Bab 05

336 48 158
                                    

"Bunda, malu!!!!"

Sasya berdiri dengan posisi menghadap ke tembok.

Kejadian beberapa saat yang lalu benar-benar membuat Sasya malu. Sasya pikir jika dirinya menggila di tubuhnya Agam, Sasya bisa bersikap biasa-biasa saja. Namun, ternyata tidak.

Apalagi sehabis mengantukkan kepalanya, seisi kelas XI MIA 2 heboh dan menjadikan Sasya pusat perhatian. Na'asnya, dengan usahanya, Sasya malah tetap masih ada di raga Agam.

Menyadari itu, sebelum Guru mengajar datang, Sasya pun buru-buru berlari dengan menutup wajahnya menggunakan telapak tangan.

"Sasya maluuu!! Papa!!" jerit Sasya dalam hatinya.

Kini, Sasya berada di belakang sekolah---menyembunyikan diri. Sasya yakin, pasti banyak murid yang menonton aksinya tengah menggunjing Sasya, lebih tepatnya Agam.

"Sampai kapan aku di sini?" Sasya mengelus-elus jidatnya yang memerah.

Jam pelajaran sudah masuk dan Sasya membolos. Baru kali ini dalam hidup Sasya, ia bolos di sekolah!! Sasya sendiri saja tidak menyangka itu. Meskipun Sasya bukam siswi rajin, tapi Sasya masih tergolong mematuhi aturan sekolah.

Sebenarnya Sasya takut. Dirinya tidak tenang. Bagaimana jika ketauan? Ah sudahlah. Lagi pula, Sasya tidak memiliki muka lagi untuk melewati kelas XI MIA 2.

Di balik punggungnya, Sasya mendengar suara yang familiar di telinganya. Sasya sedikit membalikkan badannya untuk memastikan.

Benar saja, Sasya lupa kalau belakang sekolah memang wilayahnya untuk nongkrong dan bolos para murid berandalan.

"Woy! Sini!"

Sasya menoleh ke arah siswa berpenampilan urakkan. kemejanya tidak dikancing sehingga memperlihatkan kaos bermotif tengkorak.

Sasya menelan salivanya. Lalu, menunjuk dirinya sendiri, "Aku?"

"Mana dompet kamu?"

Mata Sasya terbelalak. Jadi, begini keseharian Alamsyah---cowok yang sering mentraktir Sasya dan teman-temannya jajanan.

Sebenarnya Sasya kesal kepada Alam. Awal mulanya Alam menyukai Ruby, tapi Ruby menolak. Alam pun berpindah ke Prita, ternyata Prita juga menolak. Setelah itu, barulah Alam mendekati Sasya.

Menurut Sasya, Alam tidak mengejar Maura sebab Maura sudah mempunyai pacar. Dan Sasya jengkel sekali, ia dijadikan pilihan terakhir cowok berandalan itu.

Alam memberi kode, menyuruh dua temannya untuk memeriksa tubuh Sasya. Usai menggeledah saku seragam Sasya. Mereka tidak menemukan apapun.

Sasya lega. Nasibnya masih beruntung. Tadi pagi, Sasya menaruh uangnya yang berjumlah sembilan belas ribu rupiah di dalam tas ranselnya.

Alam menepuk-nepuk kasar pipi Sasya. "Jam istirahat nanti, bawa uang dan temuin aku di sini."

"Paham?" sambung Alam.

Sasya mengangguk sekali. Sasya berbohong, ia berniat tidak akan pernah menuruti kemauan Alam.

"Jangan anggap enteng aku, kalau masih mau hidup tenang di sekolah," gertak Alam.

Sasya menganga. Biarkan Sasya ingatkan, dirinya adalah Sasya Anamika. Seorang Sasya diancam? Sasya tidak menerima itu. Alam sudah melewati batas kesabaran Sasya.

Dengan sedikit rasa takut Sasya berucap, "Enak aja tinggal minta-minta. Aku juga butuh uang!! Kalau pun aku ada uang, nggak bakal aku kasih ke kamu."

Ketiga cowok di hadapan Sasya terkekeh sinis. Sasya mencoba mengartikan ekspresi mereka.

Rasakanlah!Where stories live. Discover now