chapter 7

5 0 0
                                    

Angin malam merintih, membawa aroma hujan yang akan segera turun. Langit hitam berkepul awan gelap, seolah-olah menangis dengan derasnya.

Seraphina Leberald berdiri di balkon kamarnya, merasakan getaran ketidakpastian dari perubahan cuaca malam yang berbeda, seakan langit menyampaikan pesan yang hanya dia yang dapat pahami.

Dengan langkah ringan, Luna, pelayan pribadi Seraphina Leberald, mendekatinya sambil memberikan mantel bulu. "Nona, cuaca semakin buruk. Saya sarankan segera masuk ke dalam kamar," ujarnya dengan penuh perhatian.

"Hmm, baiklah."

Ketika Sera hendak menutup tirai balkon, dia merasakan sinyal dari salah satu Dewi.

"Luna, keluarlah. Aku akan tidur lebih awal."

"Baik nona, jika ada perlu, tolong panggil saya."

"Baiklah."

Ketika Luna telah menutup pintu, segera Sera membuka tirai balkonnya lagi yang sebelumnya telah ia tutup.

Dengan tiupan dingin air hujan yang mengalir deras, muncullah sosok cantik keluar dari aliran air hujan.

"Kak Airyn, aku tahu kakak pasti ingat," larinya menuju Sera dan akan memeluknya.

Namun, Sera segera mundur selangkah.

"Ah, ka."

"Eryn, ada apa kau menemuiku?" sambil menatap tajam gadis dihadapannya.

"Ahh kak, tak bisakah kau sedikit menyambutku?"

"Katakan intinya."

"Ish, kau ini, baiklah aku akan mengatakannya.

Kak, apa kau yang merubah garis takdir kak Bella? Apa kau tahu kaisar marah kepadamu?"

"Aku hanya memperbaiki apa yang seharusnya."

"Kak, aku tahu kau memang Dewi takdir atau Dewi keberuntungan, tapi kau tahu sendiri ini adalah ritual penyucianmu.

Tak bisakah tidak mengubah takdir kak Bella?"

Sera menatap Eryn dengan tajam, "Apa yang kamu katakan? Aku hanya menjalankan tugas yang menurutku benar."

Eryn tersenyum pahit, "Tugas yang melibatkan hidup seseorang, kak. Ini bukan hanya masalah takdir, tapi juga pilihan manusia untuk menentukan nasibnya sendiri."

Sera merenung sejenak sebelum menjawab, "Aku tahu apa yang aku lakukan. Takdirnya akan tetap berjalan, meskipun dengan sedikit koreksi."

Eryn menghela nafas, "Kak Bella mencintai seseorang, dan perubahan yang kau lakukan akan mengakibatkan pergolakan takdir, kak."

Sera terdiam sejenak, "Aku hanya menjalankan perintah. Terkadang, bahkan Dewi harus membuat pilihan sulit."

Eryn mengangguk, "Tapi apakah pilihanmu benar-benar membawa kebahagiaan, atau hanya mengikuti takdir yang telah ditentukan?"

Sera tidak langsung menjawab, tatapannya melayang ke langit yang semakin gelap. Hujan semakin deras, seolah-olah menyiratkan pertanyaan yang tak terjawab dalam benaknya.

®***

Sudah seminggu lamanya Bella mengunci dirinya di kamarnya

Entah berapa lama, tapi yang pasti terdapat tatapan kosong miliknya

Air mata terus mengalir dipipinya "aku kotor hiks aku kotor, hiks hiks" gumaman terus terucap memenuhi ruangan miliknya

'apakah William akan tetap mencintai ku, tapi bagaimana aku bisa menghadapinya'

'aku.....

iya aku harus kabur dari sini. Kak Damien pasti akan mencari ku. Akan rumit nantinya jika...

Namun, Bella terhenti dalam keputusannya saat mendengar langkah kaki di luar pintu kamarnya. Hatinya berdegup kencang, menciptakan kepanikan yang tak terhindarkan. Dengan cepat, Bella mencoba menyembunyikan jejak-jejak keputusannya.

"Tidak bisa terus begini. Aku harus menemukan jalan keluar," gumamnya pelan sambil menahan getaran emosinya.

Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka perlahan. Bella tersentak, dan tatapan paniknya bertemu dengan mata lembut edna, pelayan keluarga agnius.

"Nona Bella, apa yang terjadi?" tanya edna khawatir, melihat keadaan Bella yang hancur.

Bella menahan tangisnya, "Aku perlu pergi dari sini. Aku tak bisa lagi tinggal di tempat ini."

Edna mengangguk paham, "Saya akan membantu Anda, nona. Mari kita cari cara keluar bersama-sama."

Bella merasa sedikit lega mendapatkan dukungan. Tanpa menunda lebih lama, mereka berdua bersiap-siap untuk menghadapi tantangan yang tak terduga.

®***

Pergelokan internal Kerajaan Pherom terguncang dengan berita kecelakaan Duke dan Duchess. Tak hanya itu, tak lama kemudian, tragedi semakin melanda dengan berita bahwa kaisar telah meninggal.

Pergelokan internal Kerajaan Pherom akibat perang saudara perebutan tahta belum lagi hilangnya Jenderal Agnius, yaitu Duke Agnius. Yang belum lama ini dianggap sebagai kekuatan penyeimbang, kini membuat kekosongan yang memperumit dinamika politik di kerajaan.

Di ruang rias istana, para dayang berkumpul dengan seragam warna-warna pastel, menyusun teka-teki dari potongan-potongan informasi yang tersebar.

"Apakah kau mendengar kabar terakhir, Elara?" tanya Clara, salah satu dayang yang sering menjadi sumber berita.

"Mengenai kecelakaan Duke dan Duchess?" jawab Elara sambil mencoba merapikan rambutnya. "Dan kabar kaisar yang meninggal, tentu saja. Semua istana gempar."

"Bagaimana menurutmu, Anne?" tanya Clara lagi kepada dayang lain yang sedang merias wajahnya.

"Kabar perebutan tahta semakin ramai. Mereka sudah tidak sabar mengisi kekosongan kekuasaan," jawab Anne sambil melirik ke arah para dayang lainnya.

"Dan apa yang kau dengar tentang hilangnya Jenderal Agnius?" tanya Elara lagi.

"Katanya itu membuat kekosongan yang tak terduga. Duke Agnius selama ini dianggap sebagai penyeimbang," kata Anne dengan ekspresi serius.

Para dayang itu melanjutkan percakapan, menciptakan jaringan bisikan-bisikan yang mengalir di antara mereka seperti aliran rahasia di tengah kekisruhan istana.

Ketidakpastian meluas di antara para bangsawan dan rakyat jelata. Ancaman kekosongan kekuasaan dan kehilangan tokoh-tokoh kunci menciptakan ketegangan yang mendalam. Sementara itu, rumor tentang perebutan tahta semakin berkembang, menciptakan bayang-bayang ketidakstabilan yang menggelayuti Kerajaan Pherom.

®***

Di dalam ruangan yang gelap penuh debu, namun sang penghuni tidak merasa akan ketidaknyamanan.

"Bagaimana menurutmu, Ruth?" pria bertopeng menanyakan bawahannya.

"Kita hanya perlu sedikit terlambat kekaisaran, tuan."

"Kau benar. Jika aku berada di sana, pasti rakyat akan mencurigai aku. Tiba-tiba aku, yang anak haram, menjadi seorang raja..."

Ruth menyambung, "Kita harus memastikan langkah kita tepat. Pertunjukan kekuatan tanpa persiapan akan merugikan tuan."

Pria bertopeng itu tersenyum, "Kamu selalu bijak, Ruth. Persiapkan segalanya dengan hati-hati. Hari itu akan segera tiba ketika takdir kita berubah."

Menjadi Figuran : Antara Halaman & HarapanWhere stories live. Discover now