4

949 5 0
                                    

Setelah makan malam selesai, Albert pamit melanjutkan kesibukanya di depan laptop. Kai yang kekenyangan belum beranjak dari tempatnya dan Joana yang mulai membereskan kekacauan di atas meja.

"Jen kamu cepetan istirahat gih, pasti capek habis perjalanan jauh kan."

"Gak capek tant, gak ada bibi yang bantu ya tant?"

"Bibinya lagi pulang kampung Jen. Minggu depan baru balik."

"Kalau gitu Jenny bantu tante ya?"

"Gak usah, Kamu cepet istirahat saja bentar juga udah kelar Jen?"

"Jenny mau bantu Tante, Jenny harus ngapain nih?" Jenny mulai bangkit dari duduknya.

"Ok kalau gitu, kamu lanjutin beresin meja ya Jen, tante yang cuci piring."

"Baik tant." Jenny segera membereskan piring dan peralatan lain dengan hati hati. Dia hanya ingin menjadi tamu yang baik selama tinggal di rumah ini.

Kai memperhatikan bagaimana kakunya Jenny melakukan pekerjaanya itu, dia tersenyum lalu bangkit membantu Jenny.

"Sini dek abang yang lap mejanya. Kamu bawa ini ke mama ya!" Kai menunjuk tumpukan piring dan gelas.

Jenny mengangguk, dia membawa tumpukan piring ditangan kanan dan 2 gelas di tangan kiri. Seharusnya gelas di tumpuk atau di taruh di atas piring agar mudah di bawa tapi tidak dengan Jenny. Dia menggapit ke 2 gelas dengan ibu jari dan telunjuknya dan

Praaang...

Salah satu gelas terjatuh sebelum sampai di tempat cuci. Jenny mematung menyaksikan serpihan kaca di sekitar kakinya.

"Astaga!" Joana yang terkejut spontan berbalik menghadap ke arah suara begitupun dengan Kai.

"Jenny." Dengan hati hati Joana mendekati keponakanya itu

"kamu gak papa kan nak?" Dia segera mengambil alih piring dan gelas dari tangan Jenny yang masih terpaku.

"Tante.. maafin aku." Ucap Jenny lirih dengan mata yang mulai berkabut.

"Gpp Jen.. cuma gelas. Gak usah kawatir ya. Kai ajak Jenny ke ruang tengah ya! Biar mama beresin ini."

"Ayo dek," Kai meraih lengan Jenny dan menggiringnya ke tempat yang Joana perintahkan.

"Bang maafin Jenny ya." buliran air mata mulia mengalir melewati pipi bak porcelent itu.

"Eh gak usah nangis!" Kai membawa Jenny duduk di sofa, lalu mengambil tisu "semenjak bibik mudik, hampir tiap hari aku dan mama mecahin piring sama gelas."

Jenny mengangkat kepala menghadap Kai sembari menyeka air mata dengan tisu. Kai terpana. Mata sembab dengan hidung yang sedikit memerah menambah kecantikan adik sepupunya itu. Rambutnya yang ditekuk ke atas memamerkan leher jenjang yang juga putih bersih. Perpaduan yang sangat sempurna. Membuatnya sejenak melupakan pesona Lily sang kekasih hati.

"Betul kah bang."

Kai segera mengalihkan pandanganya "huum dek.. kamu gak usah sedih ya."

"Jenny kamu gpp kan?" Joana duduk di samping Jenny "Gak usah nangis, tante tiap hari malah mecahin piring. Udah gk papa ya." Joana membelai kepala Jenny lembut.

"Maaf ya tante, malah nambah pekerjaan buat tante."

"Ngomong apa sih kamu, udah jangan nangis! Kai ajak Jenny jalan jalan sana. Biar good mood nya balik lagi.

"Kemana ma?"

"Ya muter muter biar Jenny tau daerah sini."

"Kamu mau dek?" Jenny mengangguk. Hatinya kembali menghangat. Jika dengan mamanya, dia pasti sudah di maki habis habisan karena mama Jenny sangat membenci sebuah kesalahan.

TERJERAT PESONA SAUDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang