15 - Serangan Tengah Malam

223 32 0
                                    

Narcissa tampaknya sudah jauh lebih baik dari terahkir kali Draco mengunjunginya, meski tetap saja wanita itu masih sulit membedakan kenyataan dan ilusi.

Tapi itu lebih baik, karena setidaknya kesehatan Narcissa sudah memiliki kemajuan dan kemajuan berarti harapan baginya.

Draco dan Hermione memutuskan untuk langsung kembali ke Hogwarts. Kini, keduanya tengah berjalan menyusuri Hongsmade yang sunyi dan remang. Lampu-lampu dari rumah-rumah penduduk sudah di matikan, menyisahkan beberapa rumah saja yang masih menyalakan lampu pada bagian luar.

Angin kencang menderu, menghantarkan hawa dingin yang menggigit. Hermione bergidik, merapatkan mantel dan syalnya lalu berjalan sambil memeluk dirinya sendiri.

Draco menoleh pada gadis itu, melihatnya tampak mengigil dan berusaha menghangatkan diri dengan memeluk diri sendiri. Perhatian pemuda itu jatuh pada kedua tangan Granger yang tak menggunakan sarung tangan.

"Apa kau bodoh?" Ujar Draco menghina. Hermione langsung menoleh dan mendelik tajam pada pemuda itu.

"Kenapa tidak menggunakan sarung tangan?"

Hermione melihat tangannnya sendiri, lantas mengulum bibir dan membuang pandangan. Sejujurnya ia lupa pada satu hal itu karena saking takut dan terburu-burunya ia tadi sehingga tanpa sadar melupakan sarung tangannya.

Hermione tak akan mengatakan alasannya pada Malfoy, itu akan sangat memalukan. Malfoy akan mengejeknya karena kecerobohannya.

"Bukan urusanmu," balas gadis berambut coklat keriting itu dengan nada sarkastik.

Draco membuang nafas berat, lantas menarik Hermione mendekat dan menggenggam tangan gadis itu. Sementara Hermione yang mendapat perlakukan tak terduga sontak menoleh dengan terkejut.

"Apa yang kau lalukan?" Tanyanya agak salah tingkah.

"Diamlah Granger, suaramu bisa membangunkan penduduk desa," balas Draco. Pemuda itu berjalan ke belakang tubuh Hermione, lalu meraih tangan satunya dan mengenggamnya juga.

Hermione berdehem gugup, merasa posisi mereka saat ini terasa begitu dekat dan intim. Malfoy seperti sedang menempel padanya dan itu membuat jantung Hermione berdetak tak karuan.

Mereka berjalan menyusuri jalan dalam suasana hening, tak ada satupun dari keduanya yang bersuara.

Sejujurnya Hermione tak tahan dengan kesunyian ini, apalagi itu bersama Malfoy. Aneh rasanya ketika hampir setiap bertemu pemuda itu, mereka selalu terlibat dalam perdebatan tak jelas, tapi lihatlah sekarang. Lagipula entah apa yang ada dalam kepala Malfoy sampai bersikap manis seperti ini yang sialnya Hermione tidak keberatan.

Draco tiba-tiba saja berhenti, dia menarik tangan Hermione sehingga membuat gadis itu juga jadi ikut menghentikan langkah. Draco lalu menarik Hermione untuk bersembunyi di cela antara dua rumah yang hampir berhimpitan. Hermione yang tak mengerti terpaksa tertarik begitu saja. Kening gadis itu berkerut memandang Malfoy bingung.

"Ada ap---mmm," sebelum Hermione bisa menyelesaikan pertanyaannya, Draco langsung membekap mulutnya.

Hermione memberontak, berusaha menyingkirkan tangan Draco dari mulutnya, sementara Draco yang mulai tak tahan pada ahkirnya menoleh pada gadis itu dan menyuruhnya diam dengan nada memerintah.

Hermione mendelik, masih belum mengerti. Ia menyingkirkan tangan Draco dan menjauhkannya.

"Ada apa?"

"Pelankan suaramu, Granger dan lihatlah ke sana," kata Draco dengan suara pelan, mengangguk ke arah objek yang menjadi pantauanya sejak tadi.

Hermione sontak melihat arah yang di maksud Malfoy dan bertapa terkejutnya ia saat mendapati sejumlah orang berjubah hitam dengan topeng peraknya satu persatu datang dalam wujud asap dan berkumpul.

"Mereka sepertinya akan melakukan penyerangan malam ini," ujar Draco. Hermione menoleh cepat pada pemuda itu dengan ekspresi cemas. Namun yang dia temukan hanya wajah dingin Malfoy.

Pemuda itu seolah tak perduli dan itu membuat Hermione kebingungan. Draco Malfoy seiring berjalannya waktu semakin sulit di tebak.

"Bukankah sebaiknya kita---"

BOOM!

Tanah tiba-tiba saja bergetar ketika suara ledakan hebat terdengar. Cahaya terang berkedip di kejauhan tempat di mana suara ledakan itu berasal.

Hermione menegang dan dengan gerakan cepat mencabut tongkanya dari saku jubahnya. Ia menahan nafas ketika merasakan genggaman Draco pada tangannya semkain erat. Sementara pemuda itu juga menarik tongkatnya keluar.

BOOM!

Suara ledakan berikutnya kembali terdengar dan dalam sepersekia detik, jeritan histeris saling bersahutan. Memecah malam yang tenang itu menjadi area tempur yang tak seimbang.

Kepanikan dan kecemasan mulai terurai ketika satu persatu penduduk keluar dari rumah mereka dan berlari menghindar dan kabur. Sementara meninggalkan rumah mereka yang dengan perlahan mulai runtuh dan hancur.

Suara tangisan dan jeritan terasa begitu memekakan gendang telinga, membawa Hermione dalam kepanikan yang berbahaya. Namun suara teriakan dan guncangan kasar Draco dengan cepat menyadarkannya.

"Tenangkan dirimu dan berusahalah untuk membantu evakuasi penduduk untuk menjau dari desa," kata Draco. Ekpresi pemuda itu begitu serius, seolah siap untuk kembali berperang.

Tapi Hermione belum siap. Ia tak bisa. Keberaniannya belum sepenuhnya kembali dan ia masih belum pulih setelah perang terahkir kali. Hermione bukan Harry yang tak takut dan selalu siap melawan ataupun Ron yang selalu berani melemparkan mantra tanpa berfikir. Terlalu dini untuk merasakan kembali suasana perang yang selalu sukses menjeratnya dalam kepanikan dan kecemasan yang tak berujung.

"Granger!"

Hermione berkedip, melihat wajah Draco kini begitu dekat dengannya. Mata kelabu itu menatap tepat iris hazelnya.

"Dengar. Tak akan lama lagi perang mungkin akan segera terjadi dan mau tak mau jika kau masih ingin hidup dalam ketenagan di dunia sihir kau harus terlibat dan membantu perang ini. Dan mereka." Draco menunjuk ke arah para pelahan maut "saat ini mulai melancarkan serangan dan menyebarkan kekacauan. Malam ini mungkin akan menjadi awal dari perang yang akan terjadi selanjutnya."

Hermione menggigit bibirnya, melirik ke arah kekacauan lalu kembali memandang Draco.

"Dengar Granger, jika kau masih ingin di cap sebagai pahlawan, segeralah lakukan tugasmu. Singkirkan para penduduk dari desa sebelum para bajingan itu meledakan bom yang lebih besar yang mungkin saja bisa menewaskan semua orang yang ada di sini."

"Oke," jawabnya terdengar sedikit putus asa.

Hermione tau bahwa cepat atau lambat, perang akan segera kembali terjadi, tapi Hermione tak pernah berfikir bahwa itu akan terjadi secepat ini.

"Baiklah, kalau begitu segeralah pergi," pinta Draco. Dia kemudian melepaskan Hermione dan berbalik hendak pergi. Tapi Hermione dengan cepat menahan tangannya.

"Lalu bagaimana denganmu?"

"Aku akan mengulur waktu untukmu," jawab Draco.

Mata Hermione membelakak "apa kau gila atau ingin segera mati?" Kata Hermione sarkastik. Dia tak habis fikir pada fikiran gila Malfoy. Apa yang ingin pemuda itu lakukan dengan menghadapi para pelahap maut itu hanya demi untuk mengulur waktu untuknya.

"Tak akan lama lagi para auror akan segera datang. Jangan cemaskan aku, Granger dan sebaiknya cepatlah mengevakuasi penduduk dan menjauh dari sini."

Draco langsung pergi setelah mengatakan hal itu. Membuat Hermione yang ingin kembali mendebatnya harus mengurangkan niatnya.

"Sial!"

To Be Continued

ᴛʜᴇ ʟᴀsᴛ ғɪɢʜᴛ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Where stories live. Discover now