14

82 13 7
                                    

Lavelyn menatap arloji yang melingkar di tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul 16.58 WIB dan itu artinya 2 menit lagi para karyawan akan segera pulang. Di menit terakhir ini, ia belum melihat pergerakan Astalian sekedar keluar dari ruangan. Hal yang cukup aneh menurut Lavelyn sebab biasanya Astalian akan banyak keluar ruangan, entah untuk berkunjung ke kitchen, memeriksa laporan keuangan, memantau kegiatan BPW, dan pergi ke tempat ticketing memeriksa apakah ada kendala.

Bahkan hari ini ada meeting untuk pembahasan Astama Fair, Astalian memilih di wakilkan oleh sekertarisnya. Seperti benar-benar ingin menjauh dari pandangan Lavelyn. Apa boleh ia tetap pada pendiriannya, menganggap bahwa semua ini hanya cara Astalian untuk merencanakan kejutan ulang tahun?

"Nggak boleh nethink. Tetap harus yakin bahwa semua ini hanya rencana Astalian buat kasih kejutan. Iyaa kasih kejutan. Gue hanya tinggal menunggu,"ucap Lavelyn.

Ia menghela nafas kemudian menerbitkan senyum. "Oke waktunya pulang. Gue ke ruangan Astalian dulu deh."

.

.

Lavelyn mengerutkan dahi saat membuka pintu ruangan Astalian, tidak ada keberadaan cowok idamannya itu. "Tumben banget. Biasanya dia nggak akan cepat-cepat pulang. Lewat mana? Perasaan para karyawan baru memenuhi lift. Apa iya pulang duluan? Nggak mungkin deh."

Tring!

Lavelyn mengeluarkan ponsel di dalam saku blazernya dan tersenyum simpul menatap layar ponsel-ada pesan masuk dari Astalian. "Ya ampun tahu banget gue lagi cariin."

Lavelyn meremas kuat ponselnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lavelyn meremas kuat ponselnya. Wajahnya berseri setelah membaca pesan dari Astalian. "Apa gue bilang. Firasat gue nggak pernah salah soal Astalian. Dia tuh tulang rusuk gue. Makanya gue tahu isi hatinya. Aaa ya ampun nggak sabar nanti malam. Gue akan segera siap-siap. Mandi yang wangi. Pake parfum sebadan dan make up yang cantik. Siapa tahu hari ini gue di pacarin. Kalau perlu sih di lamar. Aaa mau banget!"

***

"Mau kemana? Cantik banget. Perasaan lo nggak punya dress itu. Kapan belinya, Kak?"tanya Ethan melihat Lavelyn turun dari tangga.

Lavelyn menunjukkan senyum. "Dibeliin Astalian."

"Serius? Nggak ngarang kan lo?"tanya Ethan tidak percaya.

Pasalnya, Kakaknya ini baru saja dekat dengan Astalian. Rasanya tidak mungkin jika sudah di tahap dibelikan sebuah barang. Bukannya Ethan berpikir jika Lavelyn berbohong. Hanya saja, ia heran.

"Kamu nih. Kakak lagi mau bahagia hari ini malah di gituin,"ujar Paula.

Ethan terkekeh ringan. "Ya habisnya terlalu cepat aja di tahap belanjain barang yang Ethan yakin ini mahal banget."

Cinta Cowok Idaman!Where stories live. Discover now