Part 42🔞

9.7K 298 8
                                    

Ashel yang sedang menggendong tubuh Adel pun sedikit keheranan. "Kok rasanya ringan banget ya?." Ashel terus melanjutkan berjalan ke dalam hotel. Pada saat sudah sampai lorong, tangan Adel memeluk tubuh Ashel hingga kedua tangannya terkait di belakang punggung Ashel.

Ashel sudah melihat unit hotelnya, sedikit ia melebarkan langkahnya agar cepat sampai.

Clik!

"Adel!." Nada Ashel sedikit meninggi merasakan bra-nya yang terasa mengendong. Benar saja, tangan Adel baru saja berhasil melepas kaitan benda tersebut. Walaupun terlapisi baju, Adel dengan mudahnya bisa melepas kaitan itu. Tak mungkin bagi Ashel untuk melempar tubuh Adel hanya untuk membenarkan bra-nya, ia pun membiarkan hal tersebut.

Kamar hotel memiliki 6 digit angka di setiap pintunya, baru saja Ashel memasukkan 3 digit, ia merasakan tengkuknya di elus secara lembut dan sensual. Membuat dirinya sedikit merinding dan terbuai. Sentuhan-sentuhan yang memang Ashel nantikan selama ini.

Dengan sedikit hambatan, akhirnya Ashel berhasil membuka pintu dan meletakkan tubuh Adel. Karena menggendong Adel, tubuh Ashel pun di penuhi oleh keringat. Segera ia ingin menuju ke kamar mandi namun dengan cepat di tahan oleh Adel.

"Temenin aku." Adel menarik Ashel dengan cukup kuat. Membuat tubuh Ashel kehilangan keseimbangan dan jatuh di atas Adel. Ia dengan cepat memeluk tubuh Ashel.

Adel langsung menyambar bibir ranum Ashel. Ashel sedikit terkejut namun dengan cepat bisa menyesuaikan bahkan membalas ciuman tersebut. Sembari berciuman, Adel dengan leluasa menanggalkan satu per satu pakaian Ashel hingga berakhir naked.

"Ahh delhh sshhh,"

Adel semakin memperdalam ciumannya. Menahan tengkuk Ashel lalu sedikit menyibakkan rambutnya dan mengecup leher Ashel. Adel berupaya meninggalkan banyak tanda di sana. "You always makes me horny babe." 

Adel beralih mengulum puting Ashel yang sudah menegang. Tangan satunya ia gunakan untuk memilin puting sebelah kiri. "Mmhhh delhh teruss, geli.. mmhhh." Ashel meracau tidak jelas. Merasakan sengatan kecil di tubuhnya.

Adel yang mendengar itu dengan segera melepaskan semua pakaiannya. Keduanya full naked. Adel mengarahkan penisnya ke mulut Ashel. Menyuruh Ashel untuk mengulumnya sebentar dan merasakan hangatnya di dalam sana.

"Hey babe, aku masukin ya." Dengan ragu Ashel mengangguk dan mulai menggenggam tangan Adel. Adel sedikit menggesekkan ya sebelum benar-benar memasukkannya. 

"Mmhhh ahhh delhhh... Sshhhh sakit bangethhh." Adel pun mengecup bibir Ashel guna menghilangkan rasa sakit itu. Beberapa menit, kini Adel mulai menggerakkan pinggulnya. Yang awalnya Ashel merasakan sakit, kini perlahan tergantikan dengan rasa nikmat yang selalu membuatnya terbang.

Dengan tempo yang pasti, Adel memaju mundurkan bokongnya. "Ahh ahhh delhh." Seakan tak peduli, Adel terus menghentakkan nya hingga sesekali mencapai g-spot Ashel.

"Delhh, aku mau keluarhhh."

"Bareng Celhh."

"Aaahhhhh"

Adel membenamkan lebih dalam penisnya. Ashel merasakan sesuatu yang menghangat di dalam sana berbarengan dengan pelepasan dirinya.

Kini Adel berbaring di sebelahnya. Tanpa melepas penyatuan mereka.  "Ahh delh jangan di gerakin." Ashel yang masih sensitif pun merasa terangsang jika ada sedikit pergerakan.

Adel yang awalnya dalam pengaruh minuman kini mulai sedikit sadar. Namun enggan menyudahi kegiatan panas mereka. Bisa di bilang, Adel semakin malam semakin ganas. Berbagai gaya ia praktekan dan semuanya ia tumpahkan di dalam.

Kini Ashel menungging, lalu Adel berada di belakangnya. Ashel menenggelamkan kepalanya di bantal saat tangan Adel mengelus lembut paha bagian dalamnya hingga ke inti.

"Aahh Del, jangan di mainin." Adel meraba area kewanitaan Ashel yang basah, lalu ia oleskan ke penisnya. Sedikit mengurutnya lalu mulai mengarahkan ke milik Ashel.

Ashel semakin kuat mencengkram bantal kala merasakan penis Adel masuk dengan perlahan. Seakan memenuhi vaginanya. "Nghh, aahhh Dellh. Kok makin besarh."

Jleb!

Penis Adel tertanam sempurna. Lalu ia mulai menggoyangkan pinggulnya. Adel memberikan tempo yang lambat namun membuat Ashel semakin gila. Bagaimana tidak, setiap hentakan yang Adel berikan, mampu menyentuh G-spot milik Ashel.

"Aaahhh"

"Mmhhhh"

"Enak Celhh"

"Lebih cepat Delhh, aku mau keluarhh."

"Bareng Celhh."

Adel semakin mempercepat temponya. Merasakan penisnya yang mulai membesar dan di apit oleh Ashel.

"Ahhh Delll... Aku keluar."

"Aahhh aku juga."

Dengan cepat Adel mencabut penisnya. Membalik badan Ashel lalu mengarahkan ke mulutnya. Ashel pun membuka mulutnya, namun hal mengejutkan terjadi. Adel mendorong penisnya hingga ke tenggorokan Ashel.

Ashel sedikit terbatuk saat cairan hangat itu langsung melewati kerongkongannya.

"Aahhhh." Adel merasakan lega setelah pelepasannya.

Lalu ia mencabut penisnya dari mulut Ashel. Ashel memegang penisnya kemudian ia kulum sebentar.

Setiap mencapai pelepasan, Adel selalu mengeluarkannya di dalam. Entah itu dari vagina maupun dari mulut.
Seakan sudah memiliki komitmen bahwa mereka akan melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi.

Jam menunjukkan setengah satu dini hari, namun terlihat Adel yang masih terjaga. Menatap wajah teduh dan kelelahan dari kekasihnya. Ashel bak orang pingsan, tak terusik oleh apapun yang ada di sekitarnya.

"Semoga secepatnya kita bisa ke jenjang yang lebih serius ya." Gumam Adel pelan, sembari menyingkirkan anak rambut Ashel. "Aku sayang banget sama kamu."

"Aku beruntung banget dunia memberikan kesempatan untuk kita bersatu." Adel mengecup singkat bibir Ashel. Menjadi favorit dari segala favoritnya.

"Tolong terus temani aku, tuntun aku dalam melakukan segala halnya. Kita sama-sama belajar disini. Jadi tidak ada kata untuk berpaling satu sama lain."

"Kita tidak akan berjalan sejauh ini jika belum menerima hal buruk dari masing-masing pribadi." Mata Adel sedikit berkaca kaca. Teringat pada sosok maminya yang selalu ada di sisinya. Dalam hal baik maupun buruk.

Ade menarik selimutnya hingga menutupi tubuh keduanya, ia dekap erat-erat tubuh di sebelahnya.


"Sampai tiba saatnya, 'kan ku persunting dirimu tuk jadi pendamping hidupku. Lalui rintangan dengan jari jemari yang saling bertaut. Menyalurkan semangat dan afeksi satu sama lain."

"Adel, semoga kamu memang orang yang di takdirkan tuhan untuk berada di sampingku. Menuntun setiap langkahku. Menerima segala kekuranganku. Aku akan berusaha menjadi pasangan yang baik." Ashel menyunggingkan senyumnya. Dengan mata terpejam ia merasakan kehangatan dalam hatinya.

Tak sadar kini keduanya benar-benar terlelap ke alam mimpi. Menyelami alam bawah sadar dengan segala keindahannya. Mulai merakit bunga tidur untuk di esok hari.











THANKS

PAGI-PAGI GAPAPA KAN?


BTW, DI AKHIR ITU BUKAN BENTUK PENYESALAN DARI ASHEL DAN ADEL. TAPI SEBUAH HARAPAN AGAR TAK ADA RINTANGAN YANG DAPAT MEMISAHKAN MEREKA.

SAKIT KAN, SUDAH JAUH BEGINI BERAKHIR KANDAS.

APA KATA PENUMPANG MENGETAHUI KAPALNYA KARAM?.




TBC

T A K D I R [DELSHEL] ENDWhere stories live. Discover now