-12-

908 165 75
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam dan kini hanya ada Jennie yang setia menemani Rosie.

Limario bersama Bibi Han dan Lalice pula sudah berganjak pulang beberapa menit yang lalu. Awalnya, Limario ingin berada disana untuk menemani Jennie menjaga Rosie namun Jennie memintanya untuk pulang karena Jennie membutuhkan waktu berdua bersama sang anak.

"Mommy"

"Hanya Lalice yang berhak memanggil gue Mommy. Lo bukan anak gue!"

"Apa salah Rosie?"

"Salah lo itu karena muncul dihidup gue!"

Isakan Jennie yang tadinya sudah terhenti akhirnya kembali kedengaran "Hiks Rosie. Kamu tidak salah. Maafin Mommy"

"Kenapa lo harus muncul dihidup gue!? Dimana orang tua lo!? Apa orang tua lo membuang lo? Ah, itu pasti gara gara lo anak yang tidak diinginkan!"

"Hiks maaf karena sudah muncul dihidup Mommy"

"Hiks andwae. Maafkan Mommy. Jangan dengarin kata kata bodoh Mommy itu hiks"

"Pergilah bocah!"

"Hiks Rosie mau bersama Mommy"

"Lo itu hanya beban disini! Pergilah dan jangan pernah kembali!"

"Hiks Rosie tidak pernah menjadi beban untuk Mommy. Mommy yang bersalah Sayang"

"Mommy adalah 'rumah' kepada Rosie. Kalau Mommy mengusir Rosie, itu artinya Rosie tidak punya 'rumah' bukan?"

"Gue tidak akan pernah menjadi 'rumah' untuk lo"

"Hiks Rosie. Mommy akan menjadi rumah untuk Rosie. Hiks jangan pergi. Teruslah bersama Mommy" isaknya.

Secara tiba tiba Jennie tersentak ketika tangan mungil yang digenggam olehnya itu mula bergerak dengan perlahan lahan "Rosie" tangisan Jennie berubah menjadi tangisan haru.

Perlahan lahan Rosie membuka matanya. Senyuman dibibir Rosie sontak muncul ketika air melihat wajah sang Mommy ketika membuka matanya.

Sudah lama Rosie menginginkannya. Melihat wajah sang Mommy disaat dia membuka matanya adalah hal yang paling Rosie inginkan dan sekarang Tuhan sudah mengabulkan keinginannya.

"Hiks Sayang" isak Jennie mengelus pipi Rosie.

"M-Mommy" lirih Rosie dengan suara seraknya.

Jennie beralih memeluk Rosie "Hiks maaf. Maafin Mommy. Mommy tidak sengaja mendorong kamu. Maafin perlakuan kejam Mommy juga ya. Hiks Mommy sudah menjadi Mommy yang buruk untuk kamu"

Tidak dapat digambarkan bagaimana perasaan Rosie saat ini. Dia bahagia. Benar benar bahagia karena untuk pertama kalinya dia bisa merasakan pelukan dari sosok sang Mommy.

"Mommy panggil Dokter dulu ya" ujar Jennie setelah melepaskan pelukannya.

Namun Rosie menahan pergelangan tangan Jennie "Besok saja. Sekarang Rosie mau tidur tapi Rosie mau Mommy menemani Rosie" pintanya.

Jennie mengangguk berkali kali "Baiklah Sayang" dia berganjak menaiki kasur sang anak lalu membaringkan dirinya disamping Rosie. Lantas saja tangannya menarik Rosie untuk masuk kedalam dakapannya.

"Nyaman. Rosie suka" bisik Rosie menghirup aroma sang Mommy yang menenangkan dirinya.

"Mommy akan terus memeluk Rosie" ujar Jennie mengecup kepala sang anak berkali kali.

"Kenapa Mommy berubah? Bukannya Mommy benci sama Rosie?" Rosie akhirnya melontarkan pertanyaan itu.

"Tidak Sayang. Mommy tidak benci sama Rosie. Awalnya Mommy tidak tahu kalau Rosie adalah anak kandung Mommy. Tolong maafin Mommy" lirih Jennie.

"Rosie fikir Mommy membenci Rosie karena Mommy membenci Daddy" ujar Rosie menoel pipi mandu Jennie dengan gemes.

"Mommy memang benci sama Daddy kamu tapi Mommy tidak pernah membenci kamu. Kamu anak Mommy. Anak yang Mommy lahirkan dengan penuh kasih sayang. Hanya saja Mommy bodoh karena percaya sama Daddy kamu. Daddy kamu bilang kamu sudah mati makanya Mommy tidak tahu soal kamu" jelas Jennie.

"Awalnya juga Daddy bilang sama Rosie kalau Mommy sudah mati. Rosie fikir Daddy benci Rosie karena Rosie yang menjadi alasan Mommy mati. Terus Daddy juga sering mukul Rosie" adu Rosie.

"Mulai dari sekarang Mommy tidak akan membiarkan siapa siapa menyakiti kamu lagi" ujar Jennie mengusap kepala Rosie dengan lembut.

"Terima kasih karena sudah ingin menjadi 'rumah' untuk Rosie. Rosie bahagia" ujar Rosie menenggelamkan mukanya diceruk leher sang Mommy.

"Mommy akan terus menjadi 'rumah' untuk Rosie" sahut Jennie.

Mata Rosie sudah terasa berat "Mommy harus bahagia. Lupakan soal masa lalu Mommy. Rosie yakin Mommy bisa bahagia bersama Daddy Lim dan Lalice. Sekarang Rosie mengantuk. Rosie tidur dulu ya"

"Tidurlah. Kamu butuh istirahat agar segera sembuh" ujar Jennie mengelus kepala Rosie.

Mata Rosie akhirnya tertutup secara perlahan lahan.

"Tuhan, Rosie sudah bahagia. Jadi sekarang Rosie akan menunaikan janji Rosie. Rosie akan pulang ke rumah Tuhan. Terima kasih untuk kebahagiaan ini. Rosie bersyukur karena bisa bahagia bersama Mommy walaupun hanya untuk sementara"

Menit demi menit berlalu, Rosie tidak lagi menghembuskan nafasnya. Ternyata Rosie sudah kembali 'pulang' bertemu Tuhan.

Sementara Jennie, dia sudah tidur dengan memeluk Rosie tanpa menyadari kalau sosok yang dipeluknya itu adalah jasad yang sudah tidak bernyawa.










Akhirnya Rosie bahagia, walaupun hanya sementara🤧

  Tekan
   👇

Rumah ✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora