chapter 9

7 1 0
                                    

Dalam keadaan yang semakin tegang, terdapat perasaan kekhawatiran yang meluas di antara penduduk Kerajaan Vagheta. Kebijakan yang diambil oleh Raja Pherom telah menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian terhadap masa depan hubungan antara kedua kerajaan.


Di istana Vagheta, diskusi-diskusi panjang digelar di antara para penasihat dan bangsawan untuk menentukan langkah terbaik dalam menghadapi situasi ini. Beberapa di antara mereka mendesak untuk mempertahankan hubungan diplomatik dengan Kerajaan Pherom, sementara yang lain menyarankan untuk mengambil tindakan tegas sebagai respons terhadap tindakan provokatif tersebut.


kabar perang antara Vagheta dan Pherom pun menyebar dengan cepat di seluruh wilayah. Gelombang kepanikan melanda penduduk kedua kerajaan, sementara para bangsawan dan pejabat kerajaan bersiap-siap untuk menghadapi konflik yang semakin tidak terelakkan.


Di tengah kekacauan tersebut, Seraphina merasa bahwa keputusan mengubah takdir itu menimbulkan banyak nyawa rakyat tidak bersalah terancam dan banyak keluarga yang terpisah akibat perang yang tak terhindarkan. Rasa tanggung jawab yang berat menekan pundaknya, dan dia merenung tentang konsekuensi tragis yang mungkin timbul dari tindakannya.Dia menyadari bahwa keputusannya akan berdampak besar pada nasib kerajaannya, dan dia tidak bisa lagi menghindari konfrontasi yang mungkin akan datang. Meskipun hatinya terasa berat dan dirinya merasa terjepit dalam perangkap takdir, Seraphina bersiap untuk menghadapi ujian terbesarnya sebagai pemimpin.


Sementara itu, di Kerajaan Pherom, Damien memimpin pasukannya dengan tekad yang kuat. Meskipun berat hati harus berperang melawan kerajaan yang dahulu dianggap sebagai sekutu, dia tidak memiliki pilihan selain melindungi kedaulatan dan keamanan rakyatnya. Namun, di balik tekadnya yang kuat, tersembunyi rasa pahit dan kebencian yang mendalam terhadap Elena.


Dia sangat membenci Elena karena merasa bahwa hubungan antara Elena dan William merupakan pengkhianatan terhadap dirinya. Damien mengakui bahwa sebenarnya dia jatuh cinta pada adik tirinya itu, namun cinta itu terkubur dalam kebencian dan pengkhianatan yang dirasakannya. Rasanya sulit bagi Damien untuk memaafkan dan melupakan pengkhianatan yang telah terjadi, terutama ketika konsekuensinya begitu berat bagi kedua kerajaan dan rakyatnya.


Perang antara kedua kerajaan berlangsung selama tiga tahun yang penuh dengan pertumpahan darah dan kehancuran. Damien, dengan kebengisan yang tak terbendung, memimpin pasukannya dengan kejam, membantai seluruh anggota kerajaan Vagheta dan para bangsawan yang berani menentangnya. 


Kekejaman ini tidak hanya menimbulkan kerugian bagi musuh-musuhnya, tetapi juga menyebabkan dampak yang merusak bagi keluarga Seraphina.

Seraphina, yang tak mampu menahan tangisnya, hancur melihat keadaan mayat terpisah-pisah dari orang tuanya. Air matanya mengalir deras melihat kehancuran yang ditimbulkan oleh perang yang berkepanjangan ini.


Duke Damien Agnius menjadi sosok yang ditakuti oleh seluruh kerajaan, bukan hanya karena kekejamannya dalam perang, tetapi juga karena dampak psikologis dan emosional yang ditimbulkannya. Banyak yang menyebutnya sebagai monster, dan kehadirannya saja sudah cukup untuk menimbulkan ketakutan yang mendalam di hati setiap orang.


Di tengah puing-puing dan kehancuran, Seraphina merasa terperangkap dalam siklus kekerasan yang tidak berujung. Dia merasa tertekan oleh beratnya tanggung jawab untuk memimpin kerajaannya melalui masa sulit ini, sementara sebagian dari dirinya juga terbakar oleh hasrat untuk membalas dendam atas kematian tragis orang tuanya. Namun, di balik keputusasaan dan kepedihan, Seraphina merasa semakin kuat dalam tekadnya untuk mengakhiri perang dan membawa perdamaian kembali ke kerajaannya.


Seraphina menatap kosong di hadapannya, hatinya terasa hampa dan terpaku pada kehancuran yang melanda kerajaannya. Kedua tangannya terikat dengan rantai besi, membuatnya merasa terperangkap dalam situasi yang tidak berdaya.


Di sekitarnya, suara tangisan dan teriakan gadis bangsawan lain meminta untuk dilepaskan memenuhi udara. Mereka, seperti Seraphina, telah menjadi tawanan perang, dihukum oleh nasib yang tak adil.


"Pergi cepat!" desak salah satu pengawal, mengacu pada Seraphina dan para tawanan lainnya.Namun, suara kasar dan keji dari pengawal lain memecah keheningan. "Hahaha, bro, para lady bangsawan ini sangat cantik-cantik. Bagaimana kalau kita nikmati dulu sebelum membawanya ke Kerajaan Pherom?" ejeknya dengan tawa berbau sadisme.


"Apakah kau bodoh? Para bangsawan ini akan dipilih oleh raja untuk dijadikan selir!" ujar pengawal yang lain, mencoba menenangkan rekan kerjanya.


Tawa cabul dan omong kosong terus bergema di perjalanan penuh bebatuan. Seraphina, dengan hati yang penuh dengan keputusasaan dan amarah, merasa terperangkap dalam permainan kekuasaan yang menjijikkan. Meskipun fisiknya terikat, tekadnya tetap kuat untuk bertahan dan melawan segala bentuk penindasan.


Setelah sekian lama perjalanan yang melelahkan selama setengah hari, para rombongan itu berhenti untuk beristirahat sejenak. Seraphina, yang duduk sendirian di belakang dengan kondisi terikat, merenung dalam hati.


"Apakah setelah aku mendapat penderitaan ini, aku bisa pulang?" batinnya, dihantui oleh ketidakpastian akan nasibnya.


Sementara itu, dia melihat sekelilingnya, di mana para lady lain yang dulunya berpenampilan mewah, sekarang tampil sebagai seorang budak, tidak luput dari kondisi terikatnya juga. Keadaan ini menyisakan rasa sedih dan putus asa di hati Seraphina, ketika tiba-tiba, dia dikejutkan oleh kedatangan sang monster dari Kerajaan Pherom, yaitu Duke Damien.


Damien dengan kekejamannya yang tak terbendung membantai satu per satu gadis yang berteriak dan menangis tadi. Genangan darah memenuhi ruangan, menimbulkan teriakan histeris dari para tawanan yang lain, namun Damien dengan acuh tak acuh menebas mereka tanpa ampun.


Ketika genangan darah semakin memenuhi sekelilingnya, Seraphina pun terkejut ketika Damien menghampiri dirinya, karena saat ini hanya dirinya yang masih hidup di ruangan ini. Hatinya berdebar kencang, dihantui oleh rasa takut akan nasibnya yang semakin tidak pasti di tangan monster yang berdiri di depannya.


"Kau ternyata lumayan juga," desis Damien dengan nada yang dingin, suaranya menusuk hati Seraphina dengan keangkerannya.Seraphina menatapnya dengan ketakutan yang memenuhi matanya, tetapi dia berusaha menahan diri agar tidak menunjukkan kelemahan di hadapan musuhnya. Meskipun keadaannya terjebak dan rentan, dia mencoba mempertahankan sikap yang tegar dan kuat di hadapan Duke Damien, meskipun hatinya berteriak memohon belas kasihan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 17 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menjadi Figuran : Antara Halaman & HarapanWhere stories live. Discover now