Chapter 4

7 3 8
                                    

"T-tolong aku.."

.

.

.

.

.

Normal POV...

"Pasien darurat, cedera di kepala, cepat panggil dokter!!" titah seorang perawat pada perawat lain. Mereka sedang mendorong ranjang pasien menuju ICU.

Seorang dokter wanita mengejar dari belakang dan menghampiri mereka dan bertanya, "Ada apa ini?"

"Pendarahan di kepala, dokter." Salah satu dari mereka menjelaskan kondisi pasien tersebut.

"Bagaimana keadaan pasien?" tanya dokter itu lagi tapi sedikit panik.

"Kritis, dok."

"Cepat, ruang ICU sudah dekat," ucap  sang dokter dan ikut mendorong ranjang pasien itu.

.

.

.

.

.

Lima belas menit telah berlalu, tapi lampu merah masih menyala. Terlihat seorang pria berbadan tegap sedang mondar-mondir di depan ruang ICU dengan perasaan cemas. Sementara itu, ada seorang wanita dengan seorang gadis yang menangis di pelukannya. Mereka berdua duduk di kursi tunggu. Mereka bertiga sekeluarga dan sedang menunggu seorang anggota keluarga yang ada di dalam ruangan itu dengan kondisi kritis.

Sesaat kemudian, lampu berubah menjadi hijau dan keluarlah seorang dokter wanita. Pria yang mondar-mondir tadi menghampiri sang dokter dengan gelisah.

"Dengan keluarga pasien?"

"Ya, saya ayahnya. Bagaimana keadaan anak saya, dok?" tanyanya dengan raut wajah yang cemas.

"Pasien mengalami cedera parah di kepalanya dan ia sedang dalam masa kritisnya," ucap dokter itu dengan tatapan sedu. "Dan, ia akan koma selama beberapa hari," sambungnya.

Mendengar hal itu, pria itu terdiam dan menundukkan pandangan. "K-koma? A-apa saya bisa menemuinya?"

"Maaf, tapi pasien tidak boleh ada yang menjenguk hingga ia melewati masa kritisnya. Jadi bapak, mohon urus biaya adminstrasinya agar rumah sakit bisa merawatnya." Pria hanya bisa mengangguk dan mengiyakan ucapan dokter itu.

"Baiklah pak, mohon ikuti saya."

"Kalian tunggu di sini, ya. Ayah akan ke adminstrasi untuk mengurus semuanya," ucap pria dan meninggalkan wanita dan gadis itu didepan ruang ICU.

"Ma, Kak Ell bakalan baik-baik aja, kan?" tanya gadis pada wanita yang merupakan mamanya.

"Eh, iya. Anak itu pasti bakalan sehat, kok. Cuma cedera dikit, nanti juga sembuh" ucap wanita ituyang terdengar pedas dan menusuk hati.

"T-tapi ma, Kak Ell itu cedera parah/"

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkannya, salahnya sendiri karena ia tidak menunggumu dan pulang sendirian. Kalau saja ia pulang bersamamu, mungkin ia tidak akan masuk rumah sakit, kan." Ucapan wanita itu terdengar menyalahkan anaknya yang sedang kritis itu.

"Ma, Kak Ell anak mama juga, lho"

"Vira, berhenti berdebat tentang anak itu, bukannya kamu sudah berjanji pada mama?" Wanita itu meninggikan suaranya yang membuat lawan bicaranya itu hanya bisa terdiam.

"I-iya, ma"

"Anak pintar." Wanita itu memeluk dan mengelus-elus rambut anak gadisnya itu. Sedangkan yang dielus hanya bisa membisu dalam dekapan sang mama.

EvanellOnde histórias criam vida. Descubra agora