CHAPTER VII

714 148 17
                                    

😭😭 AKU JUGA KANGEN KALIAN HUHUHUHUHU 😭😭

🥹🥹 MAKASIH UDAH BERSABAR MENUNGGU 🥹🥹

🫶🏻🫶🏻 INI HAMPIR 2.000 KATA JADI ENJOY!!! 🫶🏻🫶🏻

***

Hujan terus menampar bumi siang itu. Bunga yang tengah duduk di tepi tempat tidur, menatap bulir hujan yang tampias di jendela kamar. Sorot matanya kosong. Sejak tadi, ponselnya bergetar di nakas, tetapi ia abaikan. Waktunya terhenti. Atau Bunga berharap waktu benar-benar berhenti, agar kosong di dadanya ini tak harus ia rasakan lagi.

Pintu kamar terbuka. Ada dua orang yang melangkah, mendekat ke arahnya. Kemudian, Mama muncul di hadapan Bunga. Bersimpuh. Memeluk Bunga erat-erat seraya mengusap rambut Bunga. Mahesa ada di belakang Mama. Entah ekspresi seperti apa yang Mahesa buat. Bunga tidak melihatnya. Ia sibuk menatap bulir hujan. Bulir yang berkejaran, kemudian menyatu dengan bulir lain.

"Unga nggak sendirian ya ... Unga punya banyak orang yang sayang sama Unga. Ada Mama ... Papa ... Una ... Mahesa ... ada Kak Angga dan Kak Mila juga .... Semua sayang sama Unga."

"Tapi Elang udah nggak sayang Unga lagi."

Mama mendengkus geram. "Siapa Elang? Mama nggak kenal."

"Elang itu termasuk spesies burung, Mama," imbuh Mahesa.

"Oh, iya. Elang burung," timpal Mama seraya melepas pelukan mereka. "Kamu kenapa mau disayang sama burung? Sama manusia aja."

Bunga tertawa geli.

"Sekarang, Unga nggak harus banyak mikir, ya. Anggap aja Unga lagi ... liburan. Unga nggak harus ketemu orang lain kalo belum siap. Unga nggak harus liat hape, biar Mama aja yang liat hape Unga. Unga juga nggak harus kerja dulu. Unga bebas lakukan apa aja ... asal Mama dampingin Unga terus. Oke?"

Bunga menoleh pada laptopnya yang bergeming di meja kerja. "Sebentar lagi aku harus nulis, Ma. Udah waktunya aku nulis."

"Nulis bisa nanti, Sayang. Sekarang Unga makan ya ... abis itu minum obat."

Minum obat.

Bunga tertawa hambar. Benar. Dirinya perlu meminum obat.

"Nggak apa-apa minum obat, Unga. Biar sembuh kan harus minum obat," tambah Mama setelah mendengar tawa hambar itu.

"Jadi Unga sekarang sakit?"

Mama terdiam sebentar. "Iya, sekarang Unga sakit. Jadi, Unga perlu minum obat biar sembuh."

"Mama bakal tinggalin Unga nggak, karena Unga sakit?"

"Mama akan selalu ada di samping Unga."

Mata Bunga memanas. Satu titik air mata mengalir melewati pipinya. Mama kembali memeluk Bunga, menepuk-nepuk punggungnya, sementara Bunga menaruh dagunya di pundak Mama.

"Saat semua orang pergi dari Unga, Unga harus ingat, kalau Mama nggak akan pergi. Bahkan kalau Mama sudah tidak ada di dunia ini, Mama akan selalu ada di hati Unga. Jadi, Unga harus semangat lagi. Ini bukan akhir dunia, karena hidup Unga masih panjang."

***

Ini hari ke-27 sejak Elang terakhir menghubungi Bunga.

Nomor Elang memang sudah terhapus dari kontak ponsel Bunga. Namun Bunga hapal tiap digitnya. Ruang obrolan mereka pun sudah terhapus. Namun Bunga hapal janji mereka untuk terus bersama dan saling mencintai. Foto-foto mereka sudah lama Bunga buang. Namun Bunga masih hapal betapa bahagianya dia ketika Elang menalikan sepatunya di tengah keramaian saat malam tahun baru.

DaydreamWhere stories live. Discover now