Bab 29

61.7K 4.4K 76
                                    

"Mama... Chasel pulang. Mama dimana? Mama,"

Suara khas anak kecil yang sedang senang itu memenuhi ruangan. Aku langsung sadar jika itu adalah Chaselion.

Sialan, kenapa dia sudah pulang disaat neneknya juga belum meninggalkan rumah ini.

Setelah aku memeluknya tadi. Mama lebih tenang dan memintaku berjanji agar tidak dekat-dekat dengan Chaselion ataupun Cavero. Ia berjanji akan membawaku pergi dari kediaman ini secepat mungkin. Saat ini, mama masih berusaha untuk menstabilkan usaha milik mendiang papa Lunaria dan sebentar lagi, perusahaan itu akan stabil meski tidak di topang oleh Cavero. Barulah nanti mama akan meminta perjanjian yang dibuat oleh Lunaria dulu ke Cavero.

Aku ingat tentang perjanjian itu. Aku ah maksudnya Lunaria yang asli dipaksa menandatangani surat pengalihan itu karena ingin menyelamatkan Chaselion yang waktu itu di pikir anak Elard. Aku yakin sekali jika Luna tau bahwa itu anak Cavero, Luna pasti akan membiarkannya mati keguguran.

"Mama,"

Aku menoleh ketika mendengar suara Chaselion ada disampingku.

Duk

"Mama," panggilnya lagi seraya menenggelamkan wajahnya di dadaku. "Chasel kangen mama."

Sejak hubungan kami membaik, Chasel sering menemuiku lebih dulu ketika pulang sekolah hanya untuk memelukku.

Chasel mengangkat wajahnya kemudian menatapku penasaran. Dari tatapan matanya ia penasaran kenapa aku tidak membalas pelukannya ataupun ucapannya.

Chasel kemudian menatap kesampingku. Ia hanya diam saja dan semakin mengeratkan pelukannya di pinggangku seolah ketakutan.

Aku melihat mama Lunaria juga sudah menatap Chaselion dingin dan penuh rasa jijik enggan menyentuhnya. Ada sejumlah kebencian besar disana.

"Mama, Chasel lapar mau makan yang kemarin mama buatin," ucapnya seraya menatapku. Anak itu seolah sedang mengacuhkan ibu Lunaria disini.

"Monster kecil sepertimu menyuruh putriku membuatkanmu makanan? Apa kau tidak punya otak?"

Mati aku.

"A ... Aku bu- bukan monster,"

"Lepaskan tangan kotormu dari putriku! Sampai matipun kami tidak akan mengakuimu sebagai bagian keluarga kami, dasar monster!"

Remasan Chaselion semakin erat.

"A- aku bukan monster," cicitnya pelan. "Aku bukan monster ataupun iblis kecil. Aku ... Aku anak mama," bantahnya.

Mama menatap tajam Chaselion seolah ingin melepaskan pelukan anak itu padaku.

"Chasel masuk ke kamar." suruhku.

Chasel menggelengkan kepalanya. Matanya sudah mulai berkaca-kaca ingin menangis karena aku yang hanya diam saja tidak membelanya.

"Masuk kamar," ucapku lagi.

Chaselion menggeleng. "Mau sama mama," ucapnya khawatir.

Aku tidak tau jika Chaselion begitu ketakukan. Anak itu takut aku akan kembali seperti dulu yaitu, mengabaikannya dan tidak peduli padanya.

Badannya bergetar dan matanya berkaca-kaca.

"Chasel sekarang!" suruhku.

Badan Chasel bergetar. Wajahnya memerah menahan segala macam emosi. Marah dan sedih. Anak itu masih diam saja dengan mata berkaca-kaca.

"Aku .... Aku nggak mau pergi. Mau sama mama." cicitnya pelan dengan suara bergetar.

Tangannya terulur padaku dan menggenggamnya erat.

Trapped in a Psycopathic NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang