung." Semakin deras saja air mata yang keluar. Sesenggukan tangis Jimin membuat tubuhnya gemetar, "Aku membencimu!" Pukulan Jimin berikan pada punggung Taehyung. Tidak peduli sekencang apa, ia ingin Saudara tirinya merasakan hal yang sama, "Demi Tuhan, sakit sekali."

Tidak kasat mata, tapi sakitnya Jimin rasa luar biasa. Penyesalan, perasaan yang tidak bisa Jimin terima. Sebanyak apapun, Jimin tidak akan bisa rela. Sulit sekali berdamai dengan dukanya. Jimin tidak punya dorongan untuk melakukannya. Ia hanya terus menenggelamkan diri dalam rasa sakitnya, tanpa berniat untuk selamat.

Hujan diluar sana mulai mereda, pada hari yang hampir pagi. Tapi Taehyung masih disana, tetap memberikan dekapan hangatnya pada saudaranya. Meski Jimin sudah lelah dan berhenti bicara yang tidak-tidak, Taehyung tetap menemaninya. Hanya tersisa isakan kecil.

"Jimin-ah?" Matanya sembab, hidungnya memerah. Begitulah yang Taehyung lihat saat ia melepas pelukannya, "Mengantuk ya?" Karena mata Jimin tampak sayu jadi Taehyung pikir begitu.

Taehyung langsung membenahi letak bantal Jimin, lalu membantu saudaranya itu berbaring dengan nyaman. Tersisa 5 jam lagi menuju fajar, Taehyung akan membuat surat izin tidak masuk untuk Jimin. Supaya waktu istirahatnya tidak terganggu waktu sekolah.

"Taehyung." Mata Jimin yang sempat terpejam, terbuka lagi sedikit.

"Hm?"

"Apa mati itu menyenangkan?" Jimin menarik selimutnya sampai menutupi bahunya. Berbalik memunggungi Taehyung, "Bunda lebih memilih mati daripada hidup bersamaku."

Ucapan Jimin membuat perasaan Taehyung tidak tentu arah.


Ucapan Jimin membuat perasaan Taehyung tidak tentu arah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Belum sempat revisi, jadi jikalau ada typo atau salah pengerjaan, mohon maaf.

Minki ngantuk banget, tapi ga mau mengecewakan kalian. Soalnya takut ada yang menunggu. 

Written by Minminki

Tanpa JedaWhere stories live. Discover now