Lembaran Sepuluh: Aku dan Keramaian

52 13 1
                                    

Ini dari POV Nathan yaa

☘️

Suara riuh rendah memenuhi gendang telinga, baik laki-laki maupun perempuan ribut menyorakkan namaku sekuat tenaga.

"Nathan!! Nathan!! Nathan!!"

"Nathan Go!!!"

"Nathan, semangat!! I Love You!!!"

Aku menyeringai mendengar pekikan terakhir itu. Perlahan ku arahkan langkahku mendekati tribun penonton, melambai riang ke arah kumpulan murid-murid perempuan.

Terdengar sahut-sahutan suara jeritan cempreng khas remaja perempuan puber. Padahal aku cuma melambai singkat, tapi efeknya bak gelombang menyapu rata tribun murid perempuan itu dengan teriakan membahana.

Hari ini adalah pertandingan final olahraga basket antar sekolah. Dengan jernih payah anggota timku, sekolah kami berhasil merangsek maju ke final. Tinggal selangkah lagi, kami akan membawa piala bergengsi itu.

Mataku menatap sekeliling sejenak. Memperhatikan seksama para murid yang bersorak untukku dan teman-teman tim basket lainnya. Menciptakan dengungan ribut yang silih berganti memasuki pendengaran.

Riuh.

Penuh suara.

Keramaian tanpa celah senyap.

Duniaku penuh dengan hingar bingar. Tidak sedikitpun ada kesepian di duniaku. Semuanya berceloteh, semuanya berdengung. Tidak satupun kesenyapan menghampiriku, bahkan jika itu tetesan air di ruangan sepi.

Aku dan keramaian. Seperti satu kesatuan yang pasti. Keramaian adalah gemerlap duniaku. Kami bersama dipenuhi oleh adrenalin menantang, memaksa jiwa kebebasan keluar menemukan sumber hingar bingar itu.

Namun, ada yang salah. Entah aku yang terlalu dangkal menyimpulkan arti 'keramaian' itu dengan dengungan suara tanpa henti mengelilingi. Atau perasaan yang lambat laun terus kurasakan.

Kesepian di tengah keramaian.

☘️

How Can You Love Me || JaemrinaWhere stories live. Discover now