14

397 2 0
                                    

Lily tengah menyimak dalam diam sembari menikmati fries yang terhidang di hadapannya bersama makanan ringan lain.

"Dalam agama dibolehin lo nikah sama sepupu."

"Tapi kaya gimana gitu gak sih? Awalnya semua keluarga menentang tapi kedua sepupuku nekat sampai pada akhirnya hamil. So, keluarga besar ku gak punya plihan lain selain menikahkan mereka berdua."

Awalnya Lily tak tertarik dengan obrolan kedua temannya. Namun saat mengingat sepupu perempuan dari kekasihnya akan tinggal  sementara di rumah pria yang dia cintai, dia mulai menaruh minat. Mungkinkah hal yang tak wajar seperti itu benar benar terjadi. Membayangkan saja membuat kepala berputar.

"Apa kedua sepupu kamu itu udah deket dari kecil?"

"Gak tau juga sih, aku gak terlalu deket sama mereka berdua. Nyokap cerita awalnya uncle, ayah dari sepupu aku yang cewek di mutasi ke luar pulau. Berhubung sepupuku cwe ini mendekati kelulusan sekolah, gak mungkin bisa langsung ikut pindah. Jadi sepupuku cwe ini dititipin ke keluarga sepupuku cwo."

"Terus?"

"Bibi pembantu sering mergokin sepupuku cwo pagi pagi keluar dari kamar sepupuku cwe, terus bibi ngadu ke tante."

Meski Lily tak terlibat dalam percakapan, lambat laun cerita itu melai menanamkan perasaan kawatir di hati Lily. Setiap katanya berubah menjadi bayangan bayangan yang berlalu lalang di kepalanya. Bagaimana jika cerita itu terjadi pada kekasihnya. Sungguh itu membuatnya mual.

Jika saja waktu itu Lily tak mendengar cerita tentang kedua sepupu temannya, mungkin dia tak akan separno ini. Dengan mata sembab dia berdiri di depan jendela yang di balut  tirai putih transparan. Netranya menatap seorang pemuda dengan penampilan formal yang tengah bersandar di motor sport hitam miliknya.  Tangan kanannya memegang  hp  yang tak berhenti berdering entah panggilan atau pesan whatsap. Dia tak berniat mengangkat ataupun membalas apapun pesan dari Kaisar.

Mendung hitam kini berganti dengan rintik hujan. Lily belum beranjak dari tempatnya, begitupun dengan Kaisar. Pemuda itu masih bertahan meski butir butir hujan mulai membasahi tubuhnya. Lily menundukkan kepala dan air matanya jatuh menyusul hujan. Mengingat kembali bra hitam sungguh air matanya mengalir semakin deras.

Apa yang kamu lakukan dengan sepupumu kemarin malam kak?

Dia berbalik dan melemparkan hpnya ke bed. Lily menyeka air matanya dengan tangan dan berjalan menuju kamar mandi.
Dia mengisi bathup dengan air dan bublebath vanilla. Berharap dia bisa menenggelamkan semua perasakan yang menyakitkan bersama tubuhnya.

Bayangan bayangan menjijikan kembali menyelinap masuk dalam pikiran, mengobrak abrik kepercayaan yang selama ini tertanam subur di hati dan fikirannya untuk Kaisar. Dia sudah menyerahkan mahkota berharganya, menyerahkan tubuhnya. Tapi kini?
Mungkin kata kata yang dia dengar tentang lelaki yang akan berhenti mengejar setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan dari seorang wanita memang benar.

Bahkan jika memang kejadian yang sebenarnya tak seperti yang terlintas dalam benaknya, kenapa Kaisar harus menyisipkan sebuah kebohongan? Masihkah dia harus berfikir positiv dengan itu semua? Tidak! Cinta tak akan membutakan dia kali ini.

Segampang dan secepat itukah kamu memulai permainan?

Bublebath yang selalu Lily andalkan mampu menenangkan setiap kali suasana hatinya memburuk tak cukup membantu kali ini. Lily terlalu terbiasa dengan Kai yang terlalu memujanya, dia terlena dengan hubungan mereka yang sejauh ini selalu baik baik saja. Sehingga kejadian tadi sungguh menyeretnya menuju palung terdalam.

Jikalau dia mendengarkan penjelasan dari lelakinya itu, tidak menampik kemungkinan dia akan membuat kebohongan lain untuk menutupi kebohongan yang sudah ada.

TERJERAT PESONA SAUDARAWhere stories live. Discover now