1

1.8K 8 0
                                    

Pagi yang cerah tak selalu diikuti senja yang jingga. Lagi lagi awan berpresipitasi sore ini, meski hanya buliran buliran kecil tapi mampu membuat jalanan sepi tanpa lalu lalang orang orang. Kai menghentikan mobilnya di samping sebuah rumah bergaya klasik dengan pagar besi yang tak terlalu tinggi. Meski sederhana tapi terlihat sangat nyaman untuk sebuah hunian. Pria tampan dengan lesung pipit di pipi kiri itu menoleh ke wanita cantik berkulit tan yang tengah tertidur lelap di sampingnya.

"Sayang." Panggil Kai sembari membelai pipi kekasihnya itu dengan lembut.

"Ehhhmm udah sampai ya?" Lily menggeliat pelan lalu menyibakkan rambutnya yang terurai menutupi muka.

"Maaf ya sayang udah bikin kamu capek." Belaian tangan kanan Kai kini beralih pada rambut panjang Lily. Lily tersenyum sembari memiringkan tubuh ke arah Kai. Dia meraih tangan kekar Kai untuk menyentuh pipinya. Ahh wanita mana yang akan menolak pesona seorang Kaisar, dia memiliki fisik dan harta idaman semua kaum hawa.

Tubuh Lily meremang kala bayangan aktifitas yang dia lakukan beberapa jam lalu bersama prianya terlintas di ingatan. Bagai sungai tanpa riak, tenang tapi mampu menyeret dan menenggelamkan.

Kai mencondongkan tubuh ke arah Lily,

lalu di tangkupnya kedua pipi kekasihnya. Kai mengecup bibir Lily perlahan, rasa cerry pada bibir merah wanitanya itu seperti tak memudar meski dia lumat dan sesap seharian.

"Udah ah kak!" Ucap Lily manja sembari mendorong tubuh Kai menjauh. Kai tersenyum kembali pada posisinya lalu menepuk nepuk paha. Mengisyaratkan Lily untuk duduk di pangkuanya dan dibalas gelengan kepala oleh Lily

"Ayolah sayang." Kai menarik tubuh Lily pelan.

"Gak boleh macam macam lagi ya?"

"Iya cuma pingin pangku kamu aja kok."

Lily bangkit perlahan menuju pangkuan Kai. Saat lelakinya itu hendak kembali menciumnya segera dia tepis dengan menempatkan telapak tangan kanan pada bibir Kai "Kakak udah!"

"Cium aja sayang."

"Gak mungkin."

"Oke oke kalau gitu peluk aja sini." Lily segera menjatuhkan tubuhnya pada dada bidang lelakinya. Menempatkan kepala pada ceruk leher Kaisar. Menikmati harum parfum yang telah barbaur dengan keringat. Lily tak pernah bosan dengan Aroma tubuh Kai yang candu melebihi sabu

"Kak?"

"Iya sayang?"

"Sepupu kakak kapan mulai tinggal di rumah kakak?"

"Kakak gak tau." Jawab Kai santai sembari mendaratkan kecupan pada puncak kepala Lily.

"Kok gak tau sih kk?" Lily bangkit dari pelukan Kai.

"Kakak gak tau sayang, juga gak peduli." Kai meraih rambut Lily yang terurai menutupi pipi lalu menyisipkanya di belakang telinga.

Lily menautkan kedua alisnya sembari melipat tangan di dada

Kai membuang nafas panjang "Kenapa sih sayang kamu selalu uring uringan kalauu bahas soal itu ha?"

"Kenapa harus di rumah kakak sih? Gak ada saudara lain emang? Kenapa gak suruh kos aja atau apa yang lain gitu?" Lily membuang muka ke samping dengan memajukan bibirnya.

"Kamu kenapa sih sayang? Kakak gak tau dan gak mau tau soal itu, Lagian dia cuma sementara tinggal di rumah kakak. Ya mungkin sampai dia terbiasa dan mengenal daerah sini."

"Kakak sudah ketemu dia?"

"Belum, cuma pernah lihat dia di foto aja, itupun waktu dia masih ingusan."

"Cantik ya kak?"

"Kamu yang paling cantik sayang." Kai mencubit lembut hidung Lily.

"Emang belum pernah kesini?"

"Pernah sih, waktu kakak masih di london. Jadi ya gak ketemu. Udah gak usah bahas itu lagi gak penting ok?" Kai menangkup wajah Lily lalu mendaratkan sebuah kecupan hangat pada bibirnya.

"Ya harus di bahas donk, banyak kejadian jatuh cinta dengan saudara sepupu." Lily menarik kedua tangam Kai ke bawah.

"Astaga sayang." Kai mengambil nafas panjang lalu mengeluarkannya secara perlahan "kamu serius punya pikiran kaya gitu ke aku?"

"Ya aku takut aja kak, siapa yang tau nanti bakalan gimana. Sedangkan kaliann..."

Hhhmmmm Kai menyambar bibir Lily, melumat serta memilinya pelan. Tangan kirinya nya melingkar pada pinggang dan tangan kanannya mengunci leher Lily. Membuat wanita itu tak bisa lagi menghindar, tenaganya tak bisa dihandalkan jika sudah dicumbu oleh lelakinya itu. Hal yang sangat naif ketika mulutnya berkata sudah tapi tubuhnya berhianat dengan menginginkan lebih dan tambah.

"Hmmm kak." Lily mendorong dada Kai ketika dia hampir kehabisan nafas. Tak berhenti disitu, Kai kini menyapu leher jenjang wanita dalam pangkuannya. Tanpa sadar membuat Lily mengeluarkan desahan serta lenguhan kecil. Tangan Kai mulai menggerilya membelai paha dan menurunkan resleting dress yang Lily kenakan. Jejak percintaan yang Kai buat di sekitar dada Lily beberapa waktu lalu masih terlihat jelas dan saatnya untuk menambah tanda itu sekarang.

Betapa lawaknya ketika mulut terucap jangan tapi tanpa sadar pinggul malah bergoyang. Hati menolak tapi tubuh menikmati. Memaksa lily pasrah kemanapun arus hasrat Kai membawanya.

"Kak aku, hmmm udah."

"Masukin sebentar ya sayang!" Dinginya Ac yang beradu dengan lebatnya hujan di luar semakin mendukung dua tubuh untuk saling terhubung. Saat Kai hendak menyatukan miliknya dan milik lily tiba tiba terdengar kaca mobil diketuk ketuk. Spontan Kaisar dan Lily menolah pada arah suara lalu kembali saling berpandangan. Bi Yem tengah tergopoh gopoh dengan membawa payung di tanganya.

"Non, non Lily." Suara bi Yem terdengar samar.

Segera Lily turun dari pangkuan Kai dan merapikan kembali pakainya. Begitipun dengan Kai.

"Astaga." Keluh Kai dalam hati. Dia meletakkan kepala pada setir mobil sembari menggigit bibir bawah. Mencoba mengatur kembali nafas yang memburu serta berusaha menenangkan juniornya yang tengah meronta tak terkendali di bawah sana.

Lily segera menurunkan kaca mobil sedikit. "Iya bii."

"Sama nyonya suruh cepat masuk non." Kata bi inah sembari mengulurkan payung pada Lily.

"Ow iya bi, tolong buka gerbangnya ya!"

"Baik non."

Lily memandang Kai yang bersandar pada kursi mobil, Wajah tampan yang berkabut hasrat itu di dominasi oleh rasa frustasi.

"Kak ayo masuk." Ajak Lily pelan.

Kai menyibakkan rambutnya ke belakang dengan kedua telapak tangan. Beberapa kali dia mengambil nafas panjang dan menghembuskanya secara perlahan. Tentu tak mudah menetralkan rasa yang sudah menjalar dari kaki sampai ubun ubun.

"Kakak."

Kai menoleh ke Lily dengan senyum yang dipaksakan "Yuk sayang." Tangan Kai meraih pucuk kepala Lily lalu di elusnya dengan lembut. Dia lalu mengemudikan mobil masuk ke halaman rumah.

"Sini payungnya." Kai mengambil payung lalu keluar dari mobil, kemudian dia menghampiri Lily dan membukakan pintu untuknya.

"Kak belanjaan Lily di belakang."

"Owh tunggu sini dulu ya kakak ambi." Kai membuka pintu belakang lalu mengambil 3 paper bag di kursi mobil.

"Yuk sayang." Kai merengkuh pinggang Lily lalu bersama masuk rumah melalui garasi mobil.

TERJERAT PESONA SAUDARAWhere stories live. Discover now