Pounding

163 25 4
                                    

Hallo!

Seperti biasa sebelum membaca vote dan komen dulu yuk biar Author semangat updatenya 🤭

Selamat membaca!

__________________________________

Pagi-pagi sekali Arsea telah tiba di mansion Eros. Arsea melirik sekitarnya dimana hanya pekerja mansion saja yang berlalu-lalang, Arsea belum melihat keberadaan Eros di lantai dasar. Apa pria itu belum bangun?

Arsea kemudian memutuskan untuk naik ke lantai dua dimana letak kamar Eros berada. Arsea berdiri sejenak di depan pintu kamar Eros lantaran tengah berpikir apakah ia langsung masuk saja atau harus mengetuk pintu terlebih dahulu

Arsea pun memutuskan untuk mengetuk pintu sebanyak tiga kali, namun beberapa detik menunggu sang empu tak kunjung keluar dari kamarnya

Arsea akhirnya memberanikan dirinya membuka pintu cokelat di depannya menggunak kunci cadangan yang ia miliki, secara perlahan ketika pintu berhasil terbuka, Arsea mengintip terlebih dahulu untuk memastikan pemilik kamar apa sudah bangun atau belum.

Dan benar saja, terlihat Eros masih berbaring terlentang di atas ranjangnya. Kemudian Arsea memasuki kamar sembari berjalan menuju tirai untuk membukanya, tetapi belum sampai tirai itu terbuka seseorang mencekal tangannya

"Siapa kau?" desis Eros yang berada di belakang tubuh Arsea

"I-ini saya Arsea, Pak." gugup Arsea, masih dalam keterkejutannya, ia pikir Eros masih tertidur sebelumnya

Eros melepaskan cekalannya, namun tubuhnya masih berada di dekat Arsea. Dalam pencahayaan yang temaram, Eros dapat melihat warna rambut Arsea yang membuatnya tak mengenali gadis itu

"Apa kau mewarnai rambut mu?" tanya Eros. Seingatnya warna rambut Arsea itu pirang, bukan cokelat

Arsea mengangguk,"Iya, Pak." 

Dada Arsea berdegup kencang ketika dada bidang milik Eros tepat berada di balik punggungnya. Jaraknya dengan Eros membuat Arsea sulit bernafas, kenapa setiap kali berdekatan dengan Eros jantung Arsea rasanya ingin meledak

Setelah mendengar jawaban dari Arsea, Eros memundurkan dirinyanya kemudian berlalu menuju kamar mandi. Barulah Arsea bernafas dengan baik kembali setelah mendengar pintu kamar mandi itu ditutup

Sembari menunggu Eros selesai dengan ritual mandinya, Arsea menyiapkan pakaian untuk dikenakan Eros bekerja. Setelan jas berwarna biru tua Arsea keluarkan dari dalam lemari kemudian ia letakan di atas ranjang yang sebelumnya telah ia rapikan. Setelah itu Arsea keluar dari kamar Eros menuju lantai bawah untuk menunggu perintah Eros selanjutnya.

Setelah menghabiskan beberapa puluh menit untuk bersiap-siap, terlihat Eros berjaraln menuruni tangga. Arsea langsung bangkit dari duduknya ketika melihat Eros berjalan ke arahnya

"Pakaikan!" perintah Eros sembari menyodorkan dasi berwarna abunya

Arsea mengambil dasi tersebut kemudian ia kalungkan ke leher Eros, sedikit berjinjit lantaran Eros yang begitu tinggi menjulang di hadapannya, tingginya hanya sampai sebatas dada Eros, padahal Arsea tidak sependek itu. Mungkin Eros saja yang tubuhnya terlalu tinggi seperti gapura

Seelah mengalungkan dasi tersebut, Arsea termenung. Jujur saja, Arsea tidak tahu bagaimana caranya memakaikan dasi itu pada Eros, Arsea menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Kau tidak bisa menyimpul dasi?" tanya Eros ketika melihat Arsea hanya terdiam sembari memegang dasi yang berada di lehernya

Arsea mengangguk pelan,"Tidak bisa. Maaf, pak." Jawab Arsea pelan

Disenchanted Where stories live. Discover now