00

192 18 4
                                    

"Di umur 24 tahun gue pengen Astalian melihat gue, jadi pacar gue, dan nikah sama gue."Lavelyn mengembangkan senyum dan seketika membuka mata kemudian meniup lilin ulang tahun.

Para sahabatnya menggelengkan kepala. Selalu seperti ini. Sejak usia Lavelyn menginjak 19 tahun. Sahabatnya akan menggaungkan hal yang sama. Perasaannya seakan tidak pernah berubah dan terus meningkat setiap saat.

Astalian Altama.

Sosok laki-laki tampan nan dingin idaman Lavelyn Areesha Hinaya sejak awal semester ketika duduk di bangku perkuliahan. Bertemu pertama kali di kelas dan jurusan yang sama yaitu Pariwisata. Membuat perasaan Lavelyn seketika menggebu-gebu ingin agar Asta bisa menjadi bagian dari kehidupan cintanya.

Meskipun sikap Asta sangat dingin dan seringkali mengabaikan Lavelyn. Namun, ia bukanlah gadis yang pantang menyerah. Misinya selalu sama.

Dilihat oleh Astalian, menjadi pacar Astalian, dan menikah dengan Astalian.

"Pak Asta!"seruan seorang gadis membuat perhatian Lavelyn dan para sahabatnya teralihkan.

Seutas senyum terbit di bibir manis Lavelyn. Dilihatnya Astalian terus berjalan di koridor kantor walau namanya di sebut berulangkali oleh seorang gadis yang Lavelyn anggap sebagai musuh dalam merebut hati Astalian.

Namanya Serena Valencia.

"Lily mau kemana?"sahabat bernama Kairi menghentikan langkahnya.

Lavelyn tersenyum. "Mau jemput pujaan hati."

"Kuenya gimana?"Nayara bertanya dengan dahi mengkerut.

"Justru gue mau ajak Astalian buat rayain ulang tahun bareng. Kalian jagain jangan sampai kuenya di makan sama yang lain. Gue mau Astalian jadi orang pertama yang dapat kue,"ucap Lavelyn dengan penuh harap.

Kakinya melangkah keluar dari ruangan dan sekuat tenaga berlari di sepanjang koridor dimana Astalian berjalan. Ia langsung menghentikan langkah Astalian dengan berdiri dihadapannya secara mendadak. Sedangkan Serena yang berada di belakang Astalian terbentur punggung belakangnya hingga jatuh.

Lavelyn tertawa senang ketika musuhnya bahkan tidak di lirik oleh Astalian. Padahal gadis itu sudah merintih kesakitan karena jatuh. Akan tetapi, Astalian tidak peduli sama sekali.

"Asta, aku jatuh. Tolongin dong."Serena meminta dengan nada manja sambil mengulurkan tangan kanan.

Tanpa menoleh ke belakang dimana Serena jatuh ia berkata. "Salah sendiri jatuh."

"Rasain."Lavelyn menjulurkan lidah ke arah Serena yang mendengus kesal.

Ia bersusah payah bangun. Sementara Lavelyn melemparkan senyum ke arah Astalian yang bahkan arah pandangannya menatap ke arah lain. "Hei, lihat sini dong. Aku di depan mata kamu loh."

Lavelyn menjetikkan jari di depan pandangan Astalian agar menatap padanya. Lavelyn harap ini menjadi hal pertama kalinya ia bisa saling adu bertatapan dengan Astalian. Ya, anggap saja sebagai kado untuknya. Senyum yang sejak tadi terbit di bibir Lavelyn seketika sirna saat Astalian menggerakkan pandangannya untuk menunduk.

Benar-benar tidak bisa Lavelyn harapkan.

"Ikut yuk."tanpa aba-aba karena tidak ingin kehabisan waktu sebab setengah jam lagi jam istirahat kantor usai, Lavelyn segera menarik baju Astalian untuk ikut dengannya.

Astalian yang terkejut hanya bisa pasrah akan aksi Lavelyn. Biarkan saja gadis ini bertingkah semaunya. Nanti juga dia bisa kabur. Percuma dia memaksakan diri lepas dari belenggu gadis keras kepala di hadapannya ini. Cengkramannya sangat kuat.

Sungguh malang nasib Astalian. Bisa dipastikan setelah ini ia harus banyak menghindar dan tidak melewati ruangan tempat Lavelyn berada. Supaya kejadian yang sudah seringnya ia alami, tidak terjadi lagi. Astalian rasa posisinya sebagai Manajer Kantor Travel seperti tidak ada artinya di mata Lavelyn. Untung saja di jam istirahat para karyawan tidak berlalu lalang di koridor. Kalau tidak, ia akan merasa malu sebab bajunya ditarik oleh karyawan yang bahkan belum genap 1 bulan bekerja di Kantor Travelnya.

"Nah, ini dia. Hari ini aku ulang tahun."Lavelyn melepaskan cengkraman pada baju Astalian dan menunjukkan kue ulang tahun padanya.

Astalian menundukkan kepala menatap penuh fokus pada kue ulang tahun di hadapannya sembari mengerutkan dahi. "Terus?"

"Ucapin kek."Lavelyn menyikut lengan Astalian

Astalian menggeleng. "Nggak penting."

"Eh, Astalian. Tunggu. Sebentar aja. Aku mau kasih kamu kue pertama."Lavelyn menahan Astalian agar tidak pergi.

Segera ia memotong kue dan mengulurkannya pada Astalian yang sudah jelas membuang muka ke arah lain. "Kue pertama untuk orang tersayang."

"Makasih. Tetapi, gue nggak minat untuk jadi orang pertama yang lo sayang."Astalian dengan nada dingin dan mendorong kue pemberian Lavelyn.

Lavelyn mendesah kecewa."Setidaknya ini aku kasih buat kamu. Ambil aja. Nggak usah malu-malu."

"Kalau Asta nggak mau jangan dipaksa."Serena datang dengan nada emosi.

Lavelyn merapikan tatanan rambutnya dan memaksakan senyumannya. "Nggak usah ikut campur ya Serena."

"Lo berharap Asta bakalan suka sama lo? Jangan mimpi! Asta mana mau kue dari cewek murahan kayak lo! Jangan sok akrab panggil dengan sebutan Astalian!"Serena membuang potongan kue di tangan Lavelyn yang tadinya akan diberikan pada  Astalian.

Kue tersebut jatuh ke lantai. Lavelyn segera mencegah Kairi dan Nayara saat akan melangkah mendekati Serena. "Udah nggak usah."

"Denger ya, Lavelyn. Berhenti paksa Asta. Dia nggak suka sama lo! Nggak usah berlebihan jadi cewek! Nggak sopan banget lo sama manajer sendiri manggilnya pake nama. Narik sembarangan. Inget, lo baru kerja di sini nggak sampai 1 bulan. Jadi nggak usah banyak bertingkah!"Serena masih memaki Lavelyn.

Astalian hanya menyaksikan aksi tersebut tanpa berniat untuk merelai. Kairi jadi geram sendiri. "Heh, Serena. Lo nggak ada hak ngatain sahabat gue. Lo sendiri murahan. Asta nggak mau sama lo, masih lo pepet. Lo genitin. Lagian lo manggil Asta pake nama. Emang kita masih baru kerja di sini. Tetapi, om Jeremy yang nawarin dan Asta sendiri minta Lily untuk jadi bagian dari pekerjaan ini. Lo nggak usah belagu deh mentang-mentang kerja lebih dulu daripada kita. Lagian beda sehari doang. Ini kita sama-sama satu kampus loh. Satu jurusan lagi. Lo juga kerja nggak sampai satu bulan nggak usah belagu!"

"Gue nggak peduli kita teman seangkatan. Setidaknya gue jauh lebih baik dari Lavelyn."Serena menampilkan senyum mengejeknya.

Astalian meremas kuat kedua tangannya dan menundukkan kepala. "Lavelyn lo sama sekali nggak pantes dekat sama gue. Jadi berhenti untuk gangguin gue. Jangan pernah paksa gue apalagi lancang narik baju. Lo harus sadar posisi lo di sini siapa. Kerja di sini bukan untuk cari perhatian!"

"See? Asta nggak suka sama lo. Tahu diri dikit"Serena tertawa mengejek dan segera menyusul Ali yang berlalu pergi.

Lavelyn menarik seutas senyum. "Nggak papa. Gue udah biasa dapetin semua cacian Astalian. Perasaan gue nggak akan pernah berubah sedikitpun."

"Lebih baik lo lupain Asta. Dia cuma bisa nyakitin lo"ucap Kairi menatap khawatir pada sahabatnya.

Lavelyn menggeleng keras. "Gue nggak bisa, Kai. Perasaan gue sama Astalian udah benar-benar di level yang nggak bisa untuk di hentikan. Gue nggak akan gentar deketin dia. Mau dia bilang untuk gue bersikap profesional dan sadar posisi gue di sini siapa. Itu nggak akan merubah perasaan gue yang terlanjur dalam jatuh cinta sama dia. 5 tahun gue suka sama dia. Terus, gue harus berhenti gitu aja? Nggak akan, Kai. Pokoknya sampai kapanpun, gue akan kejar Astalian."

"Sadar, Lavelyn. Tadi harga diri lo di injek-injek sama Asta. Lo masih aja mau bertahan?"Naya berdecak kesal.

Lavelyn mengangkat bahu acuh. "Ya gimana dong. Hati gue nggak mau berhenti. Udahlah lo berdua makan kuenya. Gue mau beresin perbuatan Serena dulu."

"Ly, kapan lo mau berhenti suka sama Asta?"

Lavelyn menggeleng. "Nggak bisa berhenti, Kai. Dia minta gue kerja di sini sudah cukup membuktikan bahwa gue ada peluang besar untuk lebih dekat sama Astalian. Kadang kita harus nekat untuk mencapai apa yang kita hendaki. Walaupun harus laluin banyak hal menyakitkan. Tetapi, gue yakin kok. Pada akhirnya Astalian akan balas perasaan gue. Itu udah pasti."

...

Jangan lupa like dan komen

Terima kasih.

* Published February 28, 2024

Cinta Cowok Idaman!Where stories live. Discover now