11

533 3 0
                                    

Jenny mengerjapkan mata, dia menemukan dirinya meringkuk di ranjang besar milik Kaisar. Dia menoleh  ke kiri dan menemukan sang sepupu tengah terlentang di sofa dengan jaket yang hanya menutupi bagian atas. Dia meremas selimut yang membungkus tubuhnya sembari melihat Kai yang terlelap. Ahh Jenny benar benar merasa menjadi tamu yang tak tau diri. Sebenarnya dia cukup tau apa yang terjadi setelah dia menonton film horor. Dia tidak akan berani sendirian meskipun masih siang dan biasanya Aroon lah yang akan setia menemani sampai rasa takut itu hilang.

Gegas dia bangun sambil membawa selimut yang dia pakai sebelumnya lalu dengan hati hati membalut tubuh Kai.  Jenny termangu saat wajahnya berada tepat di atas wajah Kai. Dia tersenyum, raut lembut dengan mata terpejam itu sungguh menenangkan kala di pandang.
Jam di dinding menunjuk angka 04.47 yang berarti petang akan segera terang.
Jenny berjalan menuju nakas dimana hpnya tengah di charge. Benda pipih itu kehabisan batre semalam saat tengah berada di panggilan whatsapp bersama Aroon. Jenny lekas menyalakan hp dan segera notifikasi atas nama sang kakak memenuhi layar. Jenny menautkan kedua alis kala melihat puluhan panggilan tak terjawab dari Aroon. Pelan pelan dia melangkah keluar untuk kembali ke kamarnya.

Jenny menjatuhkan tubuhnya di ranjang dan segera menelfon Aroon. Dia tak terlalu berharap sang kakak akan mengangkat telfonnya. Dia pasti masih terlelap. Dan benar saja, Aroon melewatkan panggilan darinya. Dia menjatuhkan hp ke matras. Matanya menerawang ke atas, Jenny mendecih mengingat adegan cabul yang membuatnya tidak bisa menonton movie itu sampai akhir. Kenapa harus ada adegan seperti itu? Kai gegas meraih remot dan mematikan televisi setelah netra mereka saling bertatapan dan tak lama kemudian panggilan telepon dari Aroon berdering.

"Haah aku harus ajak Kiki sama Caca nonton kayaknya." Gumamnya pelan.

Otak Jenny berhenti memikirkan movie kala hpnya berdering nyaring. Gegas dia menggeser tombol hijau di layar.

"Morning kak." Jenny menyapa Aroon yang masih terlihat setengah sadar.

Aroon bangkit dan bersandar pada headboard, meski terlihat layu tapi netra coklatnya bersinar tajam "Dek dimana kamu sekarang? Mana Kaisar?" Wajah bantal Aroon berangsur menjadi serius.

Jenny merasakan intimidasi pada setiap kata yang terucap dari mulut kakaknya itu "Kakak kenapa?"

"Dimana Kaisar?"

"Abang di kamarnya kak."

"Coba ganti camera belakang!"

Jenny mengernyitkan dahi dan mengganti kamera depan ke belakang.

"Jenny di kamar Jenny sendiri kak." Jenny menghadapkan kameranya ke segala arah "tu kn?" Lalu kembali mengganti kamera belakang ke depan.

Beruntung Jenny sudah kembali ke kamarnya, Aroon memang terlalu posesif saat membahas tentang pria. Tapi apakah tepat berfikiran negativ terhadap saudara sendiri seperti Kai? Berlebihan dan menjadi lucu bukan?

Aroon terlihat mengambil nafas panjang
"Kalian gak ngapa ngapain kan?"

"Maksut kakak ngapain apa?"

Aroon hanya menggeleng gelengkan kepala "Tadi malam kenapa gak bisa ditelfon lagi dek?" Wajah tegang Aroon perlahan melunak.

"Habis batrai."

"Astaga dek, kakak kawatir ngerti?"

"Makanya kakak cepetan nyusul kesini."

Aron tersenyum " Sabar y dek, rumah baru kita disana masih belum selesai renov, kakak juga masih harus ngurusin tambang baru."

Jenny menganggukan kepala diiringi dengan senyuman tipis di bibirnya.

Sinar matahari pagi mulai
menembus celah celah tirai kamar. Jenny melihat jam di layar hp. Tak terasa sudah 1 jam dia bertukar cerita dengan Aroon.

TERJERAT PESONA SAUDARAWhere stories live. Discover now