"Hahh" mereka saling bertatapan satu sama lain tidak percaya dengan penjelasan pak satpam.
"Terus bapak liat Gisel pulang belum?" tanya Hana yang masih melongo.
"Belum neng, barusan aja tadi ayah non Gisel pergi buat cari anaknya" jelas pak satpam.
"Oh gitu ya pak, makasih atas infonya kami pergi dulu" ucap Naya berbalik arah dan pergi dari rumah itu diikuti yang lainnya dari belakang.
"Bentar gue telepon Amar dulu" ucap Hana lalu mengeluarkan handphone dari dalam tasnya.
Hana: Halo, mar lo lagi di rumah kan?
Amar: iya, kenapa emangnya.
Hana: Amar tolong bilang ke my mom gue ya, soalnya gue mau pulang telat ada urusan.
Amar : siap, emang urusan apa?
Tuttttt Hana mematikan teleponnya.
"Cari kemana lagi nay, gue udah cape" ujar Syaqil memegang kedua lututnya.
"Feeling gue Gisel pergi ke taman dekat pantai asuhan, ayok kita kesana" ujar Naya.
"Gak ah, gue capek nurutin feeling lu emang feeling lu selalu bener ya nanti kalau kita udah ke sana terus gak ketemu kan yang ada capek" celetuk Syaqil meminum air dalam botol Aqua nya.
"Ya udah kalau kalian gak mau ikut, gue aja yang pergi" ucap Naya lalu berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Gimana mau ikut dia?" Tanya Syaqil yang memegangi perutnya karena terasa sakit.
"Gue mau ikut Naya, kalau lu mau pulang tinggal pulang"ujar Hana.
"Gue juga ikut lu na" timpal Indah selaku sahabat dekat Gisel ia harus menemukan sahabatnya.
Sementara Naya sudah hilang jejak tertutup rimbunan bangunan. Indah dan Hana menatap Syaqil penuh tanya.
"Sorry ya gue mau pulang, perut gue kram auu sakit" ucap Syaqil sambil memegangi perutnya.
"Bukan karena gue gak solid tapi ini demi gue sendiri juga" sambung Syaqil.
"Ya udah hati hati ya" ucap Hana melambaikan tangan kepada Syaqil.
Naya sampai pada sebuah tempat yang berdiri tiang dengan nama "taman kuning", karena semua yang ada di dalam taman tersebut berwarna kuning.
Naya mencari cari ke semua tempat, mungkin saja ada Gisel di sana.
Hingga sampai di sebuah bukit kecil, di sana Naya melihat seorang perempuan berseragam sekolah sedang duduk di atas bukit seorang diri."Gisel?" Naya menghampiri orang tersebut mungkin saja ia Gisel.
Belum ada jawaban dari perempuan itu, hingga beberapa detik kemudian ia menoleh ke belakang.
"GISEL...." Naya memeluk tubuh Gisel Gisel pun membalas pelukannya.
"Apa yang terjadi sama lo sel?, kenapa lo bohongin ortu lo gak berangkat sekolah" ucap Naya melepas pelukannya.
"Gue lagi patah hati nay hiks... hiks"ujar Gisel sembari menangis.
"Pasti ini gara gara cowok itu kan?"tanya Naya yang telah lebih dulu mengetahui.
"Lo tau?" Tanya Gisel.
" Ya gue tau semuanya, kenapa lo jadi lemah gini sel kemana diri lo yang dulu yang suka ngoceh ngoceh gak jelas" ucap Naya merangkul pundak Gisel.
"Gak tau gue juga nay, gak biasanya gue kaya gini" ujar Gisel yang masih menangis di pelukan Naya.
"Lo gak usah galau karena dia, mungkin sengaja Allah tampakkan keburukannya karena demi lo sel atau dia gak baik buat lo" ujar Naya.
"Mending sekarang pulang yu, ortu lu nyariin lu" ucap nya lagi.
"Hah apa ortu gue nyariin gue?" Tanya Gisel tidak percaya.
Naya mengangguk dan kembali pulang bersama Gisel.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TAPI GENGSI
Teen FictionKisah ini bermula saat dirinya bersekolah di SMA. Awalnya ia belum pernah jatuh cinta dengan laki-laki manapun, lalu Tuhan mendatangkan seseorang yang sangat berharga tapi bukannya bahagia ia malah menderita dalam artian mencintai terlalu dalam. Key...