143 - 145. Visiting Grandpa's House (3) - (5) 𖥔

92 12 7
                                    

——— 143. Visiting Grandpa's House (3) 𖥔 ———

"...."

Kyaaaaaaaaghh!

Batinku berteriak.

"I-Itu tidak mungkin."

Dengan tangan yang gemetaran, aku pun meremas kedua sisi cermin itu.

Aku berkedip, mengusap mataku berkali-kali, dan mencoba untuk melihat lagi, tapi angka 1 di atas kepalaku tidak berubah.

Nenek Dewi, yang baru saja mengambil pipa nya, pun membuka mulutnya.

"Mungkinkah itu warga yang dikorbankan tanpa sepengetahuan karena skill area luas mu?"

"Tidak. Saya tak pernah begitu."

Aku tak pernah ceroboh ataupun agak sempit jangkauannya untuk membuat kesalahan seperti itu.

Pikiranku berpacu dalam kebingungan.

Ada kalanya saat aku membantu dan menantang kematian. Ini adalah kasus dengan rombongan bandit, Batu Loncatan, yang dijadikan bahan persembahan ke Ratu Harpy, dan kesatria Pillar of Light, yang merupakan musuhnya Thesilid.

Tapi, kalau kematian mereka dihitung sebagai dosaku, angka di atas kepalaku seharusnya bisa melebihi dua digit.

Ini sudah jelas kalau Eyesight of Sin hanya menghitung kematian yang dimana aku memiliki kontribusi lebih tinggi daripada membantu dan menantang.

Tapi aku tak pernah terlibat pada kematiannya seseorang selain Batu Loncatan dan kesatria Pillar of Light ....

Lalu, Nenek Dewi pun berbicara.

“Meskipun itu jenis yang sama seperti pembunuhan secara tidak langsung, kontribusi karma itu dijumlahkan secara berbeda saat menggunakan kekuatan lebih atau menggunakan kekuatan yang kurang. Kekuatan adalah sesuatu yang mengganggu kedamaian dunia, jadi itu menciptakan sebab-sebab dan efek sendiri.”

"Benar-benar tidak ada seorangpun yang mati karena aura ataupun kekuatan suciku."

“Aku tak membicarakan tentang penggunaan tiga kekuatan besar.”

"Lalu?"

“Kekuatan iblis yang disebut dungeon yang mencampuri di dunia mu.”

"Ah....."

Aku langsung menyadarinya.

Pengaruhku di dunia ini adalah melalui dungeon.

Sebuah suara yang teredam datang dari mulutmu.

"Itu artinya ada orang yang mati tanpa bisa keluar dari dungeon yang saya tutup....."

“Iya.”

"Hah, saya pikir ini hanya menunjukkan dosa yang lebih baik tak diucapkan."

Aku menjadi hening sendiri.

Aku pun melewati dungeon-dungeon yang kututup sendiri satu per satu, tak terkecuali yang serangan terakhirnya dicuri ataupun oleh paksaan eksternal.

Aku mulai mengingat ulang dari yang paling terkini sampai terlama.

Apakah itu salah satu dari dungeon kelas A atau dibawahnya yang aku taklukkan selama periode liburan? Atau apakah itu dungeon Hellkaion dimana terjadi Ledakan? Mungkinkah sarang Ratu Harpy di vulkanik yang sudah punah? Scluptor's Atelier?

Pada saat aku mencapai semuanya sampai periode tutorial.

Aku tiba-tiba punya pertanyaan.

"Nenek."

Privileges by The World Building GodHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin