2. My Lecturer my husband

293 27 4
                                    

Siang ini Sarada berencana pergi ke Kampus, karena menurut dari jadwal yang dia dapatkan dari catatan dan grup WA wanita ini, seharusnya siang ini Sarada mempunyai jadwal untuk pergi kuliah, setelah seminggu sudah cuti akibat kecelakaan yang menimpanya.

Dengan gerakan sedikit kaku, Sarada menekan-nekan handphone yang sudah berada di tangannya. Beberapa hari ini dia belajar menggunakan benda yang baginya sangat aneh ini. Hinata baru membelikannya beberapa hari yang lalu. Wanita itu berkata jika handphonenya hancur sewaktu kecelakaan.

Tidak mau menimbulkan kecurigaan, Sarada menurut saja, dia dapat belajar menggunakan handphone sewaktu melihat Namida menggunakannya.

Sarada juga bertanya sedikit-sedikit pada wanita itu. Sarada mempelajari segalanya, mulai dari harus menggunakan kuota atau WiFi—saat itu sempat dengan polosnya Sarada bertanya, apa itu kuota dan WiFi? Namida sempat tercengang. Ada apa dengan majikannya ini? Tetapi tak lama Namida tetap menjelaskannya.

Dan kini Sarada sedikit-sedikit bisa paham semuanya. Bagaimana cara menyalakan handphone, handphone yang ketika habis baterai harus di cas—awalnya Sarada bingung, apa itu baterai dan cas? Tapi kemudian setelahnya Sarada mulai paham setelah menggunakannya berulangkali.

Walau terlihat masih kaku, tapi kini Srada paham bagaimana cara mengirim pesan, menggunakan WhatsApp, menelpon seseorang, dan sedikit beberapa hal lain.

Saat ini dia tengah menelpon Hinata. Ingin meminta wanita itu untuk mengantarkan ke Kampusnya, karena Sarada tidak tau di mana Kampusnya itu.

"Halo, Sarada?"

Sedikit terkejut kala mendengar suara muncul dari benda persegi panjang itu.

"M-mama ...."

"Ya, Sarada? Kamu butuh sesuatu?" tanya wanita itu.

"Tolong antarkan aku kuliah."

"Sekarang?"

Sarada mengangguk. "Iya."

"Kenapa mendadak sekali?"

Sarada hanya diam tidak menjawab.

"Baiklah-baiklah, Mama antar. Mama jemput di rumah ya!"

"Iya," jawab Sarada. Setelahnya Sarada langsung mematikan sambungan telpon itu.

Sarada menatap lurus ke arah jendela yang menampilkan pemandangan luar rumah dari lantai 2.

Tatapannya menyorot ke depan sana. Tidak pernah Sarada sangka dirinya akan berada di sini. Sekarang yang harus Sarada lakukan adalah bersandiwara, beradaptasi, dan bertahan hidup di sini, sembari mencari cara untuk bisa kembali.

Ini semua menarik, Sarada tidak menyangka bahwa takdir malah membawanya menemukan list B dalam perburuannya terlebih dahulu.

Senyum wanita itu mengembang, tangannya mengelus perut besarnya. Dia akan menjelajah semua ini, lalu kembali.

*****

Sarada turun dari mobil dengan bantuan Hinata. Hinata menatap menantunya dengan sorot mata khawatir. "Kamu benar-benar sudah tidak apa-apa, Sayang?" Sarada hanya mengangguk saja.

"Mama antar sampai ke kelas ya?" tawar wanita itu.

Sarada menggeleng. "Akut tidak mau merepotkan Mama."

Hinata ini sangat baik padanya. Sarada tidak mau merepotkan wanita ini. Tidak seperti suaminya yang kasar dan dingin.

Hinata mengangguk-angguk. "Ya sudah kalau begitu Mama pulang dulu ya, jaga dirimu baik-baik." Hinata memeluknya sebelum akhirnya wanita itu pergi dari depan gerbang Kampus.

My Lecturer my husband Where stories live. Discover now