-9-

686 150 40
                                    

Malam harinya, Limario akhirnya pulang ke mansion setelah urusan pekerjaannya selesai. Sudah pasti kepulangannya itu disambut oleh sang istri yang tercinta.

"Dimana Lalice sama Rosie?" Tanya Limario.

"Sudah tidur" sahut Jennie "Kamu sudah makan? Mau aku panasin makan malam?"

"Aku sudah makan kok. Aku mau mandi terus tidur. Capek" ujar Limario menggandeng sang istri menuju kekamar.

"Loh, kenapa Lalice tidur disini?" Bingung Limario menatap anaknya yang tidur didalam kamarnya.

"Malam ini Lalice tidur bersama kita ya. Aku sudah lama tidak tidur bersama dia" ujar Jennie.

"Terus bagaimana sama Rosie?" Tanya Limario.

Jennie memutar bola matanya dengan malas "Biarkan saja"

Limario memicingkan matanya "Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Tidak" sahut Jennie namun Limario tidak mempercayainya.

Dengan rasa penasaran, Limario berganjak kekamar sang anak.

"Dikunci?" Bingungnya.

Tok tok tok

"Rosie, buka pintunya Nak"

Namun tidak ada sahutan membuat Limario merasa khawatir "Pintu ini dikunci dari luar" gumamnya beralih menatap sang istri yang sudah berdiri dibelakangnya.

"Jangan bilang kalau kamu yang mengurung Rosie dikamar!?"

"Biarkan saja dia didalam sana. Aku muak melihat bocah itu" balas Jennie santai.

"Sudah berapa lama Rosie didalam?" Tanya Limario.

"Sudah dari sore" santai Jennie.

"Jadi Rosie belum makan!? Kamu keterlaluan!" Sentak Limario diakhir.

"Kamu memarahi aku gara gara anak pungut itu!?"

"Kendalikan diri kamu Jennie!" marah Limario.

Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar "Jen, kamu itu seorang ibu. Apa tidak ada rasa kasian didalam diri kamu? Rosie tidak ada salah sama kamu tapi kenapa kamu menghukum dia dengan kejam seperti ini? Kalau kamu mau bilang wajah Rosie persis seperti mantan suami kamu, apa itu artinya kamu juga akan membenci anak kandung kamu sendiri? Pasti wajah anak kandung kamu juga mirip sama mantan kamu bukan?"

"Cukup Lim!" Halang Jennie dengan mata berkaca kaca "Anak kandung aku sudah mati! Semuanya gara gara si brengsek itu!"

"Terus kenapa kamu menghukum Rosie yang tidak bersalah itu?" Tanya Limario membuat Jennie bungkam.

Sejujurnya, Jennie tidak sepenuhnya membenci Rosie. Hanya saja dirinya akan mengingati masa lalunya ketika dia menatap wajah Rosie. Gara gara itu juga dia melakukan berbagai cara agar Rosie menjauh darinya. Dia tidak ingin ingatan masa lalunya terus berputar difikirannya.

She's trauma!

"Aku kecewa sama kamu" dingin Limario.

Dia mengambil kunci kamar lalu bergegas membuka pintu kamar itu.

Ceklekk

"Rosie" Limario menghampiri Rosie yang terbaring diatas kasur.

"D-Daddy" lirih Rosie membuka matanya.

"Rosie laper hurm?" Tanya Limario.

Dengan lemahya Rosie mengangguk. Dia sudah benar benar kelaparan.

"Ayo turun. Kita makan malam" Limario beralih menggendong Rosie lalu dia lantas membawa bocah itu ke meja makan.

Jennie pula hanya terdiam dengan air matanya yang sudah mengalir keluar. Kenapa hatinya merasa sakit ketika melihat kondisi Rosie yang tidak berdaya itu?

Dimeja makan, terlihatlah Limario yang menyuapi Rosie. Walaupun Rosie bukan anak kandungnya, dia tetap menyayangi bocah itu seperti dirinya menyayangi Lalice.

"Enak?" Tanya Limario.

Rosie mengangguk "Enak!"

"Masakan Mommy memang enak" ujar Limario.

"Ini Mommy yang masak?" Tanya Rosie memastikan.

"Iya lah"

Rosie tersenyum "Walaupun Mommy membenci Rosie, Rosie tetap bersyukur karena bisa menikmati masakan Mommy" batinnya.

"Habisin makanan kamu terus kamu tidur ya" ujar Limario mengelus kepala Rosie.

Untuk kali ini juga Rosie bersyukur karena dipertemukan dengan sosok Limario. Berkat Limario, dia bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah yang tidak pernah dia dapatkan dari sosok Jeffri.

"Dimana Lalice?" Tanya Rosie.

"Malam ini Lalice tidur sama Mommy" sahut Limario membuat Rosie tersenyum palsu "Rosie tidak apa apa tidur sendirian bukan?" Lanjut Limario.

"Tidak apa apa Daddy. Rosie sudah terbiasa. Selama ini juga Rosie sering tidur di gudang sendirian gara gara dihukum sama Daddynya Rosie" cerita Rosie.

"Kenapa Daddy Rosie menghukum Rosie?" Tanya Limario penasaran.

"Karena Daddy tidak sayang sama Rosie. Daddy bilang kalau Daddy menjaga Rosie karena dia ingin menjadikan Rosie jal*ng di bar" polos Rosie "Jal*ang itu apa?" Lanjutnya bertanya.

Limario menelan ludahnya dengan kasar "Rosie masih kecil, mendingan Rosie tidak perlu tahu soal itu. Sekarang Rosie tenang saja. Daddy Rosie itu tidak akan menemukan keberadaan Rosie lagi. Daddy Lim janji akan menjaga Rosie"

"Terima kasih Daddy" ujar Rosie menampilkan senyuman tulusnya.

Tanpa mereka sedari, ada sosok Jennie yang bersembunyi untuk mendengarkan semua perbicaraan mereka itu.

"Apa semua ini? Kenapa hati gue nyesek? Kenapa gue seakan ikut merasa sakit diatas penderitaan Rosie?" Gumam Jennie dengan air matanya yang sudah mengalir keluar.





Tekan
    👇

Rumah ✅Where stories live. Discover now