8. My Lecturer my husband

187 23 0
                                    

Anak perempuan itu tersenyum lebar kepadanya.

"Siapa kau?" Sarada menelisik anak itu dari bawah ke atas. Baju tradisional yang rapi, dan wajah yang rupawan. Umum bagi anak kecil sebesar ini.

Anak itu mengulurkan tangannya dan masih mempertahankan senyumannya. "Halo, Nona. Perkenalkan, namaku Hakuja. Siapa dan dari manakah Nona cantik ini?"

Dengan sedikit ragu, akhirnya Sarada menyambut jabatan tangan mungil itu. "Aku Sarada." Sarada tidak menyebutkan marga dan seluk-beluknya. "Aku datang dari pusat Konoha."

Sarada kembali melanjutkan aktivitas mengikatnya, kala Azazil sudah kembali terbang. Gadis itu menyalakan lentera api yang dibawanya, dan duduk bersandar di bawah pohon tadi.

Tanpa disuruh, Hakuja ikut duduk di samping Sarada. Sarada mengangkat sebelah alisnya bingung saat gadis kecil itu mengeluarkan dua batang permen dari sakunya, dan mengulurkan salah satunya kepada Sarada.

"Untukku?" tanya Sarada. Sarada menerimanya dengan ragu, menunggu gadis di sampingnya juga memakan permen yang satunya, untuk memastikan jika permen ini aman untuk dimakan.

"Makanlah." Hakuja membuka bungkus permennya dan memakannya.

Melihat tidak terjadi apapun pada gadis itu depannya setelah memakan satu batang permen itu, akhirnya Sarada juga memakannya. Setidaknya dia tau cara menghargai gadis itu yang mau membagi sesuatu dengannya.

"Nona sedang apa malam-malam di tengah hutan seperti ini?" Hakuja menatap Sarada dengan kepala yang sedikit mendongak lantaran tujuh Sarada lebih tinggi dari tubuhnya.

Sarada balas menatap gadis kecil itu. "Kau sendiri sedang apa malam-malam berkeliaran di tengah hutan seperti ini? Iki cukup berbahaya untuk gadis kecil sepertimu."

Hakuja mendengus. "Nona malah balik bertanya kepadaku. Aku sedang mencari Mikazuki—kucing hitamku yang tiba-tiba menghilang—tunggu! Apakah selama di hutan ini Nona melihatnya?" Sarada menggeleng.

"Aku tinggal di hutan ini bersama dengan Ibuku. Rumah kami ada di sana." Gadis kecil itu menunjuk arah dari mana asal dia datang tadi. "Lalu, sedang apa Nona di sini?" Gadis itu kembali bertanya mengenai apa yang sedang Sarada lakukan di sini tengah malam.

Sarada menghela napas. "Aku akan pergi ke Gua Ryuchi," jawabnya jujur. Gadis itu kembali menatap Hakuja dengan memicing. "Lalu, mengapa Ibumu mengizinkanmu keluar tengah malam seperti ini? Ini berbahaya, harusnya kau tidur di rumah."

Hakuja mengangguk-angguk. "Tidak tau, kami biasa mencari saat Mikazuki hilang tengah malam seperti ini, dan kami berpencar agar cepat menemukan kucing itu."

Kedua orang itu kembali terdiam beberapa saat, hingga Hakuja kembali melayangkan pertanyaan pada Sarada, "Gua Ryuchi itu masih sangat jauh dari sini, Nona. Lalu, untuk apa Nona pergi ka sana!" Sungguh gadis kecil ini penuh dengan penasaran.

Sarada kini menyerongkan badan, dan benar-benar berhadapan dengan gadis itu. "Kau tau? Aku sedang mencari Sassafras."

Anak kecil itu terlihat keheranan, "Sassafras? Bukankah dia itu seorang penyihir? Ibuku pernah menceritakannya padaku."

Sarada nampak sedikit terkejut. "Kau tau? Dan ... Ibumu juga?"

Hakuja mengangguk. "Dia itu penyihir. Untuk apa Nona mencarinya?"

Aku ada sedikit keperluan dengannya," jawab Sarada.

Hakuja menatap lurus ke depan. "Apa Nona percaya dengan sihir? Makhluk halus, dunia lalin, kembaran kita dari dunia lain, Atlantis, Mitologi, manusia yang mempunyai kekuatan, dan lain sebagainya?"

Sarada mengangguk. "Ya, aku percaya itu semua, dan kini aku sedang berburu Kentaur, daftar nomor satu dalam perburuan Mitologi-ku."

Gadis kecil itu mengukir senyum lebar yang merekah. "Nona tau? Dari semua misteri ini, aku paling tertarik dengan sebuah misteri kembaran kita dari dunia lain." Gadis kecil itu memungut sebatang ranting kecil yang tergeletak di dekatnya, dan memainkan ranting itu.

My Lecturer my husband Where stories live. Discover now