25 - Pertandingan Quidditch

211 30 0
                                    

Tim Slytherin dan Gryffindor berjalan memasuki stadion, kedatangan mereka disambut sorak sorai yang gegap gempita. Salah satu sisi stadion dihiasi warna merah emas, dan sisi lain berwarna hijau perak. Anak Hufflepuff dan Ravenclaw masing-masing memisahkan diri, ada yang duduk dengan anak Gryffindor dan ada yang di tim Slytherin. Masing-masing menyoraki tim yang mereka dukung atau satu pemain yang mereka andalkan.

Kedua ketua tim maju mendekati madam Hooch yang siap melepaskan bola-bola dari dalam kotaknya.

Draco Malfoy dan Harry Potter saling berjabat tangan ketika mendengar intruksi selanjutnya dari Madam Hooch.

"Naik ke atas sapu kalian, mulai pada tiupan peluit...tiga...dua...satu!"

Suara nyaring peluit yang ditiup madam Hooch membuat para pemain mulai terbang ke sana ke mari, masing-masing mengincar bola yang menjadi bagian tugas mereka, yang lain mencoba menghindari bludger yang terbang ganas mengincar tiap pemain dan mencoba menjatuhkan mereka dari sapu.

Harry melayang ke sana ke mari, mencari bola kecil berwarna emas yang terbang. Sementara Draco yang bertugas sebagai chaser mengincar quaffle yang berada di tangan Ginny Weasley.

Kedua chaser dari tim lawan terbang melajukan sapu, yang lain menghindar dan yang lain mengejar.

Ginny terbang hendak menuju gawang Slytherin. Blaise sebagai keeper tim Slytherin bersiap-siap atas lemparan quaffle dari Ginny.

Suara komentator terdengar, menyulut semangat penonton yang semakin antusias dan menambah kemeriahan pertandingan.

Draco memberikan kode pada Cassius Warrington, yang memegang posisi beater. Pemuda itu membalas dengan seringaian. Ketika bludger mendekatinya, Warrington memukulnya ke arah Ginny yang hampir mencapai Blaise.

"Ginny, bludger!" Teriak Dean Thomas. Ginny menoleh ke belakang tanpa memelankan laju sapunya. Dengan gerakan gesit, Ginny menukik turun dan berputar, membiarkan bludger melewati Zabini dan masuk melewati lingkaran gawang Slytherin. Tapi bola ganas itu masih mengejar Ginny.

Draco kembali mengejar, hampir mencapai sapu Ginny ketika gadis red head itu mengoper Quaffle ke tangan Dean, membuat Draco mengerem sapunya dan berbalik mengejar Dean Thomas. Beberapa saat kemudian, Draco berhasil merebut Quaffle dan mencetak gol untuk Slytherin.

Sorak sorai dari pendukung asrama terdengar menggelegar.

Permainan masih terus berlangsung. Harry ahkirnya melihat Snitch dan mulai melajukan sapu, berusaha mencapai bola bersayap yang terbang kelewat lincah. Harper, Seeker Slytherin ikut mengejar. Keduanya betarung memperebutkan bola kecil Snitch.

Sementara itu, Draco kembali mencetak gol. Menjadikan skor Slytherin lebih unggul dari Gryffindor. 170-60.

"Harry harus cepat menemukan Snitch sebelum Malfoy menambah point untuk Slytherin lagi," kata Seamus yang tampaknya merasa greget dengan pertandingan.

"Malfoy sepertinya jadi makin hebat setelah melepas posisi Seeker dan menjadi chaser. Dia saingan yang kuat untuk Ginny," kata Pravati, yang lain tampaknya agak sengsi dengan pujian terhadap Malfoy, tapi juga mengakui kalau perkataan Pravati ada benarnya.

Pertandingan semakin memanas ketika lagi-lagi skor Slytherin bertambah. Tapi tampaknya Harry juga semakin gencar meraih Snitch yang ada di depannya, jadi lebih leluasa setelah Harper terkena pukulan Bludger dan jatuh.

Selisih skor yang sangat jauh 240 dan 100. Tampaknya anggota tim Quidditch Gryffindor hanya bisa berharap pada Harry.

Draco masih melajukan sapunya, menghindari Bludger yang mengejarnya. Dia melempar Quaffle yang kembali masuk dengan mudah ke gawang Gryffindor. Draco berputar, menghindari Bludger yang masih mengincarnya. Semakin lama semakin ganas. Draco menukik ke bawah dan Bludger mengikutinya. Bola itu menghantam tanah dengan keras tapi kembali terbang dan mengincar Draco lagi.

Pertandingan semakin memanas, tapi tampaknya tidak satupun dari pemain menyadari kesulitan Draco yang terus dikejar Bludger. Dia berputar-putar dilapangan, mencoba menyenggol satu atau dua orang untuk mengalihkan perhatian Bludger, tapi bola itu tetap mengejarnya, seakan ingin menghancurkan setiap tulang dalam persendian Draco.

Hermione mengernyitkan alisnya, menyadari Bludger yang terus mengejar Malfoy. Dia ingat tentang kejadian yang sama yang pernah menimpa Harry saat tahun ke dua. Jika kasusnya sama, berarti ada orang yang memantrai Bludger untuk mengejar Malfoy, lebih para menyerangnya.

Hermione mencari-cari diantara penonton, baik di sisi Gryffindor maupun Slytherin. Tapi sulit untuk benar-benar menemukan pelaku diantara kerumunan orang yang padat.

Draco terbang ke atas, melaju cepat hampir mencapai awan dan Bludger masih setia mengikutinya. Terbang dan melaju semakin ganas ke arahnya. Draco terbang menembus awan, bersembunyi dari Bludger, tapi dia malah menyaksikan sesuatu dikejauhan.

Sebuah cahaya zamurd berbentuk tanda kegelapan muncul dikejauhan. Ular menjulur bagai lidah dari tengkorak kolosan mengerikan. Draco terpaku merinding, sekilas melihat asap hitam pelahap maut berterbangan disekitar tanda kegelapan, dan tiba-tiba saja rasa panas dilengannya terasa, memberikan sensai terbakar yang mengerikan, sesuatu bergerak-gerak memaksa untuk keluar. Draco menyikap lengan seragam quidditch nya, melihat dark mark yang sebelumnya merah gelap kini kembali hitam pekat. Jatung Draco langsung berdetak tak karuan, fikiran buruk merasuki otaknya, sampai sesuatu menghantam ganggang sapunya dan menjatuhkan Draco dari ketinggian yang menakutkan.

Suara-suara teriakan penonton seperti lebah. Ketika tubuh Draco merosot jatuh dari ketinggian beberapa kaki diatas bumi. Para profesor mengeluarkan tongkat mereka dan mencoba merapal mantara untuk memperlambat jatuhnya sang kapten Quidditch Slytherin.

Bunyi peluit madam Hooch terdengar sebagai pertanda permainan berahkir dengan kemenangan Slytheirin. Meskipun Harry berhasil menangkap Snitch, tapi skor Slytherin lebih unggul.

Hermione melompat dari duduknya, bergegas turun ke lapangan. Beberapa orang menghampiri tubuh Malfoy yang terkapar di atas rumput hijau lapangan, tampak tidak sadarkan diri. Sementara sapunya bengkok dan hampir terbelah dua.

Tapi ketika sampai di dekatnya, dia melihat Malfoy masih sadarkan diri, meski lemah dan sulit untuk bangkit. Ekspresi wajahnya mengeruh dan pucat, ada kengerian dalam sorot mata yang terlihat abu-abu.

Kepala sekolah menggeser kerumunan, mencapai Draco Malfoy yang dipindahkan ke atas tandu untuk dibawah ke hospital wings. Tapi Draco menarik lengan salah satu pemain Gryffindor, tampaknya tidak tau siapa yang dia pegang. Dengan suaranya yang serak dan sedikit usaha untuk tetap sadar, Malfoy mengumamkan sesuatu yang mereka harap mustahil..

"Mereka membangkitkannya, dia kembali."

To Be Continued

ᴛʜᴇ ʟᴀsᴛ ғɪɢʜᴛ ↬ᴅʀᴀᴍɪᴏɴᴇ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang