Chapter 6

4 0 0
                                    

18+

Elena merasa tidak berdaya, dan terus memohon agar dilepaskan, namun seruan-seruannya tidak dianggap oleh Damien. 

Ahhh

Setelah puas dengan ciumannya, Damien berlari ke leher Elena dan memberi tanda kiss mark pada tubuh rapuh Elena. Elena hanya bisa menangis dan terus meronta-ronta, berharap agar siksaan tersebut segera berakhir.

Namun, Damien hanya semakin sadis, menikmati penderitaan dan ketidakberdayaan Elena. Dia merasa berkuasa dan senang melihat Elena merana. Dalam keadaan terpuruk, Elena merasakan betapa kehidupannya berubah menjadi mimpi buruk yang tak terbayangkan. Keberanian yang dia tunjukkan dalam menghadapi Damien sekarang hancur, dan dia terperangkap dalam siksaan yang tak berkesudahan.

Dengan suara terputus-putus karena tangisannya, Elena memohon kepada Damien untuk melepaskannya. "Tolong, Damien! Lepaskan aku!" teriaknya dengan putus asa, sementara air mata terus mengalir di wajahnya yang pucat. Elena meronta-ronta dalam usaha sia-sia untuk melawan cengkraman Damien yang kuat.

Dalam keadaan marah dan buta karena kemarahannya yang meluap, Damien dengan kejam merobek pakaian Elena, mengekspos bukit indah miliknya. Suara tangisannya menciptakan latar belakang yang menyayat hati, mencerminkan ketidakberdayaannya di hadapan Damien yang penuh kejam.

"Tolong, Damien! Lepaskan aku! William pasti akan datang jika aku berteriak!" seru Elena, disertai dengan air mata dan getaran keputusasaan dalam suaranya.Namun, Damien, dengan senyum sinis, menolak merespons seruan Elena.

"William pasti akan datang! Dia akan datang dan menolongku!" seru Elena dengan tekad yang tetap, mencoba mempertahankan keberaniannya di tengah-tengah teror yang dialaminya.

Tertawa merendahkan, Damien menyindir, "Aku ingin melihat seberapa cepat dia akan datang menyelamatkanmu. Mungkin dia lebih sibuk menikmati kemewahan di istananya daripada peduli pada nasibmu yang hina."

Dengan putus asa, Elena tetap berteriak memanggil William, yakin bahwa pangeran itu akan datang menyelamatkannya dari malapetaka yang menimpanya. 

Namun, Damien yang mendengar itu langsung gelap mata. Dia mendorong Elena ke meja kerjanya dengan kasar, dan dengan cepat, dia mengulum bukit kembar milik Elena, sesekali menggigitnya. Elena merasakan rasa sakit fisik dan psikologis yang tak terlukiskan, dan dalam keadaan putus asa, dia berusaha mencari cara untuk melarikan diri dari situasi mengerikan ini.

Setelah puas dengan aksinya yang kejam pada bukit milik Elena, Damien menyeringai dengan penuh kepuasan melihat gadis malang itu dalam keadaan tak berdaya. Tanpa aba-aba, Damien dengan kasar melepaskan semua pakaian Elena, mengeksploitasi keadaannya yang rapuh dan terhina. 

Elena terus bergumam, "Jangan, tolong hentikan ini. Aku mohon, Damien." Suara getaran putus asa terdengar di antara tangisan dan rintihan yang terus keluar dari bibirnya. Elena mencoba merayu agar kejamnya Damien terhenti, berharap akan ada belas kasihan di antara kegelapan yang mengitari mereka. Namun, keberanian Elena pun semakin pudar di tengah perlawanan yang tak berdaya, dan harapannya semakin menipis dalam keheningan yang menyakitkan.

Elena, yang sudah terpuruk dalam ketidakberdayaan, merasakan rasa malu dan keputusasaan yang semakin dalam. Dia mencoba menutupi tubuhnya yang terpampang, namun Damien hanya menertawakan kelemahannya, menunjukkan ketidaksopanan dan kekejian yang semakin memuncak dalam perbuatannya yang kejam. Keberanian dan harga diri Elena hancur di tangan Damien yang kejam, membawanya ke dalam jurang ketakutan dan penderitaan yang tak terlukiskan.

Damien langsung menyambar bagian inti Elena, menjilatnya dengan penuh kebiadaban. Sesekali, dia mencubit dengan kasar, menyisakan rasa sakit yang tak terhingga. Elena merasakan keputusasaan dan noda yang memalukan menghampirinya, ketika keintiman yang seharusnya suci dan penuh cinta dijadikan sebagai alat untuk menyiksanya. Dalam kegelapan yang menyelimuti ruangan, Elena terombang-ambing di antara rasa sakit fisik dan trauma mental yang mendalam, merintih dan berdoa agar semua ini segera berakhir.

dengan gelap mata damien memasukkan 3 jarinya sekaligus kedalam inti elena dan diikuti desahan penuh kesakitan dari elena

"akhhh hiks hiks to tolong le lepas kan"

Ketika Damien bersiap untuk melanjutkan tindakannya yang kejam, pintu ruang kerjanya tiba-tiba diketuk oleh seorang prajurit. Prajurit tersebut memberitahu bahwa dia membawa berita penting untuk Duke Muda. Damien, dengan wajah geram, sejenak menarik tangannya dari tubuh Elena, memutuskan kejadian yang mengerikan itu. Dalam ketidaknyamanan dan ketakutan, Elena melihat prajurit tersebut sebagai harapan terakhirnya, mendoakan agar berita penting yang dibawa oleh prajurit itu dapat menyelamatkannya dari kekejaman Damien.

"Sial"

***

Damien, yang sekarang berada di ruang tamu, memperhatikan prajurit tersebut. Pikirannya yang gelap sedang merencanakan tindakan kejam, dan dia mempertimbangkan untuk memenggal kepala prajurit tersebut jika berita yang dibawanya dianggap sepele. 

Dengan tatapan tajam, Damien memaksa prajurit itu melanjutkan, "Duke Muda, kami mendapat laporan bahwa kereta kuda yang digunakan oleh Duke dan Duchess mengalami kecelakaan." Damian terkejut mendengar berita tersebut, dan kegembiraannya seperti muncul di balik ekspresi dinginnya. "Bagaimana kondisi mereka? Beri tahu saya semua detailnya!" desaknya, berusaha menutupi keinginan gelapnya untuk meraih keuntungan dari situasi tersebut.

Belum menjelaskan seluruh kejadian kecelakaan Duke dan Duchess, Damien dikejutkan oleh para bawahan ayahnya yang tiba-tiba muncul. Mereka memberitahu Duke Muda Damien bahwa terjadi kecelakaan serius dan mendesaknya untuk segera mengevakuasi jenazah kedua orangtuanya. Mata Damien memancarkan kejutan dan kepuasan yang tersembunyi di balik lapisan dinginnya. Meskipun berita itu seakan mengejutkan, dia dengan cepat menyamarkan raut wajahnya dan menyuruh bawahannya untuk segera mengurus semuanya. "Segera siapkan segala sesuatu untuk evakuasi. Kita tidak bisa membiarkan situasi ini merugikan kita lebih jauh," ucap Damien, mencoba menutupi kegembiraannya yang mencurah setelah mendengar berita tak terduga tersebut dan melupakan keberadaan elena sejenak.

***

Dengan tubuh gemetar, Elena memaksakan dirinya untuk mencari pakaian yang dapat menutupi tubuhnya. Dia meraba-raba di antara pakaian yang berserakan di lantai, mencari sesuatu yang bisa menjadi perisai dari rasa malu dan penderitaan yang baru saja dialaminya.

 Elena tahu dia harus segera pergi dari tempat terkutuk ini, menjauh dari Damian yang telah melampaui batas kekejaman. Sementara dia mengenakan pakaian apa pun yang bisa dia temukan, pikirannya berkutat pada rencana untuk melarikan diri dari mansion yang dipenuhi kenangan kelam ini. Dalam kegelisahannya, Elena merasa dirinya semakin menjadi korban, dan satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah menyelamatkan diri sendiri dari ketidakadilan yang dialaminya.

Menjadi Figuran : Antara Halaman & HarapanWhere stories live. Discover now