chapter 4

8 0 0
                                    

Setelah ritual penyucian dilaksanakan, Airyn menyadari bahwa dirinya telah bereinkarnasi menjadi bayi kecil yang lahir dari pasangan Count dan Countess Leberald dari kerajaan vagheta. Namanya kini berubah menjadi Seraphina Leberald. Yang membuatnya kagum adalah kemampuannya untuk mengingat semua kehidupan di istana langit dan kehidupan sebelum transmigrasi.

Namun, keajaiban itu tidak berlangsung lama. Saat Airyn meminum air ajaib yang merupakan bagian dari ritual, dia tiba-tiba menyadari bahwa ingatannya akan luntur. Keheranannya terasa lebih intens, karena meski dia memiliki ingatan yang jelas, air ajaib ini akan menjadi pemilik penghapus kenangan.

7 tahun kemudian

Seraphina Leberald, atau yang dulunya dikenal sebagai Putri Airyn, duduk di ruang pribadinya di istana Leberald. Dalam ruangan yang elegan, dia merenung sambil memandang keluar jendela yang memperlihatkan taman istana yang indah. Ketenangan terasa di ruang itu, tetapi di dalam hati Seraphina, kegelisahan menghampiri.

Dengan mata yang berbinar, Seraphina mengingat kembali isi novelnya. Pikirannya melayang ke dunia fantasi yang pernah diciptakannya. Dia teringat Bella, yang seharusnya telah bereinkarnasi sebagai putri Duke Agnius. Seraphina membatin, "Seharusnya Bella kini hidup sebagai putri haram yang dibawa oleh Duke Agnius. Kehidupan yang penuh penderitaan dan kesengsaraan."

Menggali lebih dalam dalam kenangannya, Seraphina memikirkan nama baru Bella di dunia manusia. "Ah, namanya seharusnya adalah Elena Agnius. Dia hidup sebagai putri yang terlahir dari kekasih Duke Agnius, yang sayangnya meninggal setelah melahirkan. Duches Agnius, yang merasa terganggu dengan kehadiran Elena, mulai menelantarkan dan menyiksa putri haramnya itu."

Dalam kesunyian ruangannya, Seraphina merasa haru. Meskipun dia tahu bahwa semua ini hanya sebuah cerita dalam novelnya, kehidupan Elena Agnius yang penuh penderitaan dan kekejaman terasa begitu nyata dalam imajinasi dan ingatannya. Hatinya tergugah oleh ketidakadilan yang mungkin dialami karakternya

Saat Seraphina Leberald terpesona melamun di dekat jendela, ibunya, Countess Leberald, tiba-tiba muncul dengan senyum hangat di wajahnya. Dengan langkah lembut, Countess Leberald mendekati Seraphina dan menggendongnya dengan penuh kelembutan.

"Dari apa yang membuatmu tersenyum seperti itu, nak?" tanya Countess Leberald sambil mencium pipi Seraphina.

Seraphina tersenyum dan memeluk ibunya, "Sekadar merenung tentang suatu hal, Ibu. Tentang kehidupan yang lalu dan yang akan datang."

Countess Leberald mencium kening Seraphina dan berkata, "Aku selalu ingin tahu apa yang ada di dalam benak putriku yang cerdas ini. Kamu selalu menjadi cahaya dan kebahagiaan dalam hidupku, Sera."

Seraphina merasa hangat oleh kata-kata ibunya dan mencium pipi Countess Leberald sebagai balasan. Momen kehangatan dan kasih sayang ini memperkuat ikatan antara ibu dan anak, menyiratkan bahwa meskipun dia telah berinkarnasi dan memiliki ingatan dari kehidupan sebelumnya, kehadiran keluarganya tetap menjadi sumber kebahagiaan yang tak tergantikan.

®***

Sepuluh tahun telah berlalu, dan Seraphina Leberald telah tumbuh menjadi gadis yang luar biasa cantik. Kehidupannya di mansion Leberald dipenuhi dengan kebahagiaan dan kasih sayang. Namun, tak seperti takdirnya, Elena Agnius, yang dulunya putri Bella, mengalami penderitaan yang tak terlukiskan dalam kediaman Duke Agnius.

Elena, yang kini menjalani hidup sebagai putri haram, harus merasakan siksaan yang datangnya tidak hanya dari Duchess Agnius, tetapi juga dari saudara tirinya yang kejam. Anak Duchess dan Duke Agnius yang bernama Damien Agnius memiliki kegilaan untuk menyiksa dan melecehkan Elena setiap kesempatan yang dia dapatkan.

Duchess Agnius, sebagai ibu tiri yang kejam, tidak hanya memerintahkan penghukuman fisik dengan cambuk setiap kali Elena membuat kesalahan, bahkan kesalahan yang tak dia perbuat. Namun, penderitaan Elena tidak berhenti di situ. Saat saudara tirinya, Damien, yang memiliki sifat sadis, terus menyiksa batinnya dengan kejam.

Meskipun Seraphina Leberald hidup dalam kemewahan dan kasih sayang, dia terus merasakan kepedihan hati untuk putri Bella. Dalam diam, Seraphina berharap agar putri, atau yang kini menjadi Elena Agnius, yang seharusnya telah menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dunia manusia, dapat menemukan kekuatan untuk mengatasi penderitaan yang dia alami dan meraih kebebasan yang pantas dia dapatkan.

Namun, kesadaran tentang takdir yang dijalani oleh Elena terus menghantuinya. Seraphina, yang masih menyimpan kekuatan sebagai Dewi Keberuntungan, merasa tanggung jawab untuk merubah nasib buruk yang menimpa saudara tirinya. Dengan hati yang penuh penyesalan atas takdir yang telah ditulisnya dalam novel fantasi, Seraphina memutuskan untuk mengorbankan sebagian dari kekuatannya.

Dia menyadari bahwa dengan kekuatannya yang melekat, dia memiliki kemampuan untuk menukar takdir buruk Elena setelah berumur 20 tahun. Sebuah keputusan yang dilakukan sebagai bentuk permintaan maaf dari dirinya yang dahulu menjadi Airyn kepada Bella, yang pernah menjadi salah satu tokoh dalam kisahnya. Seraphina bertekad untuk memberikan kesempatan kepada Elena untuk hidup bebas dari penderitaan yang telah dialaminya dan menulis ulang takdirnya dengan keberuntungan yang baru.

Kini, Seraphina Leberald dan Elena Agnius telah memasuki usia 17 tahun. Dua wanita muda ini, meskipun hidup dalam realitas yang berbeda, terus bersatu dalam takdir yang saling terkait. Walaupun masa lalu mereka memiliki perbedaan dan penderitaan masing-masing, usia 17 tahun menjadi babak baru dalam kisah mereka yang tak terduga dalam 3 tahun mendatang.

®***

Di sisi tempat lain, Dengan kejam Duchess Agnius melepaskan tamparan tajamnya ke wajah Elena yang sudah berubah merah. Rasa sakit yang memancar dari pipi Elena tidak sebanding dengan tatapan tajam Duchess yang berlanjut. Elena, yang hampir terduduk, mencoba menahan air mata yang mengintip di matanya. Suara tajam Duchess memecah keheningan ruangan.

"Maaf?" cetus Duchess Agnius dengan nada sinis. "Maaf tidak akan mengubah kenyataan bahwa kau telah melanggar peraturan."

Tatapan dinginnya mengisyaratkan bahwa hukuman belum berakhir. "Kandang kuda kotor. Bersihkan itu dan cari pakan untuk mereka. Itu adalah tugas seorang budak sepertimu."

Elena, dengan penuh penyesalan, mencoba memohon, "bukankah saya juga putri Duke Agnius..."

Duchess Agnius hanya menertawakan pernyataan itu. "Itu masa lalu yang tak berguna di sini. Kini, kau hanya seorang budak. Kau akan belajar tempatmu dengan caraku."

Dengan langkah mantap, Duchess Agnius meninggalkan Elena yang terhempas di lantai, menyisakan gadis muda itu dalam bayang-bayang hukuman dan perlakuan tidak adil. Tugas-tugas yang seharusnya tak pernah menjadi bagian dari hidupnya menantinya, dan dalam keheningan, perlawanan pun mengalir di balik tatapan sedihnya.


®*** 

Dengan hati yang penuh rasa sakit dan keputusasaan, Elena melaksanakan tugas membersihkan kandang kuda dan mencari pakan dengan sepenuh hati. Rasa takut akan kelaparan mendorongnya untuk tetap patuh pada perintah Duchess Agnius, meskipun pahit rasanya. Saat dia berada di hutan dekat perkarangan Mansion Duke Agnius, mencari pakan untuk binatang ternak, dia mendengar suara rintihan yang lembut. Ketertarikannya membawanya ke arah asal suara, di mana dia menemukan sumbernya.

Ternyata, suara rintihan itu berasal dari seekor kuda yang terjebak dalam perangkap pemburu yang licik. Dengan penuh belas kasihan, Elena mendekati kuda yang terluka dan berusaha melepaskan perangkap tersebut dengan hati-hati. Setelah berhasil membebaskan kuda itu, Elena merawat lukanya dan memberinya makan.Saat itulah, Elena menyadari bahwa kepedulian dan empati terhadap makhluk hidup lain membawa rasa kepuasan yang tak ternilai. Meskipun hidupnya dipenuhi penderitaan dan kekejaman, keberanian dan kebaikan hatinya tetap bersinar. Dia mulai merencanakan cara untuk membantu makhluk-makhluk lain yang mungkin menderita di sekitar Mansion Duke Agnius.


Seiring waktu berlalu, Elena mengembangkan hubungan rahasia dengan para hewan di sekitar perkarangan. Dia menjadi penyelamat bagi mereka, memberikan makanan dan perawatan dengan penuh kasih sayang. Dalam kesendirian dan ketidakadilan, kehadiran hewan-hewan ini menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi Elena.


Dalam kegelapan kehidupannya, Elena menemukan cahaya dalam kebaikan yang dilakukan kepada makhluk hidup lain. Meskipun terombang-ambing di antara takdirnya yang keras, dia belajar untuk menemukan kebahagiaan dan arti hidup dalam setiap tindakan kecil yang dapat dilakukannya. Seiring waktu, hubungan antara Elena dan hewan-hewan tersebut tumbuh menjadi ikatan yang tak terputuskan, membentuk aliansi yang tak terduga di tengah kehidupan yang penuh kepahitan.

Menjadi Figuran : Antara Halaman & HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang