Lembaran Satu: Aku dan Kesepian

237 31 1
                                    

Hening. Saat aku membuka pintu rumah, hanya kegelapan yang menyambut. Samar-samar kudengar suara tetesan air memecah keheningan. Aku berpikir sejenak, sepertinya keran wastafel di kamar mandi bawah masih bermasalah, padahal sebelumnya aku sudah berupaya memperbaiki ala kadarnya. Tapi apalah daya, sepertinya aku malah semakin merusak alih-alih memperbaiki.

Karena tidak ada yang menyambut, aku tidak perlu repot-repot mengucapkan salam atau berteriak 'aku pulang' saat masuk ke dalam rumah. Aku langsung masuk ke dalam, berjalan melewati ruang tamu, juga kamar mama, menuju tangga lantai atas. Sesampainya di kamar aku melemparkan tas ke sembarang tempat dan menjatuhkan diri ke atas kasur empuk. Seketika energiku yang terkuras habis sepanjang hari mulai pulih.

Mataku menatap langit-langit kamar yang berwarna putih bersih, senada dengan seisi kamarku yang di dominasi oleh warna putih. Tidak seperti kamar anak perempuan lainnya, aku tidak tertarik mendekor kamar. Aku membiarkan semuanya sama seperti awal pertama kali pindah. Kamarku pun tidak memiliki banyak barang, satu lemari pakaian sekaligus rak buku, meja belajar, dan kasur, selebihnya kosong.

Sepi.

Hening.

Tak ada satupun suara, selain deru napasku sendiri. Bahkan serangga malam pun enggan berbunyi.

Aku dan kesepian. Seperti dua hal yang tak terpisahkan. Kesepian seperti temanku. Kami bersama di dunia tanpa hingar-bingar, jauh dari segala keberisikan yang menggangu.

Aku tidak keberatan. Aku sudah terbiasa hidup dunia itu. Dan aku menyukainya...

☘️

Catharina Mereona

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Catharina Mereona

How Can You Love Me || JaemrinaWhere stories live. Discover now