Chapter 27

323 31 20
                                    

Slut
—Taylor Swift🎧

Suasana perpustakaan yang sunyi berhasil membuat suara tamparan keras yang baru saja mendarat pada pipi Yoongi terdengar lebih nyaring menyapa telinga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Suasana perpustakaan yang sunyi berhasil membuat suara tamparan keras yang baru saja mendarat pada pipi Yoongi terdengar lebih nyaring menyapa telinga. "Kau masih tertinggal di era Space? Tempat ini adalah Alexter, dan Namjoon pemiliknya. Han Yoongi, sadarlah karena kau bukan lagi pangeran yang dilahirkan untuk memiliki dunia ini."

Apa yang pertama kali terlintas dalam pemikiranmu ketika Juny dan Yoongi terlihat layaknya bermusuhan tanpa diduga?

Pasalnya selama ini tidak ada interaksi berarti antara keduanya. Baik Juny maupun Yoongi hanya saling bertegur sapa untuk sekedar mempertahankan komunikasi antara petinggi, maka bereaksi tegang kelewat terkejut menyaksikan semua itu secara langsung bukanlah hal yang aneh bagi Seojun. "Astaga apa yang harus kulakukan?" Gumamnya gelagapan sendiri, "jika aku muncul sekarang itu akan sangat canggung, tapi kalau tetap bersembunyi disini sama saja dengan aku menguping pembicaraan pribadi mereka."

Seojun mengomel pelan satu sampai dua hal yang membuatnya menyesal dalam mengambil keputusan. Lagipula kenapa Jungkook mendadak memerintahkannya untuk datang ke perpustakaan beberapa saat lalu, lama menunggu sang ketua di titik pertemuan Seojun hanya menemukan atensi Yoongi yang datang sendirian. Ia memutuskan bersembunyi dibalik rak-rak dengan alasan takut dan segan sendiri dengan sosok tersebut, lalu siapa menduga kalau pilihan itu malah membuat Seojun harus menggali kuburannya sendiri.

Merogoh ponsel dalam saku celanamya sebelum mengetik nama Jungkook untuk dihubungi, Seojun kembali dikejutkan ketika vas bunga di meja area duduk Yoongi lemparkan hingga pecah berserakan.

Pada saat bersamaan ponsel Seojun berdering yang merupakan panggilan dari ketua unit galaknya. "H—Halo ketua. Saya sudah di perpustakaan lantai tiga." Seojun sengaja mengecilkan nada suaranya agar dua atensi besar disana tidak menyadari dirinya yang kecil sedang menguping tanpa izin. Meski Seojun tak benar-benar berniat demikian.

"Apa mereka sudah ada disana?" Tanya Jungkook dengan vokal kelewat tenang berbanding terbalik dengan Seojun yang mulai mengeluarkan keringat dingin.

Melirik ponselnya untuk sekedar memastikan apakah panggilan masih terhubung, tangan Seojun yang lain segera ikut menggenggam ponsel dengan tundukan sopan atau malah ketakutan? "A—pa yang ketua maksud?"

"Laporkan apapun yang terjadi antara mereka berdua padaku. Jika perlu rekam sebagai bukti. Aku harus tahu semua yang dibicarakan oleh Juny dan Yoongi."

"Tapi ketua saya terlalu takut untuk—" suara dibalik telepon mendadak hilang begitu saja. "Ketua?" Ah, Jungkook mengakhiri panggilan tanpa mau mendengar aduan Seojun yang malang lebih lanjut.

Sungguh. Seojun stress sekali dibuatnya. Ia lebih suka berada dalam misi mengantarkan pesanan senjata berat atau turun langsung menodongkan pistol pada musuh dibandingkan harus berhadapan dengan para petinggi Alexter yang menyeramkan, terutama Han Yoongi. Petinggi paling kejam. Petinggi dengan raut dan vokal kelewat tenang, berbanding terbalik dengan kecakapan tangan dan kakinya, apalagi otak liciknya. Terakhir kali dalam misi penggabungan ke utara, Seojun ingat betul pria berkulit pucat itu menebas kepala seorang musuh yang sebenarnya sudah kehilangan nyawa. Ketika berdebat sengit dengan Jungkook yang memang adalah pelaku utama, dia malah menyeringai dengan mengatakan. "Aku melakukannya karena menyenangkan." Ouh, sejak hari itu Seojun benar-benar ketakutan setengah mati dengan sosok Han Yoongi. Sehingga dia sebisa mungkin selalu menghindar jika tidak sengaja berpapasan di markas.

The Alexter : Over the Truth ✔️Where stories live. Discover now