Bab 03

402 52 166
                                    

Seluruh keluarga besar Nenek Ula berdiri melingkari ranjang rumah sakit yang ditiduri Sasya. Dengan Nenek Ula duduk di sisi kanan cucu perempuan satu-satunya itu.

Posisi Sasya sekarang sudah duduk dengan bantal di pangkuannya. Sejak terbangun beberapa menit lalu, gadis itu melihat satu persatu yang ada di ruangan pribadi tempat dirawatnya, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Sasya masih bisa dengar Nenekkan?" khawatir Nenek Ula melihat keadaan Sasya.

Tak ada respon dari Sasya, ia masih betah bungkam dengan mengedarkan pandangan kosong ke segala arah.

"Nenek nggak perlu khawatir. Sasya baik-baik aja. Mungkin, Sasya cuman masih syok sama kejadian tadi," Dania menenangkan.

"Sasya, kami lebih suka kamu yang bawel kayak biasanya," ujar Adnan, dan Kaivan mengangguk menyetujui.

"Sssttt," senggol Rukma pada lengan Adnan.

Sedangkan Yumi melirik sadis Kaivan, ia menyuruh anaknya itu diam saja dari pada berbicara tidak penting.

Tidak lama, pintu ruangan diketuk tiga kali. Lalu, masuklah Vidya bersama puteranya. Suasana berubah sedikit canggung.

Agam yang semula berjalan mengekori Vidya, kini ia berlari menuju Sasya. Yang membuat Nenek Ula, Dania, Yumi, Rukma, Adnan, Kaivan dan termasuk Vidya ikut terkejut. Mata Agam membulat, kemudian menggoyang-goyangkan tubuh lemah Sasya.

"Kamu, Agamkan?!! Jawab!! Kamu yang di tubuh aku, Agamkan?!!" Sasya histeris.

Adnan dan Kaivan berusaha menjauhkan Agam dari Sasya. Tapi, Agam memberontak. Ia pun melihat kedua sepupunya dengan sorot mata sendu.

"Bang Adnan, Bang Kaivan. Ini beneran Sasya. Sasya nggak tau kenapa Sasya tiba-tiba ada di tubuhnya Agam," tutur Sasya.

"Agam, kamu gila!!!" serempak Adnan dan Kaivan yang kegelian mendengar Agam berbicara dengan nada seperti itu.

"Iya, aku gila!! Aku udah gila!! Aku bisa gila!!" Sasya memegang kepalanya dengan napas naik-turun.

"Agam!!! kamu jelasin ke mereka semua. Kalau yang di tubuh Sasya itu kamu, Agam Argani!!!" pekik Sasya frustasi sebab tidak ada satupun yang berada di pihaknya.

Agam yang sedari tadi diam pun mulai menggelengkan kepalanya pelan---membantah atas tuduhan yang dilontarkan Sasya.

Sasya yang berada di tubuh Agam melotot tidak terima, "Kamu jangan bohong!!! Aku, Sasya!!!"

"Agam!!! Berhenti," perintah Nenek Ula yang jengah.

"Nenekkk, Sasya mau istirahat," rengek Agam sambil menggandeng lengan Nenek Ula yang duduk di sampingnya.

"Jangan datang kalau untuk menimbulkan keributan," tutur Nenek Ula.

Hati Sasya tersentak, rasanya sakit mendengar perkataan itu keluar dari mulut Nenek yang selalu memanjakannya. Tapi, sekarang Nenek Ula sedang mengusirnya?

"Nenek, Nenek percayakan sama Sasya. Iya Nek, ini Sasya!! Sasya Anamika. Sasya nggak bohong," Sasya berpikir sesaat agar bisa meyakinkan keluarganya. "Sasya suka jelly, Sasya suka warna pink, Sasya suka film romantis, Sasya suka---"

"Agam, cukup!!!" Vidya tidak tahan melihat tingkah putera pertamanya.

"Bunda!! Bunda percayakan sama Sasya? Bunda pasti sadarkan? Ini Sasya, beneran Sasya anak Bunda!!" Sasya memukul dadanya pilu.

Dania memasang ekspresi aneh, dan Sasya tidak suka ditatap oleh Bundanya sepeti itu.

"Ikut Mama!!" bentak Vidya.

Rasakanlah!Where stories live. Discover now