Pertarungan

91 16 0
                                    

Yunho, Mingi dan Jongho selalu menjaga jarak dengan San. Perubahan sikap San yang membuat mereka menjauh, Mereka tak habis pikir dengan San yang berubah sikapnya sejak dadanya terluka.

"Kau baik-baik saja kan, Hyung?" Jongho bersuara dengan getat, dia tidak lepas dari genggaman Yunho. Tidak biasa nya San seperti ini Karena pada umumnya San cenderung memiliki sikap ceria. Tapi tidak dengan sekarang, San cenderung lebih dingin dan nampak serius.

"Aku baik" San Menoleh ke belakang. Dimana tempat Ketiga oknum yang bernama Yunho, Mingi dan Jongho berada, tubuh mereka bertiga seketika menegang begitu saja saat melihat tatapan San.

"Kalian tidak perlu takut, San hanya sedang menggunakan mode seriusnya" Dojoon sedikit tersenyum. Padalah dalam hatinya bukan itu yang ia katakan. Ketika jantung San di tusuk maka dirinya akan berubah menjadi sikap sesungguhnya. Yaitu, Duxe atau monster yang dapat mengendalikan pikiran seseorang.

Sring....

San memutar bola matanya remeh Saat sebuah anak panah meluncur kearah dirinya. Tapi bagi San, itu bukan apa-apa karena selain mengendalikan pikiran dia juga memiliki penglihatan serta penciuman yang tajam. San mengambil anak panah yang tertancap di sebuah pohon.

"Siapa yang berani melukai diriku..!" San melemparkan anak panah tersebut ke sebuah pohon tempat asal panah itu Meluncur.

Panah itu menancap di pohon dan yang terjadi adalah pohon itu meledak dan hancur berkeping-keping. Yunho, Mingi serta Jongho yang melihat itu langsung membuka mulut mereka lebar, merka belum pernah melihat hal seperti ini sbelumnya. Bahkan Seonghwa yang bisa di bilng siluman juga tidak mungkin memiliki kekuatan seperti itu, atau mungkin belum.

"A.. Apa yang baru saja terjadi" Tubuh Mingi seketika bergetar luar biasa. Dirinya begitu tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.

"Haha.. Rupanya ada monster kedua di sini" Dari tebalnya asap yang di sebabkan oleh San, samar-samar terlihat seseorang sedang berjalan menghampiri mereka. Semakin lama semakin jelas sosok itu. Itu adalah Keonhee.

"Kau lagi!? Apa kau tidak bosan selalu mengikuti kami?" Jongho menggerang, rasanya ingin sekali dirinya melemparkan sebuah batu rasaksa pada Keonhee.

"Jika kau tidak ingin melihatku lagi MATI SAJA!!" Keonhee mengeluarkan sebuah pedang yang sangat tajam dari sarungnya dan berlari menghampiri jongho. Dia berniat untuk menghabisi jongho. Tapi sayangnya gagal karena Seonghwa datang dengan cepat dan mendorong tubuh Keonhee sampai terpental jauh.

"Berani nya kau!" Seonghwa menatap tajam kearah Keonhee yang sekarang sedang terbaring di tanah.

Bukan merasa sakit, Keonhee justru tertawa keras dan berdiri lagi. Dia menatap Seonghwa dengan sombong dan dalam tatapannya itu terlihat jelas bahwa Dia sedang menantang Seonghwa.

"Ku kira kau sudah mati Bersama dengan temanmu itu Ha.. Ha" Keonhee tertawa dengan nada yang sangat remeh.

"Aku tidak akan semudah itu mati di tangan busukmu!!" Seonghwa mengepalkan kedua tangannya. Dia sangat tidak suka jika dirinya di remehkan. "Yunho, Mingi dan Jongho. Pergilah ke barat, di sana sudah ada Hongjoong yang menunggu kalian"

"Bagaima dengan kalian" Jongho Bertanya.

"Jangan pikirkan kami" San menatap Jongho. Kali ini tatapannya terlihat Sangat serius.

Mereka hanya menurut dan pergi ke arah yang sudah di perintahkan oleh Seonghwa, sebelum mereka benar-benar menghilang Mingi melihat kearah belakang dan dia tak melihat San. Hanya monster yang mengerikan, Sama seperti yang dirinya lihat pada saat mereka sedang menghadapi Oneus. Pada Akhirnya mereka menghilang dan tak terlihat oleh Seonghwa, Dojoon dan Juga monster itu yang sebenarnya adalah San.

"Apa kau tidak takut merasakan amarahku lagi?" Keonhee tersenyum dengan tatapan yang amat mengerikan. Tak ada rasa takut pada diri Seonghwa, dia sudah terbiasa merasakan amarah Keonhee.

"Aku takut? Aku bisa selamat dari seranganmu itu dan akan selalu begitu" Seonghwa mengeluarkan sebuah pedang yang amat Panjang dan siap untuk menikam Keonhee.

"Kalau begitu, BUKTIKAN!" Keonhee berlari dengan cepat dan langsung menghunuskan pedangnya. Tapi sayangnya tidak berlaku untuk Seonghwa, Seonghwa menghindar dan San langsung mencakarkan kuku tajamnya pada Keonhee sampai dia terpental jauh.

"Hanya itu kemampuanmu?" Seonghwa meremehkan Keonhee, dirinya begitu puas melihat keadaan Keonhee yang tak berdaya lagi. Apakah Keonhee akan menyerah? Sangat mustahil.

"Jangan senang dulu, pasti dia memiliki rencana lain" Dojoon memperingati Seonghwa dan San. Dia sudah tau tidak semudah itu untuk mengalahkan orang yang sudah bersekutu dengan iblis.

"Ha.. Ha... Hanya itu kemampuanmu?" Keonhee berdiri, dia meregangkan otot tubuhnya dan menguap. Baru mendapatkan hantaman yang luar biasa, bukan mengaku kalah ia malah menjadi-jadi.

Seketika Susanna berubah menjadi mencekam. Suara pohon-pohon yang terkena angin membuat mereka bertiga yang ada di situ menjadi waspada, Keonhee bukanlah orang yang mudah untuk menyerah, dia akan meremehkan orang yang mengalahkanya agar orang itu marah dan akan membuat dirinya lebih mudah untuk Menyerang lawannya, seperti saat Eden hendak melawannya pada saat itu. Dengan mudah Keonhee membuat emosi Eden memuncak dan dia dapat dengan mudah pergi.

"Kita harus sangat waspada. Kapanun dia bisa menyerang Kita" Seonghwa dan San bersamaan mengangguk saat mendengar perkataan Dojoon.

"Hahaha...... Masihkah kalian sanggup melawanku?" Keonhee berlari dengan cepat, terlalu cepat sampai sulit untuk  melihat keberadaanya. Dan pertempuran yang sesungguhnya pun di mulai....

Bruk!

"Aku masih tidak menyangka jika dia masih hidup sampai sekarang" Kyung Soo memumkul meja di depanya. Dia merasa sangat marah ketika mengetahui orang yang hampir menggagalkan rencananya masih hidup "Dojoon, tunggu kedatanganku"

"Tenangkan dirimu, Tunggu sampai Nyawa Keonhee hilang. Kau baru bisa maju dan bermainlah sesukamu" Seorang dengan pakaian serta topeng berwana putih tersenyum kepada Kyung soo.

"Argh! Aku benci menunggu" Kyung soo berdiri dan pergi dari tempat itu.

"Dasar.."

"Maskman, lepaskan Aku!!" seorang yang menggunakan pakaian putih tadi menatap ke arah sebuah penjara kaca yang berada tepat di belakangnya.

"Pemimpin black pirate. Kau bosan ya berada di dalam situ? Atau kau khawatir pada rakyatmu yang hidupnya tidak karuan?" Maskman pergi meninggalkan Pemimpin black pirate Tersebet.

"Lihat saja. Siapa yang akan menang pada akhirnya. Walaupun kekuatanmu itu tak terbatas, tapi ada delapan pemuda yang akan melampaui kekuatanmu" Maskman berhenti melangkah. Dia membalik tubuhnya dan menatap tajam orang yang sekarang sedang ia tahan, dirinya sangat marah saat mendengar kata 'delapan pemuda'

"Anak-anak itu hanya di anugrahi kekuatan Giok saja, mereka bukan Giok" Maskman kembali berjalan dan keluar dari ruangan itu.

"Asal kau tau, Giok iti adalah diriku" Seketika mata black pirate itu bercahaya, cahaya berwana biru yang tepat di bola matanya.

"Pemimpin kami mengirim sebuah sinyal bahaya" Halateez dengan cepat langsung berdiri dari duduknya. Eden, Maddox dan Gahyeon juga ikut berdiri, mereka tau apa arti sinyal itu. Delapan pemuda itu sedang dalam bahaya besar.

"Apa yang harus Kita lakukan sekarang?" Gahyeon begitu khawatir dengan keselamatan anak-anak itu.

"Gahyeon, terus ikuti Kemanapun mereka pergi" Eden menatap Gahyeon. Gahyeon yang paham dengan arti ucap Eden mengangguk dan mengambil sebuah jubah dan pergi.

TBC...

Wonderland ATEEZ [ End ]Where stories live. Discover now