2

1.1K 10 0
                                    

Aroma bunga lavender yang menenangkan segera menyeruak menguasai indra penciuman kala memasuki rumah bernuansa coklat itu. Perabotan yang berwarna senada tertata rapi di setiap sudut ruangan. Lukisan lukisan alam yang menggantung di dinding bak jendela semesta, memanjakan setiap pasang mata yang melihatnya. Dilengkapi dengan sang pemilik yang ramah menambah suasana hangat, membuat siapa saja betah berlama lama untuk tinggal di rumah ini.

"Tante Arin." Sapa Kai pada seorang wanita yang tengah duduk memainkan hp di ruang tengah. Arin tersenyum menyambut kekasih dari anaknya itu. Parasnya yang manis tak terkikis oleh umur yang beranjak menua.Kai menghampiri Arin lalu mencium tanganya.

"Duduk nak Kai! Dari mana aja kalian?"

Kai mengambil duduk di hadapan Arin "Dari main aja tante, Ow ya tan ini ada sesuatu buat tante." Kai menyerahkan sebuah paper bag berwarna putih hitam berukuran sedang yang bertuliskan C**NEL kepada Arin.

Arin menautkan kedua alis "Astaga apa ini nak?" Arin mengamati paperbag yang telah beralih ke tangannya.

"Hadiah kecil buat tante." Jawab Kai sopan sembari tersenyum kecil.

"Ya ampun Kai. Kenapa repot repot sih?" Arin lekas membuka paper bag itu. Senyumnya merekah kala menemukan sebuah syal hitam bercorak putih di dalamnya.

"Gak ada yang repot untuk calon mertua."

Arin tersenyum mendengar jawaban Kai "Amin ya nak. Terimakasih ya Kai untuk hadiahnya. Kalian ngapain lama banget tadi di depan?"

"Gak papa ma cuma nunggu hujan reda, gak ada payung di mobil." Jawab Lily yang baru kembali dari kamar mandi. Dia raih tangan Arin untuk dicium kemudian duduk di sampingnya.

Kai mengangguk sembari tersenyum menanggapi jawaban dari Lily.

"Kan bisa call mama buat bawain payung."

"Ow iya kok gak kepikiran sih ma." Jawab Lily asal sambil menggaruk garuk kepala yang tidak gatal.

" Arin menggeleng gelengkan kepala mendengar jawaban dari putrinya "Ya udah mama ke belakang dulu bantuin bi Yem masak. Nak Kai makan malam sekalian disini ya!"

"Terimakasih tante, tapi Kai harus pamit soalnya mama nitip sesuatu juga untuk makan malam di rumah. Lain kali pasti Kai makan malam disini."

"Ow baiklah kalau gitu titip salam buat mama kamu ya nak Kai!"

"Baik tante. Kai sekalian pamit pulang ya tan." Kai bangkit dari sofa lalu menghampiri Arin dan mencium tangannya.

"Ma Lily antar Kai ke depan ya?"

Arin menyaksikan pasangan itu berlalu dengan berjalan beriringan. Siapa sangka putri satu satunya menjalin hubungan dengan putra sahabatnya sendiri, Joana. Arin berharap persahabatan yang telah lama terjalin akan semakin dekat menjadi sebuah keluarga lewat anak anak mereka. Arin menundukkan pandangan kala melihat dari kaca jendela Lily dan Kaisar tengah berciuman "Astaga anak jaman sekarang."

"Kakak pulang dulu ya sayang." Pamit Kai pada Lily sembari mengaitkan rambut kekasihnya itu di belakang telinga.

Lily memandang Kai dengan raut sendu. Entah kenapa dia seakan tidak rela lelakinya itu berlalu dari sisinya. Lily kemudan memeluk erat Kai.

"Besok kakak jemput kamu buat nonton movie ya sekalian makan malam." Kai membubukan kecupan kecupan kecil pada pucuk kepala Lily sembari membelai lembut rambut panjang kekasihnya itu.

Lily melepaskan pelukanya lalu mengecup bibir Kai "Hati hati ya kak."

Kai mengangguk lalu perlahan meninggalkan Lily dan masuk ke dalam mobil.

Dingin cuaca sore ini tak sedingin hati Lily kala Kai perlahan menghilang dari pandangan matanya.

_________

Hari ini tak butuh waktu lama bagi Kai untuk sampai di kediamanya, hujan membuat jalanan yang biasanya padat menjadi lengang. Lily dan Kai tinggal dalam 1 kabupaten, hanya berbeda kecamatan saja.

"Papa."

Kai mengampiri pria paruh baya yang tengah sibuk dengan laptop di ruang tengah lalu mencium tanganya.

"Darimana saja kamu baru pulang Kai?" Pria dengan kacamata itu mengalihkan pandangan dari laptop ke putra kesayanganya.

"Dari rumah Lily pa, mama mana?"

"Mamamu di dapur." Ujar Albert yang netranya kembali menatap layar laptop

"Owh Ok." Kai segera beranjak ke dapur dengan menenteng pesanan dari sang mama.

"Mama." Wanita dengan wajah oriental itu segera berbalik menuju arah suara sembari mengulurkan tangan kanan untuk di cium si anak bungsu

"Udah pulang anak mama."

"Ini ma pesanan mama." Kai memyerahkan tas makanan merah bersampul kepiting kepada Joana.

"Terimakasih Kai, sempat kawatir kalau kamu lupa." Ujar Joana sembari membuka tas merah itu.

"Emang Kai udah pikun apa sampai lupa." Jawab Kai membela diri.

"Biasanya kalau udah sama Lily jadi gak ingat apa apa kamu tu."

"Ah mama suka bener aja kalau ngomong, mama kok pesan seafood matang banyak banget." Celoteh Kai sembari menyeret kursi untuk dia duduki.

"Ya kalau gak pesen siapa yang mau masak? Bi Inah baru datang minggu depan. Ini tuh buat nyambut Jenny, Dia udah datang tadi siang Kai." Joana mengeluarkan kotak kotak yang berisi berbagai menu seafood dari dalam tas.

"Jenny siapa ma?" Tanya Kai sembari memainkan hp di tangan. Joana menghentikan aktifitasnya lalu memandang Kai tajam. Kai yang tak mendapat jawaban mengalihkan pandangan dari layar hp ke joana di hadapanya.

"Kenapa ma?" Jawab Kaisar polos.

"Kamu sama sepupu sendiri masih tanya siapa? Astaga Kai."

"Owh, yaudah aku ke atas dulu ya ma." Kai beranjak dengan mata yang masih tertuju pada layar hpnya.

"Eh tunggu! duduk dulu!"

Kai kembali menjatuhkan bokongnya di kursi "kenapa ma?"

"Kai kamu harus baik baik ya sama saudara sendiri, jangan terlalu cuek, senyum biar orang gak takut sama muka kamu yang kayak es batu itu." Ujar Joana dengan raut muka sedikit serius.

Kai mendecih "Apa sih ma kayak Kai ini anak kecil aja."

"Ya mama kan tau kamu Kai. Kalau sama orang lain gak masalah, tapi kalau sama saudara sendiri hilangin image ice prince kamu itu. Ngerti."

"Haahh iya iya.. Kai ke atas dulu ya ma, jangan lupa bangunin Kai kalau Kai ketiduran!"

Joana hanya bisa menggeleng gelengkan kepala melihat tingkah laku putra tersayangnya itu "Ya emang selalu gitu kan Haeeh." Gumamnya pelan.

Tanpa berfikir panjang Kai segera menuju kamarnya di lantai atas. Meski hujan tak selebat tadi tapi dingin yang menyertai semakin menusuk kulit. Kai ingin segera berdiri di bawah air hangat shower yang mengalir. Lalu menelentangkan tubuh di kasur yang empuk dan hangat. Bayangan hal istimewa bersama kekasihnya masih memenuhi benak. Setelah 4 tahun menjalin hubungan Kai tak menduga hari ini Lily menyerah dengan cumbuan yang Kai berikan. Tubuhnya kembali meremang kala Lenguhan dan desahan manja Lily terngiang kembali di telinganya. Mungkin kekasihnya itu sudah benar benar percaya dengan cinta dan keseriusanya. Mungkin juga karena rencana pertunangan mereka yang sudah di bahas oleh kedua belah pihak keluarga.

Kai memelankan langkah saat terdengar samar suara seorang perempuan yang sedang berdebat di dalam kamar tamu. Kai memandang pintu putih yang tertutup itu sekilas lalu berlalu menuju pintu selanjutnya.

TERJERAT PESONA SAUDARAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt