07

92 11 18
                                    

"Di mata gue lo lebih dari segalanya.
Cukup ingat itu aja."

***

"Kenapa belum berangkat?"tanya Jeremy melihat Astalian sedari tadi hanya berdiri di teras rumah.

Astalian yang asyik melamun, terkejut bukan main melihat Papanya ada di samping tubuhnya. "Papa, ngangetin aja."

"Aneh kamu. Pagi-pagi malah ngelamun. 5 menit lagi jam masuk kantor loh,"ucap Jeremy.

Astalian menghela nafas. "Hari ini Asta mau datang telat aja, Pa."

"Tumben? Kamu paling anti datang telat loh. Pasti bawaannya marah-marah kalau nggak sesuai sama jam berangkat,"heran Jeremy.

Astalian mengangkat bahu. "Entahlah. Lagi pengen coba berangkat kesiangan aja."

"Ada yang lagi kamu hindarin?"tanya Jeremy penasaran.

Astalian tersenyum kikuk. Ia lupa jika Papanya seorang penebak handal. Pasti hal sederhana seperti ini mudah sekali untuk diketahui oleh Papanya. Tetapi, ia tidak ingin menceritakan perihal kejadian kemarin.

Kejadian waktu ia merekrut Lavelyn menjadi Ketua Pemasaran saja sudah membuat ia menjadi bulan-bulanan Papa dan Kak Marvin. Jika ia bercerita tentang ketidak-percayaan dirinya terhadap cinta. Pasti Astalian akan di marahi habis-habisan. Bisa-bisa Papa dan Kakaknya akan bertindak di luar nalar.

"Nggak ada kok, Pa. Aku cuma lagi males aja hari ini,"ungkap Astalian.

Jeremy mengangguk. "Ya sudah. Nikmati saja waktu bermalas-malasmu. Asalkan kerjaan kamu beres."

"Iya, Pa."Astalian menerbitkan senyum seiring Jeremy kembali masuk ke dalam rumah.

Astalian menghembuskan nafas. Ia pandangi langit yang mulai menunjukkan gelagat akan turun hujan. Diliriknya arloji yang melingkar di tangan kiri. "Gue sengaja berangkat sesuai jam masuk kantor. Perkiraan sampai kantor sekitar 15 menitan. Jadi nggak ada ceritanya ketemu Lavelyn. Pokoknya hari ini gue mau kunciin ruangan. Gue malu banget harus berhadapan sama tuh cewek."

Tanpa di sadari, Jeremy sedari tadi mengintip di balik jendela. Wajahnya berseri, bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Emang anak jaman sekarang gengsian. Kalau suka tinggal bilang aja. Ngapain pake malu dan menghindar segala. Aku doain tuh Anak mencak-mencak lihat Lavelyn di deketin cowok lain."

***

"Cie ngelihatin ruangannya. Kenapa? Janjian ketemuan di ruangan?"Kairi menyikut lengan Lavelyn saat gadis itu menghentikan langkah tepat di depan ruangan Manajer.

Lavelyn terkekeh ringan. "Ih, apasih. Nggak ada."

"Nanti tau-tau makan siang bareng lagi di ruangan,"goda Nayara.

Lavelyn menghela nafas. "Itu mah gue nggak tahu. Lagian Astalian ngasih bekal dari kak Marvin."

"Lo yakin itu bekal dari kak Marvin? Bisa aja modusnya Astalian,"ucap Kairi.

Lavelyn menggeleng. "Entahlah. Udah ayo kita jalan. Hari ini ada banyak sekolah yang kita datangin."

"Yahh sayang banget. Belum ketemu sama crush,"ujar Nayara.

Kairi tertawa kecil. "Iya kasihan banget. Padahal dalam hati udah berharap di semangatin."

"Kairi. Naya. Kalian nih apaan deh. Mending dari awal nggak bilang kalau akhirnya di becandain terus."Lavelyn merajuk dengan bibir manyun.

Cinta Cowok Idaman!Where stories live. Discover now