3. My Lecturer my husband

227 24 3
                                    

Boruto terbangun, sudah tengah malam, tetapi entah mengapa dirinya tidak dapat tidur dengan nyenyak. Sejak seminggu lalu sudah Boruto seperti ini. Sejak Srada mulai berubah. Sejak kecupan dan pelukan tengah malam yang biasanya Sarada berikan tidak lagi dia dapatkan.

Boruto menggaris tegaskan kendati pasangan suami istri, mereka tidur di kamar yang terpisah. Tetapi entah sejak kapan Boruto tidak tau, Sarada mulai memasuki kamarnya secara diam-diam pada tengah malam. Memberikan kecup hangat pada kening dan memeluknya sejenak.

Boruto mulai menyadari hal itu sepertinya semenjak kehamilan Sarada mulai memasuki usia 6 bulan. Itu artinya dia menyadari bahwa Sarada melakukan hal tersebut sejak 2 bulan yang lalu, mengingat kandungan wanita itu sekarang sepertinya terlihat sudah menginjak usia 8 bulan.

Dan entah mengapa, Boruto tak pernah menolak ataupun mengunci kamarnya sehingga sangat memudahkan Sarada melakukan hal itu.

Dan Boruto mulai terbiasa, hingga ketika 1 malam saja Sarada tidak memberikannya, rasanya dirinya tidak dapat tertidur dengan nyenyak. Seperti sejak 1 minggu yang lalu hingga malam ini, Sarada tak pernah lagi datang ke kamarnya diam-diam untuk memberikan kecupan dan pelukan hangat.

Dan rasanya ... Boruto mulai merindukan itu semua.

*****

Berbagai sajian menu sarapan sudah terhidang rapi di atas meja makan pagi ini. Namida telah kembali, dan ini semua adalah hasil masakan wanita itu.

"Namida, apakah kau mempunyai buah Anggur? Aku sedang menginginkannya," Sontak, kalimat yang baru saja Sarada ucapkan langsung menghentikan gerakan mereka yang sedang menyantap sarapan. Begitu juga Namida yang awalnya sedang membereskan peralatan masak, langsung menghampirinya.

"Bagaimana, Nyonya?" tanya Namida.

Sarada menatap wanita itu. "Apakah ada buah Anggur? Tiba-tiba aku sangat menginginkannya."

"Nyonya, ngidam?" tanya Namida.

Sarada mengangguk. "Sepertinya begitu."

Boruto mengerutkan keningnya. "Kamu ngidam?"

"Hm," Sarada hanya menjawab dengan daheman singkat.

"Kenapa tidak bilang pada saya?" Karena biasanya jika wanita itu sedang menginginkan sesuatu, dia akan meminta kepada Boruto, walau pada akhirnya tidak pernah sekalipun Sarada mendapatkan apa yang dia idam-idamkan.

Bumi mengerutkan dahinya. "Bukannya Papa enggak pernah suka, kalo dia meminta macam-macam pada Papa?"

Boruto gelagapan. Rasanya ... aneh saat bukan lagi dirinya yang Sarada mintai.

"Maaf Nyonya, saya belum membeli Anggur. Hanya ada buah Jeruk dan Pisang." Namida memberitahu buah apa yang ada di dalam lemari pendingin.

Sarada tampak menghela napas. Sekarang bagaimana caranya dia bisa mendapatkan buang Anggur? Sarada benar-benar sedang sangat menginginkan buah itu.

"Tunggulah nanti siang, hari ini saya ada kelas pagi, nanti sepulang mengajar saya bawakan," Apa yang baru saja Boruto ucapkan tentu membuat seluruh orang yang ada di sana terkejut dan terheran-heran.

Seketika Sarada menggeleng. "Tidak-tidak, tidak jadi, tidak perlu!"

"Saya menolak penolakan kamu. Jangan ke mana-mana, tunggulah saya pulang dengan membawa Anggur yang kamu inginkan." Setelah meminum seteguk air putih dalam gelas, Boruto langsung berdiri dan berangkat.

Bumi turut berdiri ketika selesai dengan sarapannya. Laki-laki itu menatap Sarada dengan sinis. "Awas lo!" peringatnya. Bumi merasa tidak suka saat dirasa Boruto mulai memberikan sedikit perhatian kepada Sarada.

Sarada hanya mengedikkan bahunya sembari melihat punggung Bumi yang mulai meninggalkan ruang makan. Kembali melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda. Hari ini tidak ada jadwal kuliah, jadi Sarada bisa meluangkan waktunya untuk menyelesaikan semua ini.

TBC

My Lecturer my husband Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα