0.18

983 21 9
                                    

"Je, ini kenapa?" tanya Renata, gadis itu menunjuk belakang leher Jeanna yang terdapat bekas bewarna hijau pucat.

Jeanna yang tadi menyeruput cokelat dinginnya reflek menutup dan menutupinya dengan rambut.

"Gue jatuh," cengir Jeanna. "Keliatan gak kalau gue gerai?"

Renata menggeleng, "Enggak sih, tapi beneran karena jatuh?"

Jeanna berdehem.

"Jatuh dari mana? dari langit? bidadari lo emang?" dumel Cio, "Jujur aja itu kenapa? makin hari makin banyak aja yang lo tutupin dari kita!"

Jeanna mencibir, "Beneran jatuh! masa dicubit setan!"

"Cielah, setan gak nyubit temen say!" balas Cio.

"Lo kan setan!" sewot Jeanna.

Cio mencebikkan bibir, "Iya! sini gue cubit ginjal busuk lo itu!"

Jeanna terkekeh.

Renata berdecak, "Udah ini jawab dulu, jatuh dari mana?"

"Minggu kemarin gue pingsan ditangga belakang waktu abis buang kardus, mungkin karena jatuh jadi ada bekas memar gini." jelas Jeanna seadanya.

"Lo pingsan? kenapa? sakit?" sorak Renata, "Kok bisa? lo mikirin apa sih Je? hutang lagi?"

"Re, muka gue emang muka banyak hutang ya?" tanya Jeanna.

Cio mengangguk, "Muka banyak hutang dan muka pendosa."

"Sialan lo! perasaan kaca dikosan lo gede deh,"

Renata menghela nafas, "Nah gini kan enak Je, lo jadi agak ceria dari sebelumnya," Renata tersenyum simpul. "Dan cerita sama kita."

"Berterimakasih sama gue Re, tanpa gue hidup kalian berdua itu bakalan suram." sahut Cio.

"Semua udah aman kan Je? maksudnya teror meneror itu..." tanya Renata hati-hati.

Jeanna mengangguk kecil, "Semoga, gue sekarang ngerasa sedikit aman dari sebelumnya."

"Pokoknya kalau ada urgent lagi lo harus telpon kita! gue gak mau tau! jangan kayak kemaren!" seru Cio.

"Iya iya bawel banget!"

"Btw gue ada hot newss..." bisik Renata, "Gue sengaja nunggu kita ngumpul dulu biar anget..." kekeh Renata.

"Apa? kenapa? lo punya sugar daddy ya?" tebak Cio.

"Itumah lo bangke!" balas Renata.

"Ya kali aja," ucap Cio.

"Si Davian dipecat," sahut Renata, "Dikantor bener-bener heboh banget sampe ke operasional, pokoknya setiap grup itu ngomongin perkara pemecatan Davian secara langsung sama atasan."

Jeanna menyimak.

"Demi apa?! tiba-tiba banget?" tanya Cio heran.

"Gue nanya anak kantor juga mereka pada gak nyangka, intinya ya si Davian dihari itu bekerja kayak biasa terus tiba-tiba dipanggil langsung direktur dan yess girlsss dia dipecat secara tidak hormat." jelas Renata.

Cio mencebikkan bibir, "Lo bilang dia salah satu karyawan terbaik kan sejak masuk kantor dan gue juga gak pernah tuh ngeliat dia aneh-aneh sebelum waktu terakhir kita nongkrong bareng. Kayaknya tuh laki rada-rada gila, padahal muka kayak orang bener,"

"Iya woi bener banget! gue semenjak tau dia suka nyepam Jeje udah mikir dia aneh, kebantu tampang aja jadi gak curiga." tambah Renata.

Jeanna sendiri kini terfokus pada pikirannya, tidak mungkin kalau mereka ikut campur sebegitu jauh urusannya, sampai memecat Davian begitu saja.

welcome Where stories live. Discover now