Bab 13

182 12 5
                                    

Hening.

Sasya celingak-celinguk memantau keadaan di rumah Agam seperti seorang pencuri. Setelah di rasa aman karena sosok yang dihindari Sasya tidak ada, Sasya pun segera masuk ke dalam kamarnya.

Akhirnya Sasya bisa bernapas lega.

Saat itu, lampu kamar sudah dimatikan. Penerangan hanya melalui matahari pagi yang masuk melalui celah-celah tirai jendela yang masih tertutup.

Sasya mengarahkan pandangannya ke depan. Di ruangan yang remang-remang itu Sasya melihat dua kepala anak kecil seolah sedang melayang-layang mendekatinya.

Sasya tidak salah lihatkan?

"Aaaaaa!!"

"Tuyuuulll!!" jerit Sasya ketakutan sambil memejamkan matanya.

"Tuyul botak!! Jangan ganggu aku!!"

"Aku miskin, Yuulll!! Cari yang lebih kaya aja sana!!"

"Bang Agam!! Ini Owan sama Owen bukan tuyul," protes Owan.

Sedetik kemudian, Sasya membuka kembali matanya. Lalu, menghidupkan saklar lampu kamar yang terletak di belakang Sasya. Terlihat dua bocah kembar yang rupanya mirip berdiri dihadapannya.

"Kalian kenapa pake bedak menor banget sih?" geram Sasya.

Si kembar cengengesan.

"Kamikan anak kecil. Kalau nggak pake bedak nanti dikira sama orang nggak mandi," sahut Owen.

"Ngagetin tau nggak? Besok-besok jangan semenor ini, pahamkan?" pesan Sasya.

"Kalau nggak, nanti bedaknya aku sembunyiin," ancam Sasya.

"Bang Agam sekarang kejam banget, sukanya marah-marah---" Owan menggantung ucapannya.

"Jadiii, makin sayanggg sama Bang Agam," sambung Owen.

Sasya mengubah nada bicaranya menjadi sedikit pelan, "Mama mana? Aku nggak lihat tadi pas masuk?"

"Ohhh, Pagi-pagi tadi Mama udah ngantar pesanan keripik di warung."

Sasya manggut-manggut. Syukurlah, kali ini Sasya tidak bertemu dengan Vidya. Jujur saja, Sasya belum siap. Beruntungnya, Sasya masih bisa menghindar untuk beberapa saat.

Sasya menyesal sudah bertengkar dengan Mamanya Agam tersebut. Vidya benar-benar menyeramkan melebihi Guru Matematika yang mengajar di kelas Sasya.

"Kenapa semalam Bang Agam nggak pulang? Kami khawatir, apalagi Mama."

"Aku udah gede, wajarkan kalau nginap di rumah orang. Kalian pas gede boleh juga kok," jawab Sasya.

"Tapii, Bang Agam nggak bilang-bilang nginapnya di tempat Kak Sasya." Kali ini Owen yang memasang raut wajah kecewa.

"Sasya ngasih tau?" kaget Sasya.

"Iya, semalam Kak Sasya ngabarin kalau Bang Agam nginap. Kak Sasya orangnya baik bangetkan Bang?"

"Karena dia beliin robot-robotan langsung kalian bilang baik?" tanya Sasya meremehkan. "Nggak tau aja kalian, kalau yang beliin Abang kalian, bukan aku," lanjut Sasya dalam hati.

Kedua bocah berumur tujuh tahun itu kompak menggelengg.

Sasya mengernyit keheranan, ia mencoba mengartikan ekspresi yang terpancar dari wajah Owan dan Owen.

"Misalkan kami udah besar, kami mau cari pacar kayak Kak Sasya yang imut," ungkap Owen tersenyum.

"Kalian masih kecilll!! Kalian aja jarang ketemu dia, udah ngaku suka?" tanya Sasya

Rasakanlah!Where stories live. Discover now