orang-orang misterius

143 24 6
                                    

Pagi harinya mereka memutuskan untuk mencari Kompas yang dapat membawa mereka ke negri Wonderland. Karena negri Wonderland adalah tempat dimana jam pasir itu hancur. Tapi tanpa mereka semua ketahui, bukan hanya jam pasir saja yang harus mereka selamatkan. Melainkan, mereka harus melawan oknum yang telah menghancurkan jam itu. Dan dia akan segera kembali lagi ke dunia ini dalam hitungan hari.

"Kira-kira kapan ya kita bisa menyelamatkan Dunia? Aku tidak sabar agar wajahku di tampilkan di seluruh Dunia" angan-angan Mingi terlalu tinggi sampai membuat semua yang ada di Sana ingin menghajarnya. Bahkan Yeosang sudah mengeluarkan sebuah pisau dari tas kecilnya.

"Akan aku potong kepalamu, lalu kami akan berkeliling dunia Sambil membawa Kepalamu" Ucap Yeosang dengan datar namun mematikan. Mingi terdiam dan yang lainnya hanya tertawa terbahak-bahak. Setidaknya rasa Sedih Hongjoong atas kepergian Seonghwa tidak seperti tadi, kini dia lebih ceria.

Satu jam perjalanan dan akhirnya mereka sampai di sebuah goa yang sangat mengerikan. Keceriaan mereka berubah menjadi rasa takut, Mingi yang awalnya memiliki angan-angan yang tinggi kini hanya bersembunyi di balik Yunho.

"Menyelamatkan dunia konon" ledek Yunho, Mingi tidak peduli dan hanya bersembunyi di balik baju Yunho sampai mereka berada di dalam goa.

Mereka sulit melihat, hanya ada pencerahan dari obor yang di bawa Yeosang dan San. Mereka berjalan dengan berpegangan karena takut terpisah satu sama lain, di tambah gelapnya lorong goa ini. Pasti sulit jika mereka terpencar.

"Berhentilah memegang bajuku, aku sulit bernafas" Ucap Yunho sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya agar Mingi melepaskan cengkeramannya. Tidak ada yang memegang bajunya lagi. Dia lega, tapi tak sepenuhnya lega ketika mendengar triakan dari Wooyoung.

"Berhenti! Mingi tidak ada disini" Mereka semua Sontak menoleh ke arah Wooyoung yang berada di belakang dan di depan San. San bingung dengan maksud perkataan Wooyoung, dia berada di barisan paling belakang tapi tidak melihat kepergiaan Mingi.

"Mulai berhitung dari depan!" Perintah Hongjoong. Mereka mulai berhitung dari Yeosang yang paling depan, sampai San yang paling belakang. Semuanya aman sampai...

"..1—"

"—7.."

"Delapan"

Jleb.

"Hantu!!" Mereka semua berlarian tanpa arah sampai tak sadar bahwa mereka terpisah satu sama lain. Hongjoong terus menegang erat tangan Jongho dan berlari, sedangkan yang lainnya tidak tau keberadaannya.

BRUK!

"Argh....!"

Mingi Menggerang kesakitan, tubuhnya bergetar hebat. Seorang pemuda yang terlihat lebih muda darinya sedang menatapnya datar membuat kesan mengerikan

"Apa-apaan ini?"

"Pikir saja sendiri" Pemuda di depannya memutar bola matanya dan mengambil tali di atas meja. Dia mengikat kaki dan tangan Mingi dengan erat sampai Mingi hampir tidak bisa bergerak. Mingi tak bisa berhenti mengoceh karena ketakutan sampai membuat pemuda di depannya kesal.

"Hentikan omong kosong Itu, tunggu di sini sampai dia datang" Pemuda tersebut Pergi meninggalkan Mingi yang tengah ketakutan.

"Jongho, apa kau baik-baik saja?" Tanya Hongjoong. Dia masih sentiasa menggenggam erat tangan Jongho, dia takut jika Jongho sampai kenapa-kenapa.

"Sepertinya luka di kakiku semakin membesar karena berlari tadi" Jawab Jongho lirih. Hongjoong yang paham langsung membantu Jongho untuk duduk, dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Mereka beristirahat sebentar sampai suara langkah kaki mengacaukan ketenangan mereka. Suara langkah kaki yang semakin lama semakin dekat, di tambah dengan hawa yang semakin lama semakin panas menambah kesan menakutkan, Jongho menggenggam erat tangan Hongjoong karena takut. Jongho memanglah bukan tipe orang yang penakut. Tapi dalam kondisi seperti ini siapa yang tidak takut? Jelas bukan author:(.

"S..siapa di sana?" Hongjoong berusaha untuk tidak takut, walaupun gemetar, dia tidak boleh menunjukkan rasa takutnya pada Jongho.

"Kau bertanya? Atau menantang maut?" seketika hening. Jongho dan Hongjoong tak bisa melakukan apapun. Tubuh mereka kaku seperti es.

"Tolong!!" Suara tangisan menggema di seluruh. Sebuah obor yang menyala seperti bergerak sendiri karena gelap. Hongjoong tau itu siapa, Choi San. Suara dan triakan khasnya mudah di tebak.

"Kami disini, maju beberapa langkah" Hongjoong berteriak, San yang mendengar langsung lari sempoyongan kearah sumber suara brasal.

Kretek

"AAAAAAAAA! BAJINGAN KAU CHOI SAN!!" Hongjoong berteriak yang membuat San langsung terhenti dan mengerahkan obornya kearah bawah, terdapat Hongjoong dan Jongho. Tapi yang tidak dia ketahui adalah. Dia menginjak telapak tangan Hongjoong.

"Hehehe, m...maaf Hyung"

Hongjoong sadar dan menoleh kearah sumber suara tadi, dia sadar bahwa suara tadi menghilang bersama hawa panas.

"Berhentilah menangis, ya ampun aku lelah menghadapi laki-laki besar ini" seorang pemuda dengan tubuh yang terkesan pendek menepuk jidatnya, dia tidak tahan lagi dengan Mingi yang Terus menangis sambil menyebut nama Ibunya.

"Sabar saja, tunggu sampai dia datang. Setelah itu kita akan makan enak" orang dengan tubuh tinggi menepuk pundak temanya. Sebenarnya dia juga kesal melihat tingkah laku Mingi. Tapi mau bagaimana lagi ini sudah menjadi tugas mereka.

"Jangan makan aku.. Huhuhu!" Mingi memberontak. Dia berusaha melepas tali yang mengikatnya. Tapi mustahil, tidak mungkin dia melepaskan tali yang begitu kencang mengikatnya.

"Siapa yang mau memakan dirimu? Daging mu pahit, jadi tidak usah terlalu percaya diri" Mereka hampir tertawa, tidak ada yang berniat untuk memakan Mingi.

"Dih.." Mingi mengubah bentuk wajahnya menjadi Julid. Hadeh:(

"Sudahlah, aku lelah. Jangan bertengkar lagi!" Pemuda tinggi tadi duduk di sebuah kursi yang kelihatannya sudah cukup lama berada di sana.

Kretek.... Bruk!

Alhasil Pemuda tinggi yang duduk di kursi jatuh dan pinggangnya sakit karena terbentur barang yang ada di belakangnya.

"Pfft" Mingi hampir tertawa, tapi dia menahannya karena takut sesuatu yang tidak dia inginkan terjadi, tapi berbeda dengan temannya yang melepas tawanya.

"HAHAHAHA...."

Selanjutnya adalah pertengkaran yang amat mengerikan terjadi antara dua human yang ada di depannya. Mereka sama-sama melontarkan kata-kata kasar dan menjambak rambut satu sama lain, Mingi yang melihat itu hanya bisa memasang senyum pahit. Bagaimana bisa seorang pria bertengkar dengan cara seperti itu.

"Jam pasir itu sudah lenyap ya? Terlalu sulit menjaga kestabilan dunia jika jam pasirnya saja sudah tidak ada. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Dengan tatapan yang tajam, Seorang pemuda menatap rekannya yang sedang bermain seekor kelinci, dan selanjutnya dia membunuh kelinci itu dengan tangannya. Yaitu dengan menarik kepala dan badan kelinci yang ia bawa sampai terpisah.

"Giok sudah mengirimkan delapan Pemuda, tenang saja" Sahut rekannya Seraya membersihkan darah di tangannya.

"Tapi satu dari mereka sudah tiada. Bagaimana bisa aku tenang!?"

"Dia tidak sungguh-sungguh Pergi, lihat di belakangmu" pemuda tadi menurut dan melihat ke belakang, terdapat seorang pemuda yang terlihat kebingungan sedang menatap mereka.

TBC......

Wonderland ATEEZ [ End ]Where stories live. Discover now