Lembaran Sebelas: Aku dan Kebohongan

61 10 2
                                    

Adalah Kak Nazhan yang mengetuk pintu kamarku pagi-pagi. Nyawaku yang masih tersangkut di alam mimpi, mau tidak mau harus bangun karena ketukan di pintu sudah berubah menjadi gedoran brutal. Dengan langkah terseret, aku berusaha menggapai gagang pintu dan membukanya sedikit.

"Apaan?" Ucapku serak khas bangun tidur.

Tidak ada jawaban dari Nazhan. Kakak keduaku itu malah dengan kasar menarik tanganku agar keluar dari kamar. Aku mendelik tidak suka, Nazhan dengan sikap kasarnya itu terkadang bisa membuat orang lain terluka.

"Kenapa sihh tarik-tarik?!" Aku menepis genggaman kuat Nazhan. Lantas menatapnya nyalang, sedikitpun aku tidak takut padanya.

"Bunda masuk rumah sakit, siap-siap kita kesana." Nazhan melengos cuek, tidak peduli dengan raut sebalku berubah menjadi cemas.

Aku mengusap wajah sejenak, berusaha mengusir rasa khawatir yang selalu menyelimuti ketika mendengar bunda masuk rumah sakit untuk kesekian kalinya. Dengan cepat aku bergegas mandi dan bersiap-siap dengan seragam sekolah. Beberapa waktu lalu, Nazhan kembali menggedor kamarku bilang sekalian akan mengantarku ke sekolah. Aku tidak banyak protes, lagipula percuma, Nazhan dan muka temboknya itu menolak segala bentuk protes. Baginya, ucapannya adalah mutlak.

Kurang dari lima belas menit, aku dan Nazhan sudah berada di dalam mobil, bergabung dengan kendaraan-kendaraan lainnya di jalan. Pagi itu sama seperti biasanya, jalanan ramai dengan oleh para siswa dan orang-orang pekerja lainnya. Berbeda dengan keramaian di luar, suasana di mobil justru hening. Nazhan memang bukan tipe orang yang banyak omong. Kakakku itu benar-benar cuek dengan segala hal, mengajaknya berbicara hanya akan membuang-buang tenaga.

Aku menatap keluar kaca mobil. Sepagian ini sudah banyak anak-anak jalanan berkeliaran menjajakan berbagai macam barang, dari koran, tisu, snack dan masih banyak lagi. Aku meraba saku celana abu-abu milikku, dan menemukan selebar uang seratus ribu tergumpal kusut. Ahh untung tidak terlalu kucel, masih layak lahh untuk digunakan. Berhubung sedang lampu merah, aku kemudian menurunkan kaca mobil, melambai ke arah salah satu anak yang berjualan koran.

"Dek, korannya satu ya." Ucapku seraya tersenyum lebar.

Transaksi berlangsung cepat, karena lampu lalulintas sudah berubah hijau. Aku segera menyerahkan uang seratus ribu dan menggeleng cepat saat anak itu mencari uang kembalian.

"Buat kamu, jangan lupa jajan yaa." Seruku melambai riang, mobil jeep hitam metalik milik Nazhan sudah melenggang cepat melintasi bagian bawah flyover.

"Gue pikir lo gak setertarik itu sama berita yang beredar, apalagi kalau itu dari koran." Ucap Nazhan memecah keheningan. Ia tetap fokus menatap ke depan.

Aku mengangkat wajah, berhenti sejenak membaca berita tentang pemilu di koran. Ternyata si cuek ini diam-diam memperhatikanku tadi.

Aku mengangkat bahu,"gue gak seapatis itu sama sekitar. Sesekali harus tetep ngikutin berita, update isi kepala." Jawabku santai. Kulihat Nazhan berdecih, lantas memilih diam, kembali fokus dengan setir dan jalanan di depan sana.

Aku dan Nazhan itu hanya beda beberapa bulan. Kami berdua lahir di tahun yang sama. Dia di awal tahun, aku di akhir tahun. Meski jarak kelahiran sangat dekat, hubunganku dengan Nazhan cukup canggung untuk dikatakan saudara. Kepribadian laki-laki dengan mata bak bulan sabit saat tersenyum itu seperti langit dan bumi jika disandingkan denganku. Bagi orang secuek dan setenang Nazhan, keberadaanku di dekatnya itu menyebalkan. Dan bagi orang rusuh dan berisik sepertiku, sosok Nazhan membosankan. Makanya aku selalu menghindari setiap kesempatan bersamanya. Tatapan mengintimidasinya itu membuatku seperti menjadi kriminal.

Mobil jeep milik Nazhan berhenti di pelataran rumah sakit. Aku mengekori langkahnya menyusuri lorong-lorong panjang hingga akhirnya sampai di kamar rawat tempat bunda berada. Langsung saja aku menerobos masuk tanpa harus mengetuk pintu. Rasa khawatirku yang meluap-luap membuatku bertindak secara impulsif, padahal di keluargaku selalu diajarkan tentang manner dan tetek bengeknya.

How Can You Love Me || Jaemrinaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें